Kim Bum terkekeh kecil kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusak gemas rambut So Eun. Selanjutnya, tangannya meraih pipi si cantik sebelum menariknya bersamaan dengan ia yang merunduk untuk mencuri sebuah ciuman kecil dari bibir wanita itu.
“Kenapa jadi kau yang mengajakku menikah?”
Satu pertanyaan ia ajukan yang sukses saja membuat pemilik marga Kim itu merengut lucu. “Memangnya kenapa? Sekarang ada yang namanya emansipasi wanita.”
“Tapi, tetap tidak bisa, harus aku yang melamarmu.”
Kim Bum menjawab kemudian, lalu membenarkan posisi berbaring mereka dan memeluk So Eun semakin erat.
"Tapi aku juga mau."
“Tidak boleh, harus aku yang melamarmu.”
“Baiklah kalau begitu. Kapan kau melamarku?”
“Tidak tahu.”
“Apa-apaan?” So Eun bertanya kesal, lalu memukul pelan dada Kim Bum. “Lebih baik, aku saja yang melamarmu.”
“Memang kau mau melamarku pakai apa?”
“Tentu saja pakai cinta.”
“Yang serius, Sso.”
“Itu serius. Aku mencintaimu, makanya aku melamarmu.”
“Kalau pakai cinta, orang yang sedang berbohong juga bisa melakukannya.”
“Jadi, maksudmu, kau tidak percaya kalau aku benar-benar mencintaimu?” Si cantik bertanya tak terima, tidak lupa tatapan penuh delikan yang langsung ia lemparkan pada si tampan. “Asal kau tahu ya, Kim Sang Bum. Kalau aku tidak serius serius, aku tidak akan mau padamu sejak awal bertemu dan aku akan meninggalkanmu saat kau menahanku untuk tidak meninggalkanmu. Mana ada aku kaya raya mau dengan tukang roti.”
“Kyaa, apa yang kau katakan?”
Kim Bum bertanya kemudian, membuat So Eun jadi menatapnya dengan tatapan menantang. “Apa?”
“Kau kaya karena perusahaanku, bodoh.”
“Perusahaanmu tapi kalau aku tidak kerja ya tetap saja tidak ada uangnya. Ingat ya, bodoh, kalau bukan karena aku, perusahaanmu sudah bangkrut sejak lama.”
“Kenapa kau jadi sombong seperti ini? Kata paman Hwang kau anak baik-baik. Di luarnya saja ya yang baik? Sengaja agar tidak ada yang membencimu.”
“Apa-apaan?”
So Eun sepertinya mulai kesal. Karena yang terjadi setelah itu adalah ia yang berusaha bangun dari posisinya. Tapi, belum juga ia duduk dengan benar, Kim Bum sudah bergerak lebih dulu untuk menariknya kembali ke posisi semula—berbaring dalam pelukan pria Kim itu.
“Jangan marah. Kita hanya sedang bercanda.” Ucap Kim Bum kemudian.
“Tidak mau, bercandamu tidak lucu. Aku tidak suka.”
“Jadi kau mau marah?”
“Kenapa jadi aku yang salah?”
So Eun kembali bertanya tidak terima, kali ini sukses membuat Kim Bum terkekeh sebelum merunduk dan menciumnya gemas. Selanjutnya, pria Kim itu juga memberikan banyak sekali ciuman kecil di seluruh wajahnya.
“Kim Bum!!!”
“Iya, sayang?”
“Jangan cium-cium!”
“Ya, bilangnya saja jangan cium-cium, tapi kucium sejak tadi kau terima-terima saja.”
Kim Bum berucap kemudian membuat So Eun berdecak dan jadi memukulnya lagi. Tapi, reaksi yang Kim Bum berikan setelahnya hanya terkekeh senang sebelum bergerak memeluk si cantik lebih erat.
“Sso, aku sayang sekali padamu. Seharusnya aku benci, tapi aku benar-benar sesayang itu padamu. Kau jangan meningalkanku, ya.”’
Kim Bum tidak tahu apa yang So Eun pikirkan setelah ia mengatakan kalimat itu. Karena si cantik memang tidak langsung memberikan jawaban. Nyatanya, wanita itu memilih untuk mendongak dan menatapnya terlebih dahulu.
“Kau sebenarnya kenapa, Bum? Kenapa kau tidak mau aku meninggalkanmu, padahal kau tahu kalau apa yang mau kau lakukan padaku bisa membuatku pergi?”
“Karena aku tidak mau sendirian lagi.” Jawaban itu diberikan Kim Bum secepat mungkin. Ia juga merunduk untuk menatap si cantik lembut. “Aku sudah ditinggalkan kedua orang tuaku, aku tidak mau ditinggalkan lagi. Aku tidak mau sendirian lagi. Awalnya, aku memang tidak memikirkan hal itu, tapi saat kau datang setiap hari padaku, aku jadi tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kau tidak datang lagi. Aku tidak bisa lagi, Sso.”
Kim Bum sudah selesai dengan ucapannya. Ia masih betah menatap si cantik dengan tatapan lembutnya. Sedang yang ditatap kini juga menatapnya dengan tatapan yang semakin lama semakin—tidak ia pahami. Wanita itu juga perlahan merengut, dengan bibir yang mengerucut lucu.
“Kim Bum, ayo kita nikah.”
“Astaga, So Eun...” Kembali terkekeh kecil, pria Kim itu lalu meraih salah satu tangan So Eun untuk ia bawa dan ia kecup lembut. Beberapa detik kemudian, tangannya yang lain bergerak untuk memasukan sesuatu ke jari manis tangan itu—sukses membuat si cantik melotot tak percaya.
“Bum...”
“Mau nikah kan? Ini aku melamarmu.”
“Bum, ini sangat cepat... Aku...”
“Dari tadi kau yang mengajak nikah, lalu saat benar-benar kulamar, kau bilang terlalu cepat.”
“Kim Bum!”
“Kenapa, sayang?”
“Kau tidak berniat membunuhku, kan? Aku tidak kuat jika seperti ini.”
“Yang lembut, sayang.”
“Kim Bum~...”
Kim Bum terkekeh kecil, lalu merunduk dan mencium lembut kening si cantik sebelum menatap lembut wanita itu.
“Sso, lupakan semua yang terjadi di masa lalu, ya. Kita lupakan semua yang orang tua kita lakukan dulu dan mulai semuanya dari awal. Kita buat kisah baru yang lebih indah, yang hanya ada kita saja. Kau mau?”
Tersenyum manis dengan indah, si cantik lalu mengangguk cepat untuk menjawab ucapan Kim Bum.
“Mau... Ayo kita lakukan.”
SELESAI
•be ambitious•
Haaiiiiii, kalian...
BA ending ya...
Aku serius ini ending...
Then, karena udah ending, ayo kasih pendapat kalian gimana work ini di sini. But, if you shy to tell me directly, coret-coret aja secreto aku, ada di profilku.
Atau, ada yg mau kalian tanyain seputar work ini? Yg masih kalian bingungkan gitu. Tanya aja, nanti aku jawab...
Apalagi ya?
Dah itu aja deh kayaknya...
Jadi...
Terima kasih banyak untuk kalian semua yang udah ngikutin book ini, vote n coment... Terima kasih untuk yg udah ngasih semangat juga.. Aku baca loh semua komen kalian, cuma aku bingung gimana balasnya... Maafin ya...
Terus, maaf ya kalau book ini mengecewakan kalian. Maaf juga buat typo yang berkeliaran.
Last...
Sekali lagi maaf dan terima kasih banyak...
Salam sayang dari keluarga besar be Ambitious, sampai ketemu lagi di karya Yoa lainnya...
Bye....
010521
•be ambitious•
KAMU SEDANG MEMBACA
be ambitious
FanfictionBumsso Awalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja...