Sudah hampir tengah malam tapi Kim Bum belum bisa tidur. Sudah berkali-kali ia mencoba tapi selalu gagal. Setiap kali ia memejamkan matanya, gambaran kejadian sore menjelang malam tadi—saat So Eun dengan rasa takut luar biasa berusaha untuk melepaskan sesuatu dari lehernya—bermain-main dalam bayangannya.
Apa ini?
Kenapa ia terus memikirkan So Eun?
Dan kenapa juga rasa khawatirnya selalu kembali setiap mengingat apa yang orang asing tadi katakan sebelum kabur meninggalkan mereka?
“Aku tidak akan berhenti. Kim So Eun harus merasakan kehancuran juga.”
Dan yang paling menguras kerja otaknya adalah saat ia mengingat bagaimana jantungnya tidak bekerja dengan baik saat maniknya bertemu dengan manik indah pemilik marga Kim itu. Lalu, kejadian nyaris panas di toko rotinya siang tadi menyusul dengan gembira.
Sialan!
Apa yang terjadi padanya?
“Tidak seperti ini, Kim Sang Bum. Bagaimana bisa hanya dengan satu ciuman, kau langsung jatuh seperti ini? Kau belum mendapatkannya, kau tidak boleh jatuh secepat ini.”
Kim Bum berusaha kembali untuk tidur. Ia mengubah posisi tidurnya dan kembali memejamkan mata. Tapi yang terjadi malah ia kembali memikirkan hal yang sama. Ciuman di tokonya siang tadi, lalu kejadian sore menjelang malam tadi—ciuman di tokonya siang tadi, lalu kejadian sore menjelang malam tadi—ciuman di toko...
Ya, seperti itu terus sampai ia akhirnya membuka matanya dan beranjak dari posisi berbaringnya. Meraih ponselnya yang ada di atas nakas, saat layar benda itu menyala, ia dapat melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah sebelas lewat. Lalu, tanpa peduli apapun, ia segera mengetik sebuah pesan untuk Min Ho.
“Beri tahu pengawalmu, aku mau menemui Kim So Eun. Jangan ada yang mengahalangiku.”
“Sialan Kim So Eun! Kau tidak boleh kabur setelah tahu semuanya nanti. Kau harus bertanggung jawab untuk semua yang sudah kau lakukan padaku.”
•be ambitious•
“Tu...”
“So Eun sudah pulang?”
Kim Bum tidak mau menunggu hingga satpam yang menjaga rumah So Eun selesai bertanya heran tentang kedatangannya yang tiba-tiba malam ini. Pertanyaan tentang So Eun memang ada di dalam rumah lebih penting sekarang.
“Sudah sejak tadi, tuan. Nona diantar oleh tuan Min Ho.”
“Aku mau bertemu dengannya.”
Lalu, tanpa protes apapun, satpam itu segera membuka gerbang dan membiarkan Kim Bum masuk. Ada beberapa pengawal Min Ho yang berkeliaran di situ, tapi mereka sama sekali tidak menahan Kim Bum. Mungkin karena Min Ho sudah memberi tahu mereka tentang kedatangan Kim Bum malam ini.
Saat sampai di dalam rumah, Kim Bum langsung naik ke lantai dua. Ia sudah seperti orang yang hafal mati keadaan rumah itu sehingga tidak perlu repot bertanya di mana kamar So Eun berada. Tapi, sialnya ia sama sekali tidak menemukan kamar So Eun. Semua kamar di lantai itu kosong, menandakan jika si cantik memang tidak menghuni salah satunya.
Mendengus kesal, pria Kim itu lalu memilih turun dengan segera. Ia harus mencari So Eun ke seluruh penjuru rumah besar itu.
Saat ia baru turun ke lantai utama, bibi yang menjadi asisten rumah tangga di situ kebetulan lewat—entah dari mana dan akan ke mana—dan terlihat kaget saat mendapatinya di rumah itu.
“Tuan ke sini?”
“So Eun di mana?” Tidak menjawab pertanyaan bibi, Kim Bum malah mengajukan pertanyaan lain. Sudah dikatakan bahwa semua informasi tentang So Eun lebih penting saat ini. “Kenapa dia tidak ada di atas?”
“Nona So Eun memang tidak menggunakan kamar yang ada di lantai atas, tuan.”
“Ya?”
“Nona So Eun memang tidak mau menggunakan kamar yang ada di lantai atas sejak pertama kali datang. Tapi, setelah orang tuanya meninggal baru dia bisa pindah. Sejak saat itu, dia memang menggunakan kamar yang ada di belakang. Kalau tuan mau bertemu, mari bibi antar.”
Kim Bum masih tidak mengerti dengan informasi yang baru saja ia dapatkan. Tapi, ia tetap mengangguk, membuat wanita setengah bayah itu juga mengangguk sebelum bergerak untuk mengantarnya pergi ke tempat yang disebut sebagai kamar belakang. Lalu, setelah sampai wanita itu langsung pergi—meninggalkan Kim Bum di situ. Dan setelah wanita itu pergi, Kim Bum tidak berpikir dua kali untuk mengetuk pintu kamar itu.
Tok tok tok....
“Sso, buka pintunya. So Eun...”
Kim Bum terus memanggil dengan tangan yang tetap bergerak untuk mengetuk pintu kamar itu. Dan tidak butuh waktu lama hingga pintu terbuka dan menampilkan So Eun yang berdiri di sana dengan penampilan yang bisa dibilang berantakan.
Kedua matanya tidak secerah biasanya—tatapannya tidak fokus—dengan rambut yang berantakan dan wajah yang sedikit pucat. Wanita itu sepertinya berusaha untuk tidur juga tapi tidak bisa.
“Kim Bum...”
Lalu, saat So Eun belum mengatakan apapun untuk mempertanyakan kehadirannya di tempat itu, Kim Bum sudah lebih dulu bergerak untuk menarik si cantik masuk ke dalam pelukannya. Ia khawatir luar biasa sehingga melihat So Eun saat ini—walau dengan keadaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja—bisa membuatnya cukup lega. Pelukannya sangat erat dan ia tidak ragu untuk memberikan ciuman di pipi si cantik.
•be ambitious•
Thank you...

KAMU SEDANG MEMBACA
be ambitious
FanfictionBumsso Awalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja...