Penolakan Berarti

94 15 1
                                    

Pada malam hari disisi lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada malam hari disisi lainnya.....

Tak ada lagi pengaduan gundah hati pada semesta untuk di izinkan melabuhkan hati pada satu adam, tak ada lagi hati yang menanti kabar dari pemuda di seberang, tak ada lagi perasaan yang susah payah disembunyikan, semua berjalan bak air jernih yang tenang. Malam ini tak lagi sama seperti malam-malam sebelumnya, hanya saja kopi hitam pahit rasa neraka tetap ada di atas nakas.

Kenapa disebut rasa neraka? Kurasa siapapun yang meminumnya akan merasakan sensasi lidah mati rasa. Hanya Abi yang sanggup menghabiskan kopi pahit itu hingga tandas. Gevan bilang, Abi sedang simulasi masuk neraka.

Namun malam yang tenang itu kembali gaduh oleh langkah kaki ribut dari arah tangga. Abi tau siapa yang berkunjung, bahkan kakinya sudah pasang posisi kuda-kuda kalau saja orang itu tiba-tiba menyerangnya.

"Ayaaaanggg..."

Braakkk

Perhitungan kuda-kuda Abi tepat untuk menghindar, menyebabkan pelaku kegaduhan terjatuh dengan posisi tidak elite di atas lantai menimpa kursi yang tadi didudukinya.

"Aww, ishh sakiiit." Suara manja yang ditelinganya terdengar seperti suara tikus terjepit pintu itu meringis. Abi mendengus, "Siapa suruh kamu melompat?"

Seolah tidak terjadi apa-apa, gadis penyebab kegaduhan itu tersenyum lebar. Abi meringis dalam hati, takut-takut gadis di depannya ini pengidap bipolar. "Aku kangen tauuu."

"Ck, tapi saya ga kangen kamu."

Gadis yang diketahui bernama Jovanka itu terkikik geli lalu berdiri dan menghampiri Abi. "Masa? Masa?"

"Masa itu noh di dapur."

"Itu kan masak, ayaaang."

"Bacot."

Jovanka tergelak, sedikitpun tak merasa tersinggung setajam apapun Abi berucap. Begini kalau sudah cinta, memberi tubuhnya pun ia rela.

Memberi tubuhnya?

Kita lihat sejauh apa usaha Jovanka menarik Abi ke dalam pelukannya. Bunda tadi bilang akan menginap dirumah nenek hingga lusa. Malam ini saja sudah cukup membuat Abi terkesan bukan?

Kaki jenjang itu melangkah, menghampiri punggung lebar lelaki yang masih sibuk dengan ponselnya. Sengaja dia mengenakan celana di atas lutut yang begitu menggoda, dan atasan putih transparan.

Jovanka meraih punggung Abi dalam dekapan, merapatkan bagian depannya yang menonjol. Abi tersentak, hampir saja menjatuhkan ponselnya. Dalam satu gerakan lelaki bersurai coklat itu berbalik dan mendorong Jovanka kuat hingga terhuyung kebelakang.

"Keluar." Tegasnya.

Gadis di depannya menyeringai sama sekali tak gentar. "Bahkan aku siap menelanjangi diri di depan kamu."

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang