» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 21 «

2.4K 390 248
                                    

Note: masih dalam sudut pandang (Name)~

🧂🧂🧂

"Eh? Ehhmm ... entahlah. Orang lain bebas menilaiku seperti apa. Hei! Jangan bicara terlalu banyak dulu! Nanti gigimu sakit lagi!"

Senang, aku sangat senang mendengarnya.

Aku hanya tersenyum lebar mendengarnya yang khawatir padaku, tapi tidak bertahan lama karena sudut bibirku langsung terasa nyeri.

Itu semua karena aku mengejar seekor anjing kecil bersama Haru dan aku terjatuh. Mana pula Haru tidak melihatku jatuh, dia masih tetap mengejar anjing kecil itu entah kemana.

Terlebih lagi saat jatuh, wajahku duluan yang mendarat ke atas tanah. Menyebabkan gusi dan sudut bibirku berdarah, ingin menangis rasanya, tapi dia langsung datang menolongku dan mengobati lukaku.

"Paman sudah punya anak belum?" tanyaku polos sambil menatapnya dengan mata penuh binar.

"Eh soal itu ya ... belum sih ...."

"Kenapa?"

"Ya ... Paman tidak terlalu memikirkan pernikahan sih awalnya. Tapi tahu-tahu sudah Tiga puluh tahun."

"Paman jadi Ayahku saja! Papaku sudah pergi lama, aku tidak suka Ibu kesepian," ucapku sambil menarik-narik ujung bajunya.

Paman itu menatapku dengan tatapan lembut, dia mengusap-usap pucuk kepalaku dengan lembut.

"Ya mungkin lain kali, sebaiknya kamu pulang. Tuh temanmu sudah menunggu," ujarnya sambil menunjuk Haru yang berdiri 'tak jauh dari tempatku duduk.

Wow. Lihat dia.

Baju Haru kotor penuh lumpur dan dahinya memerah, dia juga tampak ingin menangis.

"Haru kenapa?" tanyaku.

"Aku jatuh ke dalam got lalu dahiku terbentur tembok, dan aku tercebur ke kubangan lumpur."

Mampus azabnya instan.

Aku lihat Paman itu tertawa kecil. Tanpa sadar aku juga tersenyum kecil melihatnya, rasanya seperti melihat sosok seorang Ayah yang tertawa melihat tingkah anaknya.

"Yasudah, Paman. Aku dan Haru mau pulang, dadah!"

Aku pikir itu pertemuan pertama sekaligus terakhir, tapi aku salah.

.

.

.

"Ibu aku tidak mau ke Dokter gigi! Bagaimana kalau gigiku dicabut?"

"Tidak akan sayangku, gigimu hanya diperiksa biasa kok."

"Tapi kemarin Haru–"

"Haru kemarin periksa ke Dokter gigi juga, tapi dia tidak bilang sakit tuh," bujuk Ibuku.

Aku hanya cemberut mendengarnya. Tidak bilang sakit apanya, kemarin Haru bercerita padaku sambil menangis kok. Katanya Dokter giginya seram dan alat-alat yang digunakan juga menyeramkan baginya.

"Eh loh? Kamu 'kan yang kemarin di taman?"

Aku mengenali suara ini. Aku menoleh dan melihat Paman yang kemarin menolongku, dia menggunakan jas Dokter dan membawa beberapa lembar kertas yang berisi data pasien.

"Paman jomblo!" seruku.

Ibuku langsung mencubit pipiku, mengisyaratkan bahwa aku tidak boleh mengatakan sebutan itu.

30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang