“Ada apa denganmu dan Kim Bum?”
So Eun yang sedang menggerakan tangannya untuk melepas sabuk pengamannya jadi menggeleng begitu saja saat pertanyaan itu Min Ho ajukan padanya. “Tidak ada.” Jawabnya kemudian.
“Lalu, tadi kenapa kau bisa bersama dengannya?”
“Kami tidak sengaja bertemu. Katanya dia dari rumah sepupunya.”
“Lalu?”
“Tidak ada juga. Dia hanya menawarkan untuk mengantarku pulang, tapi aku tidak mau.” Menatap kembali sang kakak yang masih menatapnya, So Eun lalu menggerakan tangannya untuk membuka pintu mobil. “Terima kasih, oppa, sudah mau menjemputku. Maaf, jika merepotkan.”
“Tidak apa-apa. Justru kau yang lain kali harus menelpon oppa, Sso, jika sudah pulang larut seperti ini.” Min Ho menjawab tenang dengan tangan yang bergerak naik menepuk pelan puncak kepala So Eun. “Masuk sana, istirahat. Ini sudah sangat larut.”
“Oppa, hati-hati di jalan.”
Lalu, setelah Min Ho mengangguk, So Eun segera keluar dari mobil. Ia sempat melambai lagi pada sang kakak sebelum masuk ke dalam rumah.
Keadaan rumah sudah sepi—jelas saja. Tidak ada yang tinggal di rumah besar itu selain dirinya dan tiga orang asisten rumah tangga. Di jam seperti ini tentunya para asisten rumah tangga itu sudah tidur semua.
Tidak langsung masuk ke kamarnya, So Eun memilih untuk berhenti sebentar di ruang tengah. Duduk di sofa dalam diam dan memutar kejadian yang baru saja ia alami dalam otaknya.
Demi apapun, So Eun tidak pernah berpikir jika ajakan tiba-tiba Kim Bum tadi berhasil mengangkat sebuah kenangan lama yang selama ini berusaha ia lupakan. Kenangan lama itu juga sukses membuat rasa takut yang selama ini bisa ia atasi dengan baik kembali berulah.
Dan So Eun bingung untuk hal itu.
Baru beberapa hari yang lalu ia mengatakan bahwa ia mau Kim Bum. Lalu kenapa sekarang pria itu yang membuat rasa takutnya kembali? Dan jika sudah seperti ini, apa yang harus ia lakukan untuk rasa menggelitik yang mulai menghampirinya setiap kali melihat Kim Bum?
“Tidak boleh.”
Diam sesaat, So Eun meraih ponselnya, melihat jam pada layarnya dan kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini.
“Tidak boleh. Aku tidak boleh takut lagi. Baru kali ini aku benar-benar mau, jadi aku tidak boleh takut lagi. Bukan Kim Bum, jadi tidak seharusnya aku takut.”
•be ambitious•
“Aku baru sampai dan kau sudah tutup lagi?”
Kim Bum mendengus kecil saat ia baru menutup pintu tokonya dan suara Hye Sun sudah terdengar di belakangnya. Saat ia menoleh, sahabatnya itu memang ada di sana—bersama Seo Jun yang juga menatap heran ke arahnya.
“Kau sudah tutup?” Pertanyaan itu diajukan Seo Jun kemudian. “Kau serius, Bum? Di jam seperti ini?”
“Hm.” Berdehem singkat sambil mengangguk kecil, Kim Bum lantas maju dan mendekati dua orang itu. “Lagipula, semuanya sudah habis.”
“Lalu, kau mau ke mana?”
“Bertemu So Eun.”
“WHAT?!”
“Sialan, yang benar saja?”
Jawabannya tentu saja mengundang reaksi tak percaya dari dua sahabatnya itu. Tapi Kim Bum tetap seperti biasanya—tidak peduli. Memangnya apa yang salah juga? Ia memang ingin bertemu dengan So Eun.
“Kenapa memangnya?” Pertanyaan itu ia ajukan beberapa saat kemudian—saat Hye Sun sudah maju dan bertindak seperti seseorang yang sedang memeriksa apakah ia sakit atau tidak.
“Dia tidak sakit, Park.” Hye Sun berucap cepat pada Seo Jun, lalu kembali menatap Kim Bum dengan tatapan tak percayanya.
“Aku memang tidak sakit, bodoh. Maksdumu apa, hah?” Tanya Kim Bum yang mulai terlihat tidak senang dengan tingkah Hye Sun—sukses saja membuat raut wajah pemilik marga Goo itu mengeruh begitu saja.
“Kalau kau tidak sakit, untuk apa kau bertemu So Eun?”
“Urusanmu?” Kim Bum balik bertanya—tanpa menjawab pertanyaan Hye Sun yang dirasanya tidak penting sama sekali. “Lagi pula, terserah padaku mau bertemu dengannya atau tidak.”
“Kim Bum sayang, dengerkan aku.” Hye Sun berucap cepat kemudian. Ia lalu maju lagi dan sok merangkul pundak Kim Bum. “So Eun itu hanya anak manja yang kerjaannya merepotkan orang lain. Kau kalau...”
“Merepotkan atau tidak, itu urusanku dengannya.” Kim Bum menyahut cepat, bahkan sebelum Hye Sun menyelesaikan ucapannya. “Aku tidak tahu apa masalahmu dengannya. Dan itu bukan urusanku. Jadi, jika aku ingin mendekatinya atau tidak, itu bukan urusanmu juga.”
“Bum, tapi...”
“Jika aku menyukainya, kau juga mau melarangku?” Kim Bum kembali memotong ucapan Hye Sun. Kali ini tatapannya benar-benar terlihat tidak senang sama sekali. “Dengarkan aku, Hye Sun! Setelah kejadian itu, kau selalu bilang padaku jika kau mau aku bahagia. Jika aku berpikir aku bisa bahagia bersama So Eun, kau mau melarang itu?”
“Tidak seperti itu.”
“Lalu?”
“Aku tidak berniat melarang dan aku juga akan mendukung dengan siapapun kebahagiaanmu. Tapi So Eun...”
“Jangan samakan apa yang kau rasakan padanya dengan perasaanku.” Kim Bum benar-benar tidak senang mendengar Hye Sun berusaha untuk mengatakan hal buruk tentang So Eun. “Aku bukan kau. Dan kau tidak bisa melarang-larangku.”
•be ambitious•
Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
be ambitious
FanfictionBumsso Awalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja...