Renungan Malam

111 14 4
                                    

Pada tengah malam dengan ingatan-ingatan yang mengganggu pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada tengah malam dengan ingatan-ingatan yang mengganggu pikiran

Gevano Rakshi hanya remaja biasa yang mencintai kebebasan. Baginya judi adalah cara menghasilkan uang, alkohol membuat pikiran menjadi tenang, balapan membuat jiwa lebih tertantang, dan merokok membuat paru-paru menyegarkan. Bahkan narkotika pernah dicecap oleh lidahnya, meski tak sampai candu. 

Bermain dengan tubuh wanita memang pernah dilakukan, tapi Gevan masih tau norma untuk tidak sembarang melakukan seks dengan siapapun kecuali sang istri kelak. Menikahi gadis cantik dengan senyum menawan, pandai memasak, dan berambut panjang. Sesederhana itu pemikirannya.

Ya, sederhana sebelum dia menginjakkan kaki di kota ini. Medan dan kerasnya kehidupan, mempertemukannya dengan sosok patah hati bernama Raden Aljadef Abiraga. Di mata Gevan, Abi seperti gadis impiannya. Pemilik senyum menawan yang dalam sekali lihat saja sudah membuatnya terbang ke awan, pandai memasak dan rasanya tidak pernah mengecewakan. Kurang hanya satu, Abi tidak berambut panjang. Tapi nanti saat mereka menikah, dia ingin melihat Abi memanjangkan rambutnya. Sial, membayangkannya saja sudah membuat Gevan tak karuan. 

Jangan salahkan Gevan jika memiliki pemikiran luas, hanya orang kolot saja yang tidak mau menerima perbedaan. Sekarang pun dia siap memberi tau dunia jika Abi adalah miliknya, masalahnya dia hanya takut kesayangannya marah dan memutilasi si Jeno-miliknya. 

Dengan pemikiran tanpa batas yang membawa petaka, Gevan di usir dari rumah oleh papa. Mereka bertolak belakang, Papa dengan segala aturan ketatnya yang haram di langgar. Jika di langgar bukan hanya berbuat dosa, tapi berakibat fatal seperti di usir dari rumah misalnya. Bahkan Mama pun tak mampu berbuat apa-apa.

Tidak seperti Abi yang anak tunggal, Gevan memiliki adik. Si cerdas yang terkurung dalam penjara aturan Papa, Alderio Rakshi. Gevan dan Ale berbeda, Gevan si penyuka kebebasan dan Ale si pecinta pelajaran. Singkatnya, Gevan malas tapi cerdas dan Ale rajin maka cerdas.

"Sekolah saja punya aturan yang harus kamu patuhi jika ingin jadi murid disana. Jadi Papa juga punya aturan jika kamu ingin tinggal disini. Semua punya aturan, kalo kamu ga sanggup patuhi peraturan Papa silahkan pergi dari rumah ini! Ini rumah Papa dan Papa berhak, kamu mau bebas silahkan cari rumah kamu sendiri dan terapkan peraturan sesuai keinginan kamu!" Adalah kalimat terakhir yang keluar dari mulut Papa sebelum Gevan  ditendang keluar dari rumah.

Dan disini Gevan pulang, menyeberang pulau untuk sampai dan menetap di rumah Tante Joy. Wanita yang baik, menerima Gevan yang berandal dan menganggapnya seperti putra sendiri. Tante Joy sudah menikah 3 tahun lalu dan sampai saat ini belum di anugerahi seorang anak. Bukan belum tapi tidak, lelaki yang menjadi suaminya dinyatakan mandul bahkan sebelum mereka menikah. Kebesaran hati Tante Joy menerimanya karna cinta, benar-benar wanita yang tulus. 

Tidak ada satu ceritapun yang Tante Joy lewatkan dari mulut Gevan. Pemuda itu menceritakan segala hal padanya, bahkan semut yang merayap di kamar pun bisa menjadi dongeng panjang yang diceritakan Gevan setiap malam.

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang