Pagi dan Kesialan

173 19 1
                                    

Pada pagi hari, di tengah padatnya kota Medan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada pagi hari, di tengah padatnya kota Medan

Sudah pukul 07.00 saat Abi masih terjebak di antara orang-orang sibuk yang tak mau mengalah. Bunyi klakson begitu memekakkan telinga ketika di bunyikan tak beraturan.

Abi memejamkan matanya frustasi di atas Zendaya-motor kesayangannya. Kemarin saat di tanya mengapa menamainya demikian, Abi dengan santai berujar body motornya seaduhai body Zendaya, si artis papan atas dunia.

Laki-laki bersurai coklat itu mengumpat beberapa kali saat dirasa kendaraan di depannya bergerak seperti siput. Jika seperti ini terus, bisa-bisa dia akan terlambat mengikuti ujian akhir.

Setelah di rasa habis kesabaran, Abi dengan sengaja ikut membunyikan klaksonnya berulang-ulang.

Sial, sial, sial -umpatnya dalam hati.

Tiba-tiba bunyi klakson di sekitarnya menghilang, menyisakan Abi yang dengan penuh perasaan menekan klaksonnya. Sontak perhatian orang-orang di sekitar beralih padanya.

"Woy! nyante dek, kaga usah pake tenaga dalam gitu mencet klaksonnya!"

Abi menoleh, menatap tajam pada seorang pemuda berhelm polkadot di samping kanannya. Tentu saja si pemuda tidak akan bisa melihat raut wajah Abi dikarenakan laki-laki itu memakai helm full face.

Berdecak kuat agar si pemuda di sampingnya berhenti mengoceh, Abi kembali memusatkan perhatiannya ke jalanan.

"Njir dek! Budek?!" Pemuda di sampingnya kembali bersuara, Abi tak bergeming. Berdoa dalam hati agar kesialan pagi ini cepat berlalu.

"Kamu bisa diam?" Sinisnya tanpa menoleh. Abi bisa merasakan pemuda di sampingnya sedikit tersentak.

"Aku kamu nih ya ceritanya...." Ejek si pemuda. Abi memaki-maki pemuda tersebut tanpa suara. Setelah di rasa kemacetan sudah berlalu, Abi menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Meninggalkan si pemuda dengan ekspresi melongo yang begitu kentara.

"Buset, kok tancep gas sih dek? Malu ya digodain abang?"

Sayangnya suara si pemuda tidak sampai ke telinga Abi yang telah lebih dulu mengadu kuda besinya dengan aspal jalanan.

Sementara itu, Abi dengan wajah kusut yang begitu kentara turun dari motor. Berharap pengawas ujian belum tiba, yang sialnya lagi saat dia telah menginjakkan kaki di pintu kelas, guru pengawas telah tiba lebih dulu di sana.

Kaki Abi mendadak tak bertulang, double fuck fuck, triple shit shit shit, pengawasnya adalah Pak Arjuna. Tidak, bukan seperti Arjuna sang panah asmara dalam kisah Mahabharata. Namun Arjuna si guru terkiller yang terkenal terdisiplin satu sekolah itu.

Memberanikan diri, Abi bersiap menjatuhkan harga dirinya kedasar palung lautan paling dalam. Dia membuka suara, "assalamu'alaikum pak, boleh saya masuk?"

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang