(Name) menaruh ponselnya di atas meja nakas setelah menyetujui ajakan Tsukishima untuk berbicara berdua, tampaknya Tsukishima ingin meluruskan masalah yang sedang terjadi.
Mau menolak juga 'tak enak, karena (Name) sendiri juga tidak ingin ada masalah besar nantinya.
Sejenak, gadis remaja itu duduk di pinggir tempat tidur, membiarkan kakinya menggantung begitu saja. Rasanya ingin sekali dia kabur dari situasi ini, masalah ini dirasa terlalu berat untuknya. Untuk dirinya yang masihlah seorang remaja labil beranjak dewasa.
Seharusnya remaja beranjak dewasa sepertinya sibuk belajar, mempersiapkan yang terbaik untuk masuk ke Universitas dan meraih impian yang telah lama dia pendam. Bukan mengurusi masalah keluarga yang kembali muncul dan jodoh, tapi bagaimana lagi?
'Apa jika aku tetap menolak Kei-San ... apa aku tidak akan sakit hati seperti ini?' batin (Name).
Sedetik kemudian gadis itu tersadar dari lamunannya dan berdiri dengan tegap, kedua tangannya bergerak menampar kedua pipinya sendiri.
Plak!
"Sadar (Name)! Ini bukan saatnya untuk merenung! Ayo selesaikan masalahmu secara mandiri dasar beban keluarga!" seru (Name) setelah menampar dirinya sendiri.
"Auch sakit juga ...."
(Name) mengusap kedua pipinya agar sakitnya mereda, tapi itu tetap tidak menghilangkan denyutan akibat tamparan kencang yang dia layangkan sendiri. Mencoba mengabaikan rasa sakit di pipinya, (Name) berjalan menuju kamar mandi.
Setidaknya dia tidak mau tercium bau sedikitpun saat berbicara dengan Tsukishima.
.
.
.
"Disini 'kah?" gumam (Name) sambil menoleh ke sekitar.
Dia sudah sampai ke tempat dimana Tsukishima memintanya untuk datang, tapi dia masih belum melihat keberadaan Tsukishima.
(Name) hanya menghela nafas pelan. Taman yang dia datangi adalah taman di dekat hotel, tempat dimana Akiteru kemarin melihat Tsukishima bersama Aira. Entah apa yang ingin dilakukan oleh Tsukishima sampai mengajaknya ke taman ini, (Name) hanya berdiri menunggu Tsukishima sambil memainkan ponselnya.
Tujuh menit dia menunggu, sampai akhirnya seseorang mengambil ponselnya. Membuat (Name) terkejut dan langsung menatap ke arah depan, refleks dia mendongak melihat pria pirang berkacamata yang mengambil ponselnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Selama kita berbicara, aku akan menyita ponselmu. Ada hal serius yang ingin aku bicarakan," ucap Tsukishima dengan raut wajah seriusnya.
(Name) 'tak mampu berkata apa-apa ketika melihat tatapan Tsukishima yang menatapnya datar, tampak seperti orang yang sudah tidak tahan akan sesuatu.
"Ayo."
Tsukishima berjalan lebih dulu, membiarkan (Name) mengikutinya dari belakang.
Sama-sama tidak ada yang saling membuka mulutnya untuk berbicara, keduanya masih berjalan masing-masing. Tsukishima dengan tatapan lurusnya dan (Name) yang sedikit menunduk, firasatnya tidak enak mengenai ini.
Tsukishima berhenti berjalan dan duduk di salah satu bangku taman, tempat dimana dia dan Aira kemarin duduk disana. Dengan isyarat mata, Tsukishima menyuruh (Name) untuk duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days • Tsukishima Kei X Reader • ✓
FanfictionTiga puluh hari. Bukan waktu yang sebentar, juga bukan waktu yang lama. Dalam sebulan apa yang bisa terjadi? Begitu juga dengan kisahku dengannya, Tiga puluh hari, bagaimana kisah satu bulan kami? Dengannya, Tsukishima Kei ....