Ada Suka Ada Duka

79 9 3
                                    

Pada pagi bersama kisah yang telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada pagi bersama kisah yang telah usai

Bayang-bayang penyesalan selalu menyusul belakangan. Ibarat bubur yang tak dapat kembali menjadi nasi, pun kejadian yang tak seharusnya terjadi tak dapat di ulang lagi. Berat kaki melangkah terpaksa harus pergi, sesak di dada yang tak bisa di obati, ini hukuman yang pantas bagi si penghancur hati.

"Kamu bilang aku bukan orang yang kamu cari." Si pemuda tidak akan pernah tau ucapannya telak menghantam ulu hati.

Bahkan untuk sekedar menyangkal pun, si gadis tidak mampu. Ingatannya diseret paksa pada kejadian tahun lalu. Kebohongan-kebohongan yang dirangkai begitu apik, mematahkan hati satu insan yang terpaksa pergi.

Karina bersandar pada kursi, malas bersitatap dengan kendaraan yang hilir berganti. Mobil melaju pelan, tampaknya sang supir tau Nonanya sedang menyelami ingatan tentang Kota ini lebih lama.

Medan, Perasaan, dan Jefran. Tiga kata yang membawanya pulang pun menghempasnya pergi. Masih segar di ingatan Karina ucapan Jefran tempo hari.

"Dulu, kamu yang minta aku untuk pergi tanpa jejak dan jangan kembali. Aku udah hampir ngelakuin maunya kamu, sebelum kamu datang dan mengurai lagi jejakku yang hampir hilang."

Hebat, kalimat itu menghantuinya sepanjang malam dan tak bisa tidur dengan tenang.

"Kar, udah terlanjur hatiku menganggap cintamu itu dusta. Bahkan sempat aku berpikir semua perempuan itu sama saja, sama gak tulusnya. Mungkin waktu itu kamu ga bermaksud tapi tetap saja luka dan sakit hati ga bisa dihindari."

Di tengah pejaman mata, tetes demi tetes luruh mengekspresikan rasa.

"Kamu terlambat, Kar. Perasaan itu udah lama hilang. Tempatmu yang dulu, udah ada penghuni baru. Ga selamanya aku bisa terpaku sama perasaanku ke kamu, aku butuh orang lain. Dan sekarang udah ketemu, mungkin ga secantik dan sesempurna kamu tapi semoga bisa menghargai aku lebih baik daripada kamu."

Jefran dan semua kalimat yang keluar dari bibirnya adalah kebenaran. Karina tak sempat bilang kalau dia benar-benar menginginkan Jefran, pemuda itu sudah lebih dulu mengatakan dia menyukai orang lain. Apa yang bisa Karina lakukan selain menyerah pada perasaannya sendiri.

Jarak itu untuk mendewasakan manusia katanya. Karina mencoba percaya pada kalimat itu, jauh dari Jefran menyadarkannya tentang perasaan yang sebenarnya sudah ada sejak lama. Dan rindu untuk mendekap pemuda itu kembali tak berbuah apa-apa.

Mobil melaju hampir sampai di bandara, disitulah Karina baru membuka mata. Memandang kota yang menjadi latar cintanya bersama pemuda seelok Jefran Revandra. Senyum terakhir di ukirnya penuh ketulusan. Karina sudah ikhlas karna Tuhan punya rencana.

..................................

Berbanding terbalik dengan Karina, Jefran berjalan dengan langkah bersemangat di sepanjang koridor. Senyum manis mampir dibibirnya, menyapa setiap orang yang lewat bahkan yang tidak kenal sekalipun.

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang