Setelah selesai mengurus So Eun makan dan minum obat, Kim Bum hampir tidak bisa bernapas dengan benar karena wanita itu segera memeluknya—bahkan ketika asisten rumah tangga belum datang untuk mengambil alat makannya. So Eun seakan tidak bisa melepas pria itu barang sedikitpun.
Kim Bum sendiri hanya bisa pasrah dan mengikuti apa yang si cantik inginkan. Setelah asisten rumah tangga pergi dengan membawa alat makan So Eun, pria Kim itu hanya sempat membuat So Eun melepaskannya untuk membenahi posisi mereka di atas ranjang. Setelahnya, ia benar-benar tidak bisa apa-apa ketika So Eun tetap memeluknya erat.
“Kau kenapa?”
“Mau peluk.”
“Ini sudah kupeluk. Tidak perlu sampai seperti itu.”
“Tidak mau.” Menjawab cepat, So Eun menggeleng kuat sebelum kembali menatap Kim Bum. “Nanti kau melepaskannya.”
“Aku tidak akan melepaskannya. Lagi pula, aku sudah sering mengatakan bahwa aku tidak mau ditinggal. Bagaimana bisa aku tidak mau ditinggal tapi aku malah melepaskanmu?”
Ucapan Kim Bum setelah itu membuat So Eun diam. Ia tidak memberikan jawaban untuk ucapan itu dan lebih memilih untuk menyandarkan kepalanya di dada Kim Bum. Untuk saat ini, So Eun tidak peduli apa yang Kim Bum mau darinya. Hidup tanpa perhatian lebih dari kedua orang tuanya membuat ia hanya ingin berada di posisi itu lebih lama.
Kim Bum sendiri juga tidak mengucapkan apapun. Ia hanya diam pada posisi yang sama, menatap si cantik yang bersandar nyaman di dadanya. Hingga pada detik kesekian, tangannya terangkat untuk meraih puncak kepala wanita itu sebelum merunduk kecil dan mengecupnya.
“Sso?”
“Ya?”
“Kau tidak mau bertanya lagi padaku?”
“Tanya apa?” Kim Bum mengajukan sebuah pertanyaan, tapi wanita Kim itu tidak memberikan jawaban. Ia malah mengajukan pertanyaan lain sambil mendongak dan menatapnya, membuatnya jadi menatap si cantik juga.
“Tanya semua yang mau kau tahu.”
“Memangnya, kau mau menjawabnya?” Masih mengajukan pertanyaan lain, wanita itu lalu memilih untuk kembali bersandar di dada Kim Bum dengan nyaman. “Untuk sekarang, aku tidak peduli apapun. Yang penting aku bisa bersama denganmu.”
“Kau benar-benar mau bersamaku?”
“Aku bahkan belum pernah seperti ini sebelumnya. Aku benar-benar mau denganmu sampai aku berusaha untuk melupakan kalau kau mungkin punya niat buruk padaku. Apapun yang kau mau dariku, aku sudah tidak peduli. Yang penting, aku bisa bersama denganmu.”
“Secepat itu kau berubah?” Tanya Kim Bum kemudian. “Bahkan baru beberapa jam yang lalu kau menolak untuk pulang ke sini bersama denganku.”
“Memangnya kau mau aku menunggu apa lagi?” Tapi, si cantik kembali mengajukan pertanyaan lain lagi. “Sampai kau menjawab semua pertanyaanku? Terlalu lama, Bum. Aku tidak tahu kapan kau mau menjawabnya dan kalau aku menunggu, aku tidak bisa seperti ini denganmu. Lagi pula, kau juga tidak mau kutinggal, kan?”
“Jadi, kau berubah hanya karena mau dipeluk dan dikelon?”
“Ya tidak seperti itu juga. Aku suka, kau tahu?”
Jawaban So Eun setelah itu membuat Kim Bum terkekeh kecil. Si cantik memang tidak tahu apa yang pria itu pikirkan, tapi ia tetap tidak peduli. Seperti apa yang dikatakannya tadi, ia hanya ingin bersama Kim Bum. Perihal apa yang akan terjadi nanti, biarlah terjadi nanti.
“Sso, aku mau balas dendam...” Lalu, setelah jeda yang cukup lama, Kim Bum mengatakan kalimat itu. Yang sukses saja membuat si cantik tanpa sadar mengeratkan pelukannya. “...saat aku tahu siapa kau. Padahal, saat kita pertama bertemu, aku benar-benar hanya mau kau. Tapi, saat aku tahu siapa kau, aku ingin semuanya kembali padaku. Aku lupa, kalau dari awal, aku sudah menyukaimu.”
Jeda sesaat, So Eun masih tidak tahu apa yang akan Kim Bum katakan setelahnya. Ia juga tidak berniat menjawab sehingga yang ia lakukan hanya mendongak dan menatap pria itu dalam diam.
“Aku berusaha untuk balas dendam dan mengambil semuanya kembali, tapi tidak bisa. Karena dari awal—sebelum aku tahu semuanya, aku sudah menyukaimu. Kau sudah mengambil hatiku, sebelum aku tahu kalau kau sudah mengambil semuanya dariku.”
“Bukan aku yang mengambil...”
“Iya, memang bukan kau. Tapi, aku kan tidak tahu. Yang aku tahu, kau yang ada di sini. Dulu, saat pertama kali semua harta orang tuaku jatuh ke tangan orang tuamu, aku sempat mendengar orang tuamu bilang mereka melakukan semua itu untuk kebahagiaan anak mereka, untukmu. Yang secara tidak langsung, mengartikan kalau semua sumber masalah keluargaku adalah kau.”
“Jadi, kau menyalahkan?”
“Seharusnya kan?” Tanya balik Kim Bum. “Tapi, tidak bisa bisa. Lo sudah mengambil hatiku lebih dulu.”
“Kau tidak sedang berbohong, kan?”
Satu pertanyaan lagi So Eun ajukan dan Kim Bum terlihat menghela napasnya sebelum merunduk kecil untuk menatap si cantik. Detik berikutnya, ia jadi mengajukan sebuah pertanyaan lain.
“Sekarang, apa yang sedang kau lakukan?”
“Memelukmu. Apa lagi?”
“Di mana kau bersandar?”
“Di sini.” Menjawab cepat, si cantik lalu menepuk pelan dada pria Kim itu.
“Kau mendengarnya tidak?”
“Kim Bum....! Ayo nikah!”
•be ambitious•
Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
be ambitious
FanfictionBumsso Awalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja...