Pada petang dengan suasana berbeda...
"Mama..dingin.." Lirih seorang anak laki-laki dalam dekapan Ibunya. Sang Ibu sesekali mengusap lembut kepala dan punggung anaknya guna menenangkan.
"Sabar ya sayang, sebentar lagi giliran kita."
Si kepala keluarga menjadi penonton setia interaksi keduanya. Melihat buah hatinya merengek karna sakit begini membuat dia mendengus geli. Tidak biasanya anak itu bersikap manja sambil menempel pada Ibunya, kalau sedang tidak sakit pasti di peluk pun meronta-ronta.
"Masih ada satu nomor lagi kan? Aku ke toilet dulu udah ga tahan." Bisiknya pada sang istri yang hanya dibalas dengan anggukan.
Sesaat setelah suaminya pergi, wanita muda itu meringis. Kepulangan mereka kemari untuk liburan dan bersenang-senang, tapi rencana yang disusun jauh-jauh hari tidak terealisasikan dengan baik akibat putranya tiba-tiba jatuh sakit.
Lamunan wanita itu terhenti saat seorang perawat tiba-tiba memanggil. "Pasien nomor 68 silahkan masuk." Segera wanita itu bangkit lalu meraih sang putra dalam gendongan.
Langkah anggunnya memasuki ruangan yang terkesan ramai oleh gambar-gambar menarik di dinding. Mungkin karna sosok yang ditemuinya adalah dokter anak, sebisa mungkin tidak ingin membuat anak-anak takut dengan rumah sakit.
"Selamat sore." Dokter itu menyambutnya dengan ramah. Sepersekian detik wanita itu terkejut melihat siapa yang duduk di atas kursi kebesaran itu.
"Abi?" Panggilnya ragu-ragu.
"Karina ya, benar?"
"I-iya, benar" Jawab wanita itu-yang tak lain adalah Karina dengan kikuk.
"Ayo, duduk dulu. Ini anak kamu?" Senyum manis bertengger dibibirnya. Karina tak sedikit pun lupa akan senyum itu, senyum yang membuatnya jatuh cinta. Itu dulu, sebelum suaminya hadir dan menikahinya.
"Iya benar, ini anak aku."
Sejenak Abi bangkit dari kursinya, melangkah ke arah putra dari wanita yang pernah menyukainya di masa lalu. Lelaki dewasa itu berjongkok hingga kini wajahnya sejajar dengan anak itu.
"Hai jagoan, namanya siapa?" Sapanya ramah. Terkekeh geli melihat gelagat malu-malu sebagai balasan dari wajah yang terasa familiar untuknya. Anak itu seperti mirip seseorang, entahlah.
"Leon, dokter."
"Wah namanya ganteng, seganteng orangnya." Anak itu tersenyum sampai menyentuh mata. Sejenak Abi tertegun, mata itu mengingatkannya pada seseorang.
"Leon, dokter periksa dulu ya. Biar Leon cepat sembuh, jagoan kan ga boleh sakit."
"Iya dokter, Leon mau kok diperiksa." Abi tak tahan untuk mengusak surai legam anak itu. Sementara Karina ikut tersenyum.
Abi bangkit, meraih Leon dalam gendongan lalu menidurkannya di atas ranjang. "Leon umurnya berapa?" Tanyanya.
"Leon umurnya 5 dokter." Sambil menunjukkan kelima jari-jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorasi Dama (NOMIN)✔
FanfictionAdorasi Dama (re) : Pengorbanan Cinta Kasih Medan dan kerasnya kehidupan mempertemukannya dengan sosok penuh kejutan. Abi kira ia tak pernah merasa sulit kecuali saat diam-diam memuja Jefran dalam setiap deru napasnya. Namun ketika 'sosok' itu hadir...