be ambitious 8

700 80 7
                                    


So Eun membereskan mejanya saat pekerjaannya sudah selesai. Ia berencana untuk makan siang dengan Min Young hari ini. Tapi, temannya itu ada janji dengan kekasihnya. Berakhir ia yang harus mencari orang lain untuk ikut makan dengannya.

Tadinya, ada niat untuk meminta Min Ho menemaninya. Tapi, ia urungkan ketika mengingat ucapan-ucapan Hye Sun tentang betapa merepotkannya dirinya. Ia akan berusaha sebaik mungkin untuk meminimalkan permintaan—apapun itu—pada Min Ho agar tidak dianggap merepotkan lagi.

Jadinya, ia harus makan siang sendiri. Tadinya, ia akan mengajak Young Hwa juga—tapi si Jung itu sedang ada rapat di luar kantor dan sepertinya akan langsung makan di sana.

Memilih jalan kaki, So Eun berniat untuk makan di tempat makan yang ada di dekat kantor. Ia sendirian jadi tidak perlu pergi jauh-jauh.

Keluar dari area kantor, pemilik marga Kim itu belok kiri hendak menyeberang untuk pergi ke area di seberang perempatan. Di sana berjejer berbagai tempat makan—ia bisa memilih salah satu dari tempat makan itu.

So Eun sudah berdiri di ujung jalan—menunggu lampu lalu lintas berubah warna agar ia bisa menyeberang. Tapi, saat ia menatap ke depan sana, kehadiran seseorang yang tidak asing membuat senyumnya menghilang. Lalu, saat orang itu mulai memamerkan senyumnya, pemilik marga Kim itu jadi menggeleng kuat dan melangkah mundur.

“Tidak....”

Kakinya masih melangkah mundur, gerakannya kaku dan sebuah rasa tidak menyenangkan mulai menghampirinya.

“Tidak mungkin.”

Lampu lalu lintas sudah berubah warna, tapi So Eun tetap bergerak mundur. Lalu, saat orang di ujung sana sudah menyeberang ke arahnya, ia segera berbalik dengan cepat. Dalam pikirannya hanya ada satu hal. Ia harus pergi jauh dari jangkauan orang itu.

Tapi, bukannya pergi jauh—saat ia berbalik—ia hampir terjungkal karena menabrak seseorang lain yang entah bagaimana ada tepat di belakangnya. Beruntung orang itu bergerak lebih cepat untuk menahan kedua lengannya sehingga ia tidak berakhir jatuh ke trotoar jalanan.

“Kya, kau tidak apa-apa?”

So Eun mengerjap sekali, menatap orang itu dan langsung berdiri dengan benar. “Kim Bum?”

“Kau tidak apa-apa?”

Kim Bum masih mengajukan pertanyaan yang sama. Tapi So Eun sendiri tidak langsung memberikan jawaban. Ia memilih untuk menatap ke sekelilingnya lebih dulu—memastikan bahwa orang di seberang jalan tadi tidak ada di sekitarnya. Lalu, saat ia tidak menemukan orang itu, ia kembali menatap Kim Bum dan menggeleng kecil.

“Aku tidak apa-apa.”

“Kau serius?”

“Iya.”

“Tapi, kau seperti orang ketakutan. Serius tidak apa-apa?”

So Eun mengangguk cepat. “Iya, aku tidak apa-apa. Tadi aku memang takut, tapi sudah ada kau di sini. Aku tidak takut lagi.”

Jika tadi So Eun, sekarang Kim Bum yang mengangguk. Pria Kim itu terlihat menatap ke sekelilingnya sebelum kembali menatap si cantik yang wajahnya sedikit pucat.

“Kau mau ke mana?”

“Ya?” Dan So Eun jadi tersentak kecil saat Kim Bum mengajukan pertanyaan itu lagi. Ia masih sibuk menatap ke sekelilingnya dengan tatapan awas sehingga jadi kaget saat Kim Bum mengajukan pertanyaan tadi.

“Kau mau ke mana?”

Pertanyaan yang sama Kim Bum ajukan dan So Eun berusaha agar terlihat baik-baik saja. Sebuah senyum lalu ia ukir untuk menghiasi wajahnya sebelum mengulurkan tangannya untuk menunjuk ke jejeran tempat makan di seberang jalan sana.

“Mau ke sana.”

“Untuk apa?”

“Makan. Sekarang sudah jam makan siang.”

“Sendiri?”

So Eun mengangguk lagi. “Min Young ada janji dengan Seo Jun. Min Ho oppa mungkin pergi kali dengan Hye Sun, aku juga tidak tahu. Young Hwa sedang ada rapat di luar, sehingga aku tidak bisa mengajaknya.”

“Young Hwa?”

So Eun tidak tahu pasti, Kim Bum terlihat sedikit kaget saat mendengar ucapannya dan saat ia mengajukan pertanyaan itu. Tapi, ia tetap mengangguk untuk itu.

“Dia temanku sebelum aku pindah ke sini. Kami sudah bersama sejak kecil. Sekarang dia bekerja sebagai sekretarisku.”

“Oh.” Bergumam samar, Kim Bum lalu menatap ke arah tempat yang So Eun tunjuk tadi sebelum menatap si cantik lagi. “Mau kutemani?”

“Ke mana?”

“Ke sana.”

Jawaban itu Kim Bum berikan sambil menunjuk tempat yang So Eun tunjuk tadi dengan dagunya. Sukses saja membuat sebuah senyum manis kembali menghiasai wajah wanita itu.

“Boleh?”

“Kalau kau mau.”

“Tentu saja aku.”

“Ayo.”

Kim Bum menjawab santai. Lalu, sudah akan melangkah ke ujung jalan untuk menunggu lampu lalu lintas berganti warna agar bisa menyeberang. Tapi, So Eun—yang masih diam di posisi yang sama—memanggilnya lebih dulu, membuatnya tidak jadi melangkah.

“Bum-ah?” Senyum manis itu masih ada di wajah So Eun. “Bagaimana jika kau menggandeng tanganku?”

So Eun tidak tahu pasti apa yang Kim Bum pikirkan saat pertanyaan itu ia ajukan. Raut wajah pria itu masih datar seperti biasa. Tidak ada juga tanda-tanda pria itu akan menerima atau menolak permintaannya. Tapi saat hampir semenit berlalu dan tangan kiri pria Kim itu terulur ke hadapannya—ia tidak dapat menahan diri untuk melebarkan senyumnya.

Jika malam itu ia tidak menerima uluran tangan Kim Bum, hari ini ia tidak memikirkan apapun untuk meraih uluran tangan itu.

•be ambitious•


















Thank you...

be ambitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang