be ambitious 18

521 70 5
                                    



Min Ho sudah menghentikan mobilnya di depan rumah yang ditinggali So Eun sejak dua puluh menit yang lalu. Dan dalam dua puluh menit ini tidak ada tanda-tanda So Eun akan keluar dari mobilnya.

Oh ya, jika ada yang bertanya tentang bagaimana So Eun bisa pulang bersama Min Ho—sedangkan seharusnya ia bersama Kim Bum—jawabannya karena memang harus. So Eun memang harus pulang bersama Min Ho karena yang baru saja terjadi itu bukan hal biasa. So Eun jelas dalam bahaya dan Min Ho tidak bisa membiarkan adiknya seperti itu.

Sebenarnya, bisa saja So Eun pulang bersama Kim Bum. Tapi tentunya mereka akan menggunakan angkutan umum dan kemungkinan untuk bertemu orang tadi lebih besar. Kim Bum bisa menjaga So Eun dengan baik—sudah pasti. Tapi, baik Min Ho atau So Eun, dua-duanya tidak ingin merepotkan pria Kim itu. Selain itu, mereka juga tidak mau jika Kim Bum sampai terseret ke dalam masalah dari masa lalu mereka.

Hasil akhirnya, Min Ho yang harus bersama So Eun—walau harus bertengkar lagi dengan Hye Sun. Masalah Hye Sun bisa diurus nanti, yang paling penting sekarang adalah So Eun. Seperti yang sering ia katakan, selama belum putus, masih bisa baikan.

“Oppa?” So Eun membuka suara lebih dulu setelah sekian lama ia hanya diam sejak mereka berhenti di depan rumah itu. “Bagaimana dengan orang itu?”

“Kenapa?”

“Orang itu harus kembali secepatnya, oppa. Aku sudah lelah.”

“Sabar sebentar lagi, ya, orang-orang suruhan oppa masih berusaha untuk mencari dia.”

“Sampai kapan?”

“Oppa juga tidak tahu, Sso. Menemukan orang itu bukan perkara mudah. Yang jelas, oppa masih butuh waktu.”

“Sesulit itu ya, menemukannya?”

Min Ho mengangguk kecil di posisinya. “Tidak ada petunjuk apa-apa. Kau tidak tahu siapa dia bahkan namanya. Sedangkan semua data tentang perusahaan yang ada sangkut pautnya dengannya sudah dihilangin oleh ayah dan ibumu. Dan orang-orang yang tahu tentang dia juga sudah tidak ada. Yang tersisa cuma tuan Hwang, tapi dia menolak untuk mengatakan apapun. Oppa sudah menemuinya lagi dan dia tetap menolak untuk memberi tahu apapun tentang orang itu—bahkan namanya. Tuan Hwang selalu bilang kalau itu permintaan terakhir mereka dan oppa tidak bisa melakukan apapun karena kau sendiri yang mengatakan untuk menghargai apapun permintaan mereka. Sekarang kita bergerak sendiri, tanpa petunjuk—itu jelas tidak mudah. Dan waktunya juga tidak bisa cepat.”

“Seperti itu ya, oppa?”

“Bertahan sebentar lagi? Ya? Oppa janji akan membawa pulang orang itu dan melepaskanmu dari semua ini.”

So Eun tidak memberikan jawaban dengan jelas. Ia hanya mengangguk dan diam. Kesunyian lalu kembali menyelimuti mobil itu.

“Sudah bisa turun?”

Satu pertanyaan itu akhirnya terujar setelah kesunyian yang menyelimuti mobil itu sejak percakapan tadi berakhir—tepat setelah So Eun bergerak untuk melepas sabuk pengamannya. Dan pertanyaan itu suskes membuat si cantik menoleh dan menatap sang kakak.

“Dia tidak akan datang kan, oppa?”

Lalu, saat So Eun mengajukan pertanyaan itu, sang kakak langsung menggeleng dengan ekspresi wajah paling meyakinkan—walau ia sendiri tidak yakin. Dulu, orang asing itu datang pertama kalinya untuk mencoba membunuh So Eun di rumah itu. Min Ho jelas tidak yakin dengan jawabannya—tapi ia berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri dan So Eun—tentu saja.

“Tidak. Dia tidak akan datang.”

“Tapi, aku takut, oppa.”

“Oppa sudah menyuruh orang untuk menjaga rumah ini. Kau tak perlu takut.”

“Aku tidak bisa tenang kalau tidak ada oppa di sini.”

Ucapan So Eun setelah itu membuat Min Ho menghela napasnya. Ia juga sama saja dengan So Eun. Tapi, apa yang bisa ia lakukan saat ia sudah punya pekerjaan yang harus ia urus?

“Maafkan oppa, Sso. Tapi pekerjaan dari ayah tidak bisa oppa tinggalkan.”

Dan walau masih tidak rela, So Eun tetap mengangguk. Dalam diamnya, ia sendiri berusaha menyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Orang itu tidak akan datang lagi—ya, harus seperti itu, kan?

“Tidak apa-apa, oppa. Walau susah, aku juga akan berusaha untuk tidak takut lagi.”’

“Nanti telpon Min Young.”’

Tapi, So Eun menggeleng begitu saja. “Tidak perlu, Min Young sedang sibuk, aku tidak mau mengganggunya.”

Ya, So Eun memang takut. Tapi, ia tidak bisa menahan dan memaksa orang-orang yang selama ini bersamanya meninggalkan urusan mereka. Bagaimanapun ia bukan prioritas mereka. Masih ada hal yang lebih penting dari dirinya.

“Sudah, jangan takut-takut. Keamanan rumah ini sudah diperketat sejak kejadian dulu.” Berucap pelan, Min Ho lalu mengulurkan tangannya untuk menepuk puncak kepala So Eun. “Sudah ada yang menjagamu. Nanti oppa minta tolong bibi juga untuk menemanimu.”

So Eun tidak memberikan jawaban yang pasti. Ia hanya menggerakan kepalanya tapi entah itu anggukan atau gelengan. Detik beriktunya, saat Min Ho menarik tangannya dari puncak kepala si cantik, pemilik marga Kim itu lalu menggerakan tangannya untuk membuka pintu.

“Aku masuk, oppa.”

Min Ho mengangguk seadanya. So Eun lalu keluar dari mobilnya. Tapi, sebelum si cantik menutup pintu itu, ia kembali memanggil si cantik hingga wanita itu merunduk untuk menatapnya.

“Kenapa?”

“Kalau memang tetap tidak bisa, nanti telpon Kim Bum ya.”

“Kim Bum?”

“Untuk malam ini saja. Oppa akan mengusahakan agar besok pekerjaan oppa sudah selesai.”

“Iya.”

•be ambitious•



















Thank you...

be ambitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang