Sudah seminggu ini (Name) sangat sering mengecek ponsel miliknya, padahal sebelum-sebelumnya dia tidak terlalu sering memainkan ponselnya karena lebih sering menggunakan laptop.
(Name) yang tiba-tiba sering mengecek ponselnya juga bukan tanpa alasan, itu karena Tsukishima yang sering menanyakan kabarnya.
Kesibukannya sebagai atlet voli membuatnya tidak punya waktu banyak untuk bertemu langsung dengan (Name), apalagi sebentar lagi ada pertandingan. Jadi sudah pasti jadwal latihannya makin padat.
Setiap malamnya (Name) dan Tsukishima pasti saling mengobrol lewat sambungan telepon. Saling menceritakan keluh kesah masing-masing, keseharian masing-masing dan juga pertunangan mereka yang akan digelar saat (Name) sudah selesai OSN nanti.
Beberapa kali juga (Name) ditemani belajar oleh Tsukishima lewat sambungan telepon. Tsukishima yang pintar bisa menjawab semua materi yang tidak dipahami oleh (Name).
Seringkali juga saat diajari Tsukishima, (Name) refleks tersenyum sendiri.
Nostalgia, itu yang dia rasakan.
Rasanya seperti Ayahnya berada di sampingnya, sedang mengajarinya materi yang tidak dia ketahui dengan sabar. Ya sama-sama mengajari sih, tapi Tsukishima tetaplah Tsukishima si garam purba, dia kadang melontarkan ejekan pada (Name).
(Name) juga sering membalas ejekan Tsukishima, dan akhirnya mereka saling ejek sampai akhirnya (Name) teringat kembali dengan materi yang belum selesai ia pelajari.
Hubungan mereka terasa seperti mimpi bagi (Name), bahkan jika ini mimpi, (Name) berharap dia tidak ingin bangun. Terlalu indah 'tuk ditinggalkan begitu saja.
"Jangan melamun begitu."
Lamunan (Name) buyar ketika melihat pemuda berambut hitam yang sangat dikenalnya, pemuda itu melontarkan senyum manis padanya dan duduk di hadapannya.
"Sensei memintaku untuk memberikan materi sekolah lagi untukmu, padahal seharusnya kau fokus saja pada OSN. Yakin bisa mempelajari semuanya?" tanya Haru memastikan saat mengeluarkan beberapa kertas yang disatukan dalam satu map cokelat.
(Name) menggelengkan kepalanya, menerima map cokelat itu dengan sebuah senyuman manis yang biasa dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya, termasuk Haru.
"Tidak, aku masih bisa mempelajari semuanya. Terima kasih banyak Haru," ucap (Name). Dia sangat berterima kasih pada Haru karena mau direpotkan setiap beberapa hari sekali untuk memberikan rangkuman pelajaran padanya, padahal hal itu pasti melelahkan.
"Sama-sama, belajar yang rajin saja," balas Haru.
"Haru, kau bolak-balik kesini tidak lelah apa?"
Haru tersenyum. "Demi melihat muka penderitaanmu apa sih yang tidak?"
"Kau benar-benar laki-laki yang menyebalkan! Enyah kau!"
(Name) memukuli Haru menggunakan buku yang dia gunakan untuk mencatat materi OSN, cukup tebal jadi pasti Haru juga merasa sedikit sakit saat dipukuli dengan buku itu.
"Aduh! Aduh! Sakit!"
"Makan ini! Rasakan!"
Beberapa orang menatap keduanya sambil terkekeh geli, kisah masa SMA memang menyenangkan. Terlalu sayang untuk dilewatkan bukan?
Pemandangan kedua sahabat yang saling bercanda itu juga 'tak luput dari pandangan seorang pria pirang berkacamata yang berdiri di ambang pintu kafetaria. Sedikit enggan untuk masuk, tapi hatinya juga terasa sedikit panas ketika melihat interaksi keduanya.
Tsukishima menggelengkan kepalanya.
Sepasang sahabat yang saling bercanda itu hal normal, dia tidak harus mempermasalahkan hal itu. Kalau keduanya mulai mencurigakan baru dia akan bertindak.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Tsukishima Kei ....