12

892 78 30
                                    

"Kadang Allah membiarkan mu terluka supaya Kamu mengingat nya. Mungkin, Allah merindukan doa-doa mu. Mendekat lah ke arah nya, menangis lah. Allah menunggu mu di sepertiga malam."

***

Sebagai Dokter Onkologi medis, Rehan memegang peran penting bertugas atas Kevara. Ia sudah menebak ini akan terjadi, resiko.

Peran Dokter Onkologi tidak hanya mendiagnosis atau mengobati penyakit Kanker, tapi juga membantu mencegah penyakit itu muncul kembali.

Seperti Kevara, pasien biasanya di anjurkan kontrol secara berkala untuk mengantisipasi kambuhnya Kanker.

Rehan berlarian, ia meminta izin masuk di ikuti Vika yang terus bungkam. Aneh sekali, tetapi Rehan belum mau bertanya. Ada yang lebih penting.

"Kevara?"Rehan segera mengecek keadaan Kevara, menghembuskan nafas melihat Kevara masih baik-baik saja."Maaf."Bisik nya.

"Nggak papa, Dok. Ini salah ku."Jawab Kevara, lemah. Di liriknya Vika, ia jadi tidak enak."Ugm ... Dokter pulang aja, Dok. Kasihan Vika nya, capek. Bentar lagi orang tua ku dateng kok."

Dengan tegas Rehan menggeleng, tanpa meminta pendapat Vika yang enek banget melihat nya."Saya bertanggung jawab atas Kamu."

Wajah pucat Kevara merona, apalagi ketika Rehan dengan perhatian menanyakan segala apa yang ia rasakan.

"Makhluk gaib emang Gue, nggak terlihat di mata orang kafir!"Sindir Vika terang-terangan.

Rehan baru menoleh, lalu mendesah. Di saat begini, ia berharap sekali Vika bersikap dewasa. Rehan menceritakan kabar tentang Ibram, Kevara hanya mengangguk-angguk lemah.

Saat malam, ia mudah berkeringat. Dengan perhatian, Rehan menghapus jejak-jejak keringat di wajah Kevara.

"Anjing! Rehan tangan nya minta Gue buntungin!"Batin Vika yang menjadi penonton keuwuwan itu.

"Gerah ya?"Tanya Rehan.

"Udah biasa. Sering keringat gini kalo malam."Sahut Kevara.

"Sakit Kanker apaan si Lo?"Vika ikut nimbrung setelah duduk di salah satu sofa."Kanker ada berapa sih, Rehan? Gue taunya satu doang. Kantong kering."

Rehan melirik Kevara, meminta izin mendeskripsikan. Melihat Kevara tidak keberatan, Rehan menjelaskan."Ada banyak jenis Kanker. Yang di alami Kevara ini Leukemia atau umumnya di sebut Kanker darah."

"Leukemia, yang pengobatan nya operasi transfortasi samsung tulang?"Tebak Vika, ngaco.

"Operasi transplantasi sumsung tulang, goblok!"Ralat Rehan gemas.

Sedetik, Kevara kaget. Bisa-bisanya Rehan memaki pacarnya begitu dan anehnya Vika nggak keberatan.

"Santai bos. Nggak usah ngegas! Gue bukan Lo yang sering operasi pasien, Gue ahli di bidang operasi adonan!"

"Leukemia yang di derita Kevara itu, Leukemia kronis."Lanjut Rehan.

"Udah parah dong ya, sampe kronis?"Vika menatap Kevara lekat-lekat."Umur nya udah pendek dong ini cewek?"

Rasanya lelah memang kalau mengajarkan Vika. Ngebalas terus, tapi nggak masuk-masuk ke otak nya. Seperti ucapan Rehan cuma angin lalu saja.

"Leukemia itu ada dua jenis, Vikachu. Leukemia akut dan kronis. Pada Leukemia akut sebagian besar terjadi pada anak-anak dan remaja. Dengan karakteristik terjadi akut, perkembangan penyakit cepat dan angka kematian yang sangat tinggi."

Rehan terlihat serius sekali, dengan Kevara yang mencoba tetap bersyukur apapun kondisi nya."Gejala umum nya tuh, demam berkepanjangan. Maka nya Aku suka cemas kalo Kamu demam berhari-hari. Lalu anemia, perdarahan, infeksi, terjadi pembengkakan hati, limfa, kelenjar getah bening dan nyeri tulang."

Gentle SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang