So Eun menutup berkas terakhir yang harus dikerjakannya siang ini lalu melirik ke arah meja Young Hwa. Si tampan Jung itu terlihat masih sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Lalu, saat maniknya mengarah ke jam yang ada di sudut meja, bibirnya jadi mencebik sendiri karena sadar sudah hampir jam makan siang.
Meraih ponselnya yang ada di laci meja, pemilik marga Kim itu sudah akan mengarahkan jarinya untuk menghubungi Min Young—hendak bertanya apa mereka bisa makan siang bersama atau tidak. Tapi, gerakannya urung begitu ia melihat kontak Min Ho di ponselnya. Karena selanjutnya, ia tidak jadi menghubungi Min Young melainkan Min Ho.
Berbincang singkat dengan kakak sepupunya itu, pemilik marga Kim itu langsung membereskan beberapa kekacauan di mejanya sebelum beranjak dari sana. Ia mengajak Young Hwa untuk pergi makan siang bersama, tapi pria Jung itu menolak dengan halus. Hendak memaksa, tapi ia ingat ada yang harus ia lakukan—jadinya ia langsung pergi begitu saja.
“Mau ke mana sebenarnya?”
Pertanyaan itu datang dari Min Ho saat mereka bertemu di lobi kantor. Pria itu terlihat sedikit heran—tapi So Eun malah memasang senyum tanpa dosanya.
“Makan di luar.”
“Iya, aku juga tahu. Kau makan di luar setiap hari.” Menjawab cepat, Min Ho segera mengajak So Eun untuk keluar dari kantor. “Tapi mau di mana?”
“Oppa, kau ada janji makan dengan Kim Bum?”
So Eun tidak menjawab pertanyaan Min Ho, ia malah mengajukan pertanyaan lain yang sukses membuat sang kakak menoleh dan menatapnya kembali.
“Kau serius mau dengan Kim Bum?” Pertanyaan itu Min Ho ajukan dan So Eun mengangguk pasti—benar-benar tanpa sedikit keraguanpun.
“Apa tidak boleh? Dia sudah punya kekasih?”
“Tidak, dia belum punya kekasih.”
“Jadi, aku boleh dengannya, kan?” Min Ho terlihat mengangguk ragu. Detik berikutnya ia mengisyaratkan So Eun untuk masuk ke mobilnya karena mereka sudah sampai di samping mobilnya. “Ya sudah, sekarang kita ke tempat Kim Bum. Oppa juga mau ketemu sama Hye Sun, dia pasti ada di tempat Kim Bum.”
“Oppa bertengkar lagi dengan Hye Sun eonni?”
Dari posisinya saat ini, So Eun dapat melihat Min Ho yang melirik sekilas ke arahnya dan mengangguk samar.
“Aku minta maaf, oppa. Aku tidak bermaksud membuat kalian bertengkar lagi.”
So Eun benar-benar mengatakan itu dengan rasa bersalahnya, tapi Min Ho menggeleng di tempatnya. “Bukan salahmu, kami yang bertengkar berarti kami yang salah. Lagipula, kami belum putus, masih bisa baikan lagi.”
“Jangan lama-lama bertengkarnya.”
“Iya.”
•be ambitious•
“Kau sinting? Sekarang jam berapa dan kau sudah mau tutup? Kau bisa tutup sementara lalu buka lagi. Kenapa harus tutup sampai besok?”
“Ini tokoku, kenapa kau yang repot?”
“Rotinya sayang, Bum. Bagaimana kalau ru...”
“Sudah tutup?”
Hye Sun tidak menyelesaikan ucapannya untuk menjawab ucapan Kim Bum saat sebuah suara yang tak asing terdengar dari belakang mereka. Lalu saat ia menoleh ke sana, matanya langsung bertemu dengan mata sang kekasih. Awalnya ia akan tersenyum, tapi tidak jadi begitu melihat kehadiran So Eun di belakang Min Ho.
“Ya, aku ada urusan.”
Kim Bum menjawab pertanyaan Min Ho dan pria Lee itu mengangguk begitu saja. Detik berikutnya, Min Ho menoleh pada So Eun—hendak mengatakan sesuatu pada adiknya, tapi wanita itu lebih dulu mengatakan sesuatu.
“Kim Bum, aku ikut denganmu.”
Yang sukses saja membuat Kim Bum yang tadi sudah akan beranjak pergi jadi menoleh dan menatapnya sesaat. Hingga pada detik kesekian, pria Kim itu mengangguk saja.
“Ayo.”
“Yes!”
“KYA!”
So Eun sudah akan berjalan mengikuti Kim Bum, tapi Hye Sun dengan teriakan tidak tahu dirinya sukses membuat langkah si Kim berhenti. Dua detik kemudian, So Eun menoleh dan menatapnya—tapi Min Ho bergerak lebih dulu untuk menarik Hye Sun pergi dan mengisyaratkan adiknya untuk tetap mengikuti Kim Bum.
“Kau mau ke mana?”
So Eun baru mengajukan pertanyaan itu saat mereka sudah berjalan cukup jauh dari toko roti milik Kim Bum, tapi belum berhenti sama sekali. Pertanyaannya sukses membuat Kim Bum menoleh dan menatapnya—masih dengan tatapan datar yang sama.
“Kenapa? Kau sudah lelah?”
Tapi, So Eun menggeleng begitu saja. “Aku tidak lelah, hanya lapar.”
“Mau makan?”
“Kalau lapar, tentu saja mau makan. Tidak mungkin mau belanja.”
“Ya sudah.”
Menjawab acuh, Kim Bum lalu membelokan langkahnya ke arah sebuah toko serba ada yang terletak tidak jauh dari situ dan masuk ke sana. Tanpa kata, ia mengambil beberapa makanan jadi, pergi membayarnya dan membawanya keluar lagi. So Eun sendiri tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti Kim Bum—gerakan pria itu terlalu cepat.
Saat ini, mereka sudah duduk di kursi yang ada di depan toko serba ada itu. Kim Bum baru pergi untuk membuat secup mie untuk So Eun. Lalu, saat ia kembali untuk meletakan cup tadi di hadapan So Eun, ponsel wanita itu berdering lebih dulu sebelum tangannya meraih sumpit untuk bersiap makan.
So Eun terlihat mendengus, meraih ponselnya dengan malas-malasan sebelum merengut begitu saja.
“Sialan, aku lupa.” So Eun mendongak cepat, menatap Kim Bum yang masih menatapnya. “Kim Bum, aku minta maaf. Aku lupa kalau siang ini aku punya pekerjaaan.”
“Jadi, kau mau pulang?”
“Iya.”
“Ya sudah, pulang.”
“Kalau begitu aku pergi dulu. Besok aku akan pergi ke toko rotimu lagi.”
“Ya, datang saja.”
•be ambitious•
Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
be ambitious
FanfictionBumsso Awalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja...