» 𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 25 «

2.5K 403 320
                                    

Haru mengambil minuman yang dia inginkan dari rak minimarket. Saat hendak pergi, matanya 'tak sengaja melirik minuman favorit (Name) yang ditaruh tidak jauh dari tempat dia mengambil minuman.

Terdiam untuk sesaat, Haru menghela nafasnya dan berjalan pergi tanpa melirik minuman kesukaan (Name) itu.

Haru juga mengambil beberapa cemilan yang ingin dia beli untuk teman belajarnya nanti, setelah dirasa cukup, pemuda bersurai hitam itu melangkah menuju kasir. Menaruh belanjaannya di atas meja kasir dan segera mengeluarkan dompetnya.

"Totalnya 536¥."

Haru memberikan selembar uang Seribu Yen dan menerima kembaliannya, 'tak lupa kasir juga memasukkan makanan-makanan yang dibelinya ke dalam tas yang sudah dibawa Haru.

Tidak pakai kantung plastik, sayangi lingkungan.

👍🏻

"Terima kasih sudah berbelanja di Naver mart," ucap kasir dengan senyum bisnis yang ramah.

Haru hanya tersenyum kecil dan sedikit menganggukkan kepalanya, langsung melangkah keluar begitu urusannya di supermarket itu sudah selesai.

Baru juga Haru keluar supermarket, ponselnya bergetar menandakan ada telepon masuk. Haru berhenti berjalan dan merogoh saku jaketnya, mengeluarkan ponsel miliknya. Sedikit mengerutkan dahi saat membaca nama kontak dari orang yang meneleponnya, tanpa berlama-lama lagi, Haru segera mengangkatnya. Siapa tahu ada hal penting.

"(Name)? Ada apa?"

Haru mendengarkan apa yang sahabatnya ucapkan itu, matanya membulat ketika (Name) menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Papamu? Bukannya dia sudah ...."

Haru tentu tahu masalah yang terjadi di keluarga (Name), itu wajar karena (Name) adalah sahabatnya sedari mereka kecil. Jadi jika (Name) punya masalah, pasti Haru yang jadi tempat curhat kedua setelah Ibunya, begitu juga sebaliknya.

Haru juga sangat mengerti apa yang (Name) rasakan sekarang ini ketika Papanya kembali lagi dan bersikap dingin padanya. Sebagai anak tentu saja (Name) merasa sakit hati.

Haru sangat tahu hampir semua hal tentang (Name).

"Aku mengerti, nanti aku kesana."

.

.

.

(Name) hanya menatapi ponselnya dengan tatapan lesu. Meski wallpaper utamanya sudah diubah jadi foto Tsukishima yang sedang latihan voli, dia tetap saja 'tak bersemangat sekarang. Lemas sekali rasanya.

Tsukishima sudah meneleponnya dan mengatakan kalau dia mungkin tidak bisa mampir dulu, ada pemadatan latihan mengingat sebentar lagi akan ada pertandingan persahabatan dengan klub lain. (Name) memahami kesibukan calon tunangannya itu, toh dia juga sibuk belajar meski 'tak sesibuk Tsukishima.

(Name) cukup terharu pada Tsukishima, lelaki itu disibukkan dengan latihan klub dan kuliahnya, tapi masih bisa meluangkan waktu untuk (Name). Bahkan Tsukishima lebih banyak mengurus acara pertunangan dibandingkan dengan (Name).

"Haaah ...."

Menghela nafas, (Name) merubah posisi tidurnya jadi telentang dengan kedua tangan yamg direntangkan. Matanya menatap kosong langit-langit kamar hotel yang berwarna abu-abu muda. Secara perlahan, matanya mulai terasa panas, dan air mata kembali menetes.

Apa yang dikatakan Papanya kemarin masih membekas di hatinya.

"Kamu dan Ibumu itu tidak berguna bagiku, jadi jangan tanya-tanya lagi padaku."

30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang