14

725 73 36
                                    

Yang kangen Mayor Irwan, mari merapat. Ada One lho di sini 🥺

Sunyi senyap dalam hutan bukan berarti tidak ada apapun di dalamnya. Kadang kala, ketenangan adalah hal yang patut di waspadai. Tidak ada yang menyadari beberapa prajurit tengah mengendap-endap mendekati sebuah bangunan di tengah hutan yang medan nya sulit di jangkau.

Operasi penyerbuan ini tujuan nya untuk menangkap kelompok pengedar senjata ilegal yang meresahkan masyarakat. Apalagi, mereka sudah terang-terangan menyerang Markas kepolisian di Maluku.

Kaki-kaki para prajurit yang tegap di atas pendirian nya berjalan hati-hati. Membawa misi dan harapan tinggi melindungi negeri tanpa harap di puji. Di bahu mereka, tanggung jawab besar di berikan. Kecintaan terhadap tanah air di buktikan dengan berani. Tak ragu menyerahkan nyawa meski mati.

Ibram sudah memakai pakaian serupa dengan daun-daun. Wajahnya tercoreng hijau hitam. Ini semua di lakukan untuk mengelabui musuh. Ia berjalan sebagaimana rencana di berikan oleh Kapten nya.

"Tahan pergerakan!"

Bukan hanya Ibram yang terdiam, beberapa rekan nya di posisi siap juga ikut menurut mendengar suara Kapten Jalasga.

"Izin bicara, lapor Kapten, belut di posisi berhasil melihat target. Beberapa musuh terlihat!"

Itu Lengkara, sosok yang semalam meledek nya jatuh cinta dengan kuntilanak karena kepergok senyum-senyum di atas pohon. Dia memang berperan sebagai penembak jarak jauh juga sebagai ahli situasi.

Jalasga berpesan untuk tetap pada rencana, ibram akan masuk lebih dulu sebagai penyerang jarak dekat bersama nya. Lalu, lengkara tetap di tempat. Si botak Haidar memastikan sistem mereka saling terhubung, lalu terakhir Agham yang tugas nya kurang lebih seperti Ibram.

"Maju!"

Jalasga berjalan bersama Ibram, mengendap-endap. Tangan nya memberi komando, kakinya tetap melangkah begitu hati-hati. Agham menjaga jarak dengan mereka di sisi lain nya. Sementara Ibram, segera merunduk mendapati seorang target tengah berjalan menuju semak-semak dengan batangan tembakau yang terlipat di bibir nya.

Sepertinya sosok itu ingin buang air kecil, tetapi Ibram tak memberikan nya kesempatan untuk membuang hajat lebih dulu karena pria itu dengan cepat menerkam nya. Kegaduhan terdengar ribut, hantaman pria yang tak terima di serang secara dadakan --ketika ingin buang air kecil pula-- Mendarat telak di sekujur tubuh Ibram. Pria itu melemahkan musuhnya dengan waktu singkat, karena perintah atasan, mau tak mau dia harus melumpuhkan musuh tanpa membuatnya hilang nyawa.

Ibram tak bisa gegabah, perlawanan pria yang sudah melemas dalam genggaman nya ini cukup kuat. Dia terus memberontak, hendak menjerit pada sekawan nya sebelum berhasil Ibram bungkam. Perlahan, dengan beberapa luka di tubuhnya pria itu kehilangan kesadaran.

Menghela nafas, Ibram menariknya untuk berada pada posisi aman. Tidak terlihat dan tak menimbulkan kecurigaan. Kegiatan nya itu terhalang manakala kedatangan tamu lain yang tak di sangka-sangka.

"Woi! Lu buang air apa buang mayat, Hah?! Lama banget, sialan! Di panggil---"

Ibram memperhatikan teman pria yang sudah lemas di sisinya kebingungan di sana, celangak-celinguk mencari kawan nya yang hampir saja jadi mayat di tangan Ibram.

"Lah? Si Anjing! Kencing di mana sih dia?"

Lagi, rutukan terdengar di telinga Ibram. Waspada, Ibram semakin meredam segala pergerakan nya sesaat sosok berbadan cukup besar dengan kulit sawo matang itu berjalan mencari-cari.

Pria itu sepertinya menyadari suatu keanehan menemukan bekas rokok di tanah, lalu matanya melebar awas ke sekitar. Tangan kanan nya masuk ke dalam celana nya, mengeluarkan pistol di sana. Kakinya hati-hati berpijak, menatap sana-sini dengan detail.

Gentle SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang