Kacau Balau

89 12 4
                                    

WARN!!! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR YANG DAPAT MENYINGGUNG PIHAK-PIHAK TERTENTU. YANG MERASA TERSINGGUNG PART INI BOLEH DI SKIP

 YANG MERASA TERSINGGUNG PART INI BOLEH DI SKIP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada pagi yang di awali dengan caci dan maki

Bisik-bisik menemani langkah Abi di sepanjang koridor menuju kelas. Suasana Fakultas Kedokteran pagi itu tampak tak sehangat biasanya. Pun tatapan puluhan mata yang memandangnya seakan hina. 

Pada dasarnya, Abi adalah pribadi yang acuh. Jadi hal seperti ini tak akan jadi masalah besar. Setelah mencoba meyakinkan diri sendiri, Abi dengan mantap melanjutkan langkah menuju kelasnya. Lagi-lagi bisik-bisik itu ia dapatkan.

Mengabaikan semua hal yang mengganggu paginya, lelaki itu memilih membuka jurnal dan membaca kembali catatan-catatan kecilnya. Samar-samar telinganya menangkap suara-suara sumbang.

"Sumpah? Dia homo?"

"Percuma ganteng kalo suka yang ganteng."

"Pantas dia agak anti gitu sama cewe, ternyata sukanya cowo."

"Ihh, jijik woy!!"

"Bentar lagi kiamat nih."

Berkali-kali Abi kembali meyakinkan dirinya, ini tak akan jadi masalah besar. Gosip seperti ini hanya akan bertahan dua atau tiga harian, kemudian akan terabaikan dengan munculnya gosip baru. Ya benar, Abi yakin itu.

Earphone di telinga sudah terpasang, musik dengan volume penuh di putar. Gendang telinganya mungkin hampir pecah, namun Abi seakan tak mendengar musik apapun. Cacian dan makian disekelilingnya semakin terdengar memekakkan. Sejenak ia larut dalam kekhawatiran, akankah Gevan baik-baik saja?

Tidak, kekasihnya itu pasti mengalami hal yang sama dengannya. Mungkin ia acuh, tetapi akankah Gevan melakukan hal yang sama? Bisa saja pemuda itu sedang kesulitan sekarang.

Abi mengabaikan segalanya, memilih mengemasi barang-barangnya ke dalam tas dan melangkah menuju pintu. Namun langkahnya ternyata tak semulus itu. Gilang disana membatasi geraknya untuk melangkah lebih jauh. 

Hubungan keduanya tak bisa dibilang cukup baik. Abi yang antisosial dan Gilang yang gemar bersosialisasi. Keduanya acap kali melakukan persaingan tak kasat mata-sebenarnya hanya Gilang yang menganggap demikian. Dan persaingan itu pun dimenangkan oleh Abi yang membuat Gilang sedikit demi sedikit mulai membenci lelaki itu.

Dimata Gilang, Abi adalah sosok yang acuh. Bagaimana mungkin si acuh itu dapat melampaui nilainya yang tidak pernah absen bertanya maupun menjawab pertanyaan dari dosen. Well, Gilang menganggap sosok Abi tak layak dan tak lebih pandai darinya. 

Sejak itu, Gilang selalu mencari cara menjatuhkan Abi. Bagai mendapat rejeki nomplok di pagi hari, betapa senangnya Gilang kini mengetahui kekurangan lelaki dihadapannya. Homoseksual adalah aib yang tak seharusnya tersebar, pikirnya.

Adorasi Dama (NOMIN)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang