SAVE ME || 2 🌿

8.3K 276 19
                                    

Hihi halo jangan lupa vote dan komentarnya ><

Senyum dulu sebelum baca
♥╣[-_-]╠♥


"La!" Nayaka panik, sedangkan darah segar langsung mengalir dan jatuh kelantai. Nala terluka, lengannya sobek akibat sayatan pisau buah.

Lain hal dengan Nayaka yang panik, Nala malah tertawa seperti bukan dirinya saat ini yang ada di depan Nayaka.

"Gue benci anak ini! Masa depan gue hancur! Dan kak Bayu ... dia malah mau bunuh gue!"

"Ngga ada yang peduli sama gue lagi, jadi untuk apa gue hidup hah?!"

"Untuk apa kak?!"

"Cukup, La!" Nala terdiam, matanya menatap ke arah Nayaka. Air mata yang sudah menggenang di pelupuk siap untuk tumpah kapan saja.

"Bayi lo nggak salah dalam hal ini! Apa kesalahannya? Dia juga belum lahir dan dia masih proses pembentukan disana!"

"Lo sekolah'kan? Pastinya lo bisa mikir sampai kapanpun anak yang belum dilahirkan ke dunia ga berhak untuk dilenyapkan hanya karena perbuatan orang tuanya!"

"Terus?! Apa cuma dia yang pantes hidup? Apa gue engga hah? Masa depan gue hancur karena Azran dan bayi sialan ini!"

Nala menangis, tubuhnya seketika mengalami lemas secara tiba-tiba.

Dan Nayaka masih setia memegang lengan Nala yang sobek dan berdarah-darah itu. Guna menutupi luka dan mencegah darah keluar lebih banyak.

"Lo pasti tau kak, kalau gue masih SMA dan belum nikah. Lo pasti bakalan ngejelek-jelekin gue karena hamil duluan. Pasti, Lo pasti ngelakuin itu kaya orang-orang diluar sana yang suka membicarakan aib orang lain secara terang terangan. Dan berakhir pengharapan agar gue mati aja, karena sampai kapanpun korban pemerkosaan akan tetap disalahkan walaupun mereka tau korban tanpa pelaku tak akan pernah menjadi korban."

"Anak ini? Pasti hidupnya akan dikatain anak haram, dan gue ga mau itu terjadi. Gue ga mau masa depannya suram hanya karena kelakuan ayahnya yang udah memperkosa gue."

Nala memangis, Nayaka sesak melihat akan hal itu. Hatinya seakan diremas-remas kemudian di tusuk dengan belati tajam.

Tanpa Nayaka sadari, setitik air matanya jatuh membasahi pipi. Tak tega melihat Nala yang menderita seperti ini Nayaka mengeratkan pelukannya. Menyalurkan rasa hangat hingga Nala bisa melupakan sejenak masalahnya.

Dokter sudah dipanggil, tanpa teriak-teriak karena di belakang bangsal Nala sudah tersedia tombol jika pasien dalam keadaan darurat. Akan tetapi mengapa mereka lama sekali datangnya?!

"Sshhtttt ...." Nayaka menepuk puncak kepala Nala dengan pelan dan lembut. Dan Nala hanya bisa menenggelamkan wajahnya di leher Nayaka. Pikirannya sangat kacau sekarang. Nala hanya bisa mendengar suara samar-samar agar dirinya bunuh diri saja.

Bisikan bisikan setan yang datang ketika seseorang sudah sangat putus asa dalam hidupnya.

"Gue bilang diem ya diem bangsat!"

"Kak lepasin gue! Lepasin gue anjing!"

"Gue udah mimpiin lo tanpa busana kaya gini tiap malam, dan akhirnya sekarang tercapai juga."

"Tolong! Tolongin gue!"

"Gue jijik sama lo, gue jijik!"

"Tenang La, lo pasti nikmatin ini. Jadi diem ya sayang."

"Kak Bayu! Papa! Tolongin Nala arghhh!"

"Bakalan gue lepasin asal Lo ngegugurin anak haram itu!"

"Gue lebih baik ngebunuh lo dari pada ngeliat papa malu didepan seluruh keluarga kita!"

Suara pecahan dari vas bunga disamping bangsal Nala menyadarkan Nayaka dari tidurnya. Gadis itu menarik rambutnya sendiri dan berteriak histeris kemudian menangis tersedu-sedu.

"Lepasin gue kak, gue ngga mau ngelakuin itu. Jangan sentuh gue, jangan sentuh gue!"

"Ja-jangan k-kak! Jangan sentuh! Jangan sentuh Nala! Jangan sentuh gue anjing!"

*Gue benci! Gue benci semuanya! Gue benci hidup! Gue mau mati! Mati! Mati!"

"La, Nala. Dia ga disini, Azran ngga disini. Lo aman, Lo aman sama gue. Selagi ada gue lo ngga akan kenapa-kenapa dan Azran ngga akan nyentuh Lo lagi." Lagi dan lagi Nayaka memeluk Nala dengan erat, menenangkan gadis itu. Gadis malang, yang kehidupannya hancur karena napsu bejat seorang Azran dan sialnya lelaki tanpa otak itu adalah sahabatnya sendiri.

Nala kembali tertidur, Nayaka melihat jam. Sudah pukul delapan malam, ia juga belum memberi kabar kepada papanya alasan mengapa ia belum pulang padahal sudah jam delapan malam.

Ponsel Nayaka berdering, terpampang nama papanya disana. Cepat-cepat lelaki itu menjawab panggilan pria paruh baya yang menjadi keluarga satu-satunya itu.

"Iya."

"...."

"Hu'um."

"...."

"Rumah sakit."

"..."

"Rumah sakitnya yang sakit."

Sedari tadi Nayaka memikirkan keputusan besarnya itu. Ingin mencari waktu yang pas agar dapat memberitahu papanya.

Akan tetapi dari awal menjawab telpon sang papa, lelaki paruh baya itu terus-terusan saja mengomel seperti ibu-ibu kompleksnya.

Mempunyai Papa spek pelawak itu terkadang meresahkan. Membuat Nayaka sedikit setres belum gila.

"Pa."

"...."

"Aku mau nikah."



Bersambung ...

Halohaha tandain typo nya
♥╣[-_-]╠♥



Save Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang