2

1.6K 112 11
                                    

"Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an."

J.s Row

Selamat datang di kisah Betadine dan Martabak 😍

I hope you love it Flove 😍

"Udah putus belom?"

Sebuah suara berat membuat langkah Vika kian berat masuk dalam rumah, ia menoleh ke arah celah antara dua ruangan di mana Devon asik menyesap kopinya.

"Apaan Yah? Tali BH?"Tanya Vika tanpa tendeng aling-aling lagi, tanpa malu juga dengan tampang polos.

Berbanding terbalik dengan Devon yang bahkan menyemburkan kopinya, ia menjitak kepala Vika yang dengan santai nya menyomot singkong rebus miliknya."Bahasa mu, Vika!"

Vika mendesah."Kok Vika? Ayah nanya nya gak jelas sih. Tali apa? Coba lebih detail."Vika menjawab gusar.

"Kamu kan perempuan, gak malu bahas hal itu?"Tanya Devon bingung, anak nya ini keterlaluan tidak peduli dengan pandangan orang lain mengenai dirinya. Mirip siapa si dia? Pikir Devon kesal.

"Ayah aja bahas sempak sama Ibu gak malu."Balas Vika, menoleh lalu mengedip-ngedip bingung. Devon merenggut, mirip dirinya. Batin Devon melirik Vika sekilas, kemudian menggeleng dan merangkul bahu putrinya.

Selima, Ibu Vika datang sambil tersenyum melihat interaksi keduanya. Meski saling kesal nyatanya mereka tetap tak bisa di jauhkan, Vika lengket dengan Devon."Apa kabar dengan Rehan, Vika?"Tanya Selima, mengabaikan suaminya yang melotot sempurna.

Vika berbinar, semangat jawab."Alhamdulillah masih setia, ganteng dan duit nya banyak."Selima terkekeh geli, ia bingung bagaimana pria seperti Rehan terkena ranjau anak nya.

"Alah, belom jadi Dokter senior gaji nya pasti kecil."Devon menyambung, membuat Selima menegurnya sebab Vika sudah cemberut sebal."Kenapa? Aku benar kan?"

"Dimata Ayah Rehan selalu terlihat buruk."Cibir Vika geram, ingin rasanya ia mencakar wajah tampan Ayah nya yang tengah menaikan sebelah alis.

Devon meletakan gelasnya, balas."Rehan gak muat di mata Ayah, udah penuh dengan wajah cantik Ibu mu."Pria berumur tak muda lagi itu menggoda istrinya dengan sorot terpesona. Selima membuang muka, gengsi kalau Vika melihat wajahnya memerah.

Vika memutar bola matanya malas, kedua orang tuanya memang berjiwa muda."Inget umur, anak udah hampir nikah masih aja gombal-gombalan kayak anak muda."Sindir nya, Devon tergelak kencang. Ia memeluk anak nya sambil sesekali mencium kepala Vika gemas.

"Gak gombal, Sayang. Mata Ayah memang akan selalu terbayang wajah Ibumu, entah itu tertutup atau terbuka."Devon mengedipkan sebelah matanya pada Selima yang mulai salah tingkah."Bilang aja kamu sirik, Si Rehan itu gak pernah gombal-gombal kan? Udah putusin aja."

Vika memutar kepalanya, menghadap Devon dengan gregetan. Apapun, tetap Rehan yang di salahkan. Bagaimanapun, tetap Rehan yang buruk di matanya."Rehan itu gombalan nya maut, Yah. Saingan berat laki-laki."

"Masa?"Devon meremehkan, Selima menonton keduanya dengan penuh suka cita.

"Kenapa spion ada dua?"Tanya Rehan pada Vika yang asik menguyah salad pemberian nya, awal nya Vika menolak namun coba lihat sekarang. Cewek itu malah mendominasi sendirian. Rehan melipat kedua tangannya di atas meja, lebih mencondongkan tubuhnya ke arah Vika yang tiba-tiba diam.

"Kalo satu nanti nabrak."Jawab Vika asal, tidak mau pusing-pusing memikirkan hal tidak guna.

"Salah, karena kalau satu namanya kesepian. Makan nya Gue mau punya dua istri, biar ramai."Ucap Rehan mengoreksi.

Gentle SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang