Epilog : Gevan Tengah Lara

130 11 1
                                    

Jangan lupa putar lagunya biar makin sakit hati

Hampir petang saat rindu yang digenggam harus dilepaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir petang saat rindu yang digenggam harus dilepaskan

Gevano Rakshi hanya anak laki-laki yang sedang mencari jati diri, setidaknya ini yang dipikirkan Mama. Itu sebabnya Mama tidak pernah marah saat mendapati Gevan yang berulah dengan kenakalan-kenakalan baru setiap harinya, paling Mama hanya mengomel dan itu wajar. Bahkan ketika Papa mengusir putra sulungnya, Mama tak memohon pada Gevan untuk tetap tinggal. Karna Mama tau, rumah itu bukanlah tempat yang tepat bagi Gevan untuk pulang.

Mama hanya diam setiap kali Papa memarahi Gevan. Kemudian setelah Papa pergi, Mama akan menariknya ke dalam sebuah pelukan. Puncaknya saat Gevan kecil membuat kesalahan, Papa mengunci pintu rumah dan tak membiarkannya masuk meski petir dan kilat menyambar di luar. Dari sanalah ketakutan Gevan terhadap petir dan hujan berawal.

Tapi saat mengetahui Gevan menjalin kasih dengan seorang laki-laki, ada bagian dalam diri Mama yang tidak terima. Ada rasa bersalah yang amat besar memenuhi rongga dadanya. Mama tidak bisa tidur setiap malam, membayangkan penderitaan yang dilalui oleh putranya.

Gevano Rakshi hanyalah si sulung yang mencintai keluarga. Tak pernah Gevan mendapati Mama meminta apapun padanya, tapi kemarin malam wanita yang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkannya itu memohon dengan sangat hampir bersujud di kakinya.

Mama ingin Gevan mengakhiri segalanya. Segala cinta yang dia bangun berdua dengan Abiraga. Gevan tak punya kuasa untuk menolak, dia amat mencintai Mama. Disanalah logika dan perasaan berperang, meyakinkan si pemilik untuk mundur sebelum mengacungkan pedang.

Gevano Rakshi hanyalah manusia biasa, bukan dewa meski parasnya terbilang sempurna. Mati-matian ia menahan diri untuk tak mengeluarkan air mata di depan Abi. Sekuat tenaga dia menahan diri untuk tak goyah dengan keputusan yang sudah matang-matang ia pikirkan.

Dengan tangis tanpa suara Gevan bersandar pada dinding kamar tempat Jefran melayangkan bogemnya. Kondisinya bahkan terlihat lebih buruk daripada Abi yang menangis meraung-raung. Gevan mengusap wajahnya sambil bangkit dan mengemasi baju-bajunya kembali. 

Radio di atas meja sengaja ia putar agar suasana menjadi lebih baik. Keputusannya nampak salah, si penyiar seakan paham keadaan hati Gevan sekarang. Lagu diputar, membuat Gevan tak  berkutik sebagai pendengar.

Dan...
Dan bila esok datang kembali
Seperti sedia kala
Di mana kau bisa bercanda

Abiraganya yang indah bersama senyuman termanis yang tak akan pernah Gevan dapati selain padanya. Abiraganya yang selalu tertawa meski lelucon Gevan tak ada lucu-lucunya. Abiraganya yang marah-marah tapi diam-diam pipinya memerah kala Gevan menggoda. Abiraganya yang sempurna.

Dan...
Perlahan kau pun lupakan aku
Mimpi burukmu
Di mana telah kutancapkan duri tajam
Kau pun menangis, menangis sedih
Maafkan aku

"Abi..harus berapa ribu maaf lagi yang keluar dari bibir bajingan ini. Aku luka yang kamu biarkan menganga, aku sakit yang kamu jaga tetap ada, aku sialan yang kamu cintai segitu dalamnya. Abi, kenapa.." Suara Gevan tersendat-sendat, sesal seketika menghampirinya.

"Kenapa kamu masih menginginkan aku disaat kenyataan semakin sulit?"

Dan...
Bukan maksudku, bukan inginku
Melukaimu
Sadarkah kau di sini ku pun terluka
Melupakanmu, menepikanmu
Maafkan aku

"Aku pergi karna aku ga mau lagi melihat kamu terluka. Aku sumber semua rasa sakit itu. Aku mungkin ga pernah tau seberapa besar kamu mencintai aku, tapi aku mencintai kamu lebih besar daripada itu."

Gevan terlihat seperti kehilangan kewarasan karna menangis dan berbicara sendirian. Lihat, bukan hanya Abi yang terluka disini tapi Gevan juga. Dia bahkan tak bisa bernapas dengan benar. Karna udaranya, napasnya, oksigen yang menjaganya tetap hidup telah pergi, dan itu karna ulahnya.

Lupakanlah saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala

Jika membencinya bisa membuat Abi berpaling, tak apa. Gevan rela di benci oleh Abi seumur hidupnya.

Caci-maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala

Jika mengutuknya dengan seribu umpatan bisa membuat Abi lega, tak apa. Gevan rela di kutuk karna dia memang pendosa.

Gerakan tangannya terhenti saat koper telah ditutup. Penerbangannya sebentar lagi, jauh dari Medan yang meninggalkan banyak kenangan. Terbang ke Amerika demi memenuhi tuntutan Papa, Gevan menyetujuinya begitu saja. Papa bilang dia harus pergi menuntut ilmu ke luar negeri agar kehadirannya dapat diterima kembali.

"Gevan, waktunya kita berangkat ke bandara nak." Mama disana, diam di ambang pintu sejak lama. Mungkin saat Gevan menangis Mama sudah melihatnya. 

Gevan yang menyadari ada Mama langsung menghapus air matanya, tapi Mama lebih dulu menggantikan tangan Gevan untuk melakukannya. "Keluarkan nak, bagi rasa sakitnya sama Mama. Ayo sayang."

Meski perpisahan yang terjadi karna permintaan Mama, Gevan tak menyalahkan wanita itu sama sekali. Dipeluknya Mama dengan erat sambil air matanya yang kembali tumpah membasahi bahu sempit itu.

"Gevan mencintainya Ma, Gevan mencintainya sampai ga ada lagi ruang kosong yang tersisa untuk orang lain."

"Dia tadi nangis Ma, Mama lihat kan? Dia nangis karna Gevan. Gevan mau peluk dia Ma, Gevan mau lari ke arah dia tapi Gevan gabisa. Gevan udah janji sama Mama."

"Maafkan Mama nak, maafkan Mama. Ikhlaskan dia nak, jangan kamu berpikir untuk mengulangi lagi kesalahan yang sama."

Siang itu menjadi penanda kisah antara dua insan telah usai. Meninggalkan ribuan luka yang membekas di hati masing-masing. Kali ini Tuhan yang mengambil alih, menjawab tanya akankah cinta selalu berakhir bahagia. Tuhan adalah sang penguasa, sementara kita hanyalah manusia yang memainkan takdirnya.

Bersama Gevano Rakshi dan Raden Aljadef Abiraga. Berakhir kisahnya dalam Adorasi Dama.

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang