Interpretasi Cinta

82 13 6
                                    

Pada siang ditemani gundah yang tak kunjung hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada siang ditemani gundah yang tak kunjung hilang

"Jef, menurutmu cinta itu apa?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut lelaki bernetra cokelat yang sejak tadi tak henti mengaduk makanan di hadapannya.

Yang ditanya menyisir rambutnya pelan sembari tersenyum miring. Menyeruput kopinya pelan dengan tangan satunya lagi yang masih sibuk menulis laporan-laporan tugas yang semakin dikerjakan malah semakin menumpuk.

Lelaki bernetra cokelat yang tak lain adalah Abi memperhatikan gelagat Jefran dengan malas. Untung dia  ingat kalau sudah punya Gevan, jika tidak mungkin bisa saja dia jatuh kembali pada pesona seorang Jefran Revandra yang sibuk berkutat dengan tugas-tugasnya.

Jefran berhenti sebentar, memandang Abi dengan sorot mata teduh menenangkan. "Cinta itu dusta." Ujarnya.

"Ck, jangan samakan semua orang dengan Karina."

Jefran terkekeh sambil membubuhkan tanda tangan di halaman terakhir laporannya, "Sebentar, aku selesaikan dulu. Dosen ini kayanya ngefans sama aku sampe nyuruh tanda tangan."

"Iya terserah kamu, ga sekalian bikin fansign ?" Balas Abi sinis.

Pemuda blasteran itu tak menjawab, memilih mengabaikan Abi untuk menyusun lembar-lembar laporannya yang berantakan. Kemudian menyatukannya rapi dan memasukkannya ke dalam tas. Atensinya dikembalikan pada Abi, "Cinta ya?"

"Cinta itu menjerumuskan."

"Menjerumuskan bagaimana?"

"Seperti kamu yang menjerumuskan Gevan."

Abi tak mengerti, Jefran yang menyadari hal itu tersenyum penuh arti. "Apa sejak awal Gevan sama seperti kamu?"

"Gay?" Tanya Abi pelan, Jefran mengangguk. "Nggak.." Cicitnya.

"Kalau begitu kamu yang menjerumuskan Gevan, benar?"

"T-tapi dia yang suka lebih dulu." Sahutnya tak terima.

"Karna dia tau kamu gay." Jefran menghela napas pelan, kembali menyeruput kopinya yang tinggal setengah. Ekor matanya menangkap sosok di belakang punggung Abi yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Kamu bakal tunangan sama Jov, apa Gevan tau?"

"Nggak."

"Apa ga ada pilihan lain?" Abi memandang Jefran dengan sorot mata gelisah. "Apa kamu harus tunangan sama dia?"

Lelaki bernetra cokelat itu kian gundah, menghadapi Jefran yang mengintimidasi seperti ini membuatnya terlihat tolol di satu sisi dan khawatir di sisi lainnya. "Kalo saya ga tunangan sama dia, perempuan ular itu mengancam bakal bilang ke Bunda tentang hubungan saya sama Gep."

"Lantas kamu takut?" Sial, Abi semakin tertekan dengan aura intimidasi Jefran yang menyerangnya.

"Apa yang kamu takutkan? Takut seluruh dunia membenci kamu?"

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang