24. Rasa bersalah

11 2 3
                                    

"sss akh-akh" ringisan yg keluar dari mulut Nabil terdengar jelas saat ini

Tap.tap.tap

Ceklek.(gatau suara pintu mobil kebuka gimana, ya pokonya gitu)

"Hosh,hosh,hosh, tahan bentar" ucap Vano yg napasnya tersengal senggal karna berlarian cukup jauh

Nabil dapat melihat manik Vano yg tampak cemas sekarang

Vano menyodorkan kapas yg sudah diberi sedikit alkohol mendekati wajah Nabil tepatnya pipi kanan milik Nabil

Yg sedari tadi darahnya terus mengalir

Nabil ingin mencegahnya agar ia saja yg mengobatinya sendiri tapi Vano sudah tahu kebiasaan Nabil yg selalu menganggap dirinya bisa mengatasi semua hal

Vano pun membalikkan tangan Nabil duluan
"Kali ini biar gue aja" ujar Vano kepada Nabil

"Lo lari?"

"Kenapa?"

"Sampe ngos-ngosan gitu?"

"Ya tau pake nanya"

"Gara gara siapa?"

"Ya gue lari gara gara Lo lah, gue takut lukanya makin parah darahnya juga ngalir terus" cerocos Vano sambil menyeka darahnya

"Gue luka gara gara siapa?" Pertanyaan terakhir membuat Vano terdiam

"Gara gara cewek tadi"

"Kalo gue ringkas semua jadi salah Lo?"

"Bisa diem dulu gak?" Perintah Vano yang mendengar Nabil melontarkan kata kata yang membuat Vano tambah merasa bersalah

Terlihat wajah Vano yang terlihat cemas saat melihat wajah Nabil yang tercakar cukup parah

Vano pun mulai telaten menyeka darahnya agar tak mengalir kembali, dan membersihkan luka bakar cakaran itu cukup telaten

Hingga tak memperhatikan apakah Nabil kesakitan atau tidak, saat Vano melihat Nabil yg memejamkan matanya rapat rapat sembari menggigit bibir bawahnya yg malah membuat luka baru disana darah juga malah ikut mengalir nya

"Aduh, saking sakitnya Lo gigit bibir Lo dan sampe berdarah juga?" Tanya Vano yg ikut ngilu melihatnya

Nabil yg mendengarnya pun langsung berusaha meraba bibirnya sendiri tapi tangan milik Vano menahannya cepat

"Malah tambah luka kalo tangan Lo yg kerja, Lo diem aja bilang kalo tambah sakit" ujar Vano yg sedikit dingin

Nabil yang mendengar Vano berujar seperti itu entah kenapa tak dapat membantahnya

Saat Vano telah menutup rapat luka dibagian pipi
Vano beralih mengusap bibir bawah Nabil yg juga meneteskan darah secara perlahan

wajah tanpa polesan bedak, Bibir dengan bentuk sempurna, merah merona bukan karena lipstik atau semacamnya? Aih! Sadar Lo! Kenapa gue jadi merhatiin wajah orang intens gini deh. Pekik Vano dalam hatinya sekaligus menyadarkannya

Setelah semua terobati, mengemasi alat P3K nya dan menyuruh Nabil membuka matanya

"Udah, masih sakit?" Tanya Vano memastikan

Nabil bergeleng singkat menjawabnya

Sekilas dari sebrang jalanan tadi Vano sekilas melihat Daffa yg menatapnya tajam

Tapi tak lama ponselnya berdering menandakan sebuah pesan masuk

+62345889..

Mau cari tahu tentang gue gak semudah itu, incaran gue berikutnya ada disebelah Lo.

BECOMES✓ [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang