19. Tim Elang

549 41 8
                                        

Diandra melirik Ibram yang membantu menjadi kasir di kafe Vika kala atasannya malah menggosip ria dengannya.

"Beneran dia jadi ajudan lo?"

Vika mengangguk. "Lebih mirip jadi babu gue ya?"

"Kurang ajar emang lo." balas Diandra geleng-geleng. "Kafe lo nambah rame karena dia kayaknya, vik."

Vika menyetujui, banyak sekali muda-mudi yang didominasi remaja tanggung perempuan itu mengisi kafe nya hanya untuk mencuci mata.

"Nggak butuh alat penglaris gue, cukup sodorin Ibram aja di depan kafe. Melejit omset gue!"

Diandra berdecak, kemudian dia menunjuk kue kering di depannya dengan wajah sumringah. "Resep baru lo ini enak banget!"

"Iya kan?!" Vika bersedekap. "Gue kalo lagi suka sama cowok cakep emang jadi pinter."

Kedua mata Diandra memutar jengah, kemudian dia terdiam ketika Ibram menghampiri. Ibram tersenyum ramah padanya, lalu pria itu menatap Vika.

"Kenapa?"

"Temen saya mau ke sini."

Satu alis Vika menukik. "Kevara?" tebaknya.

Ibram menggeleng cepat, tangan kirinya terulur ke belakang. Mengusap tengkuknya malu-malu, Diandra yang melihatnya terkejut. Pantes Vika kesemsem, tingkah Ibram ini masuk kriteria sahabatnya.

Malu-malu gemesin.

"Teman-teman satu kerjaan saya, anggap saja teman setim saya."

"Hah?" Vika melongo bego. "Mau ngapain mereka ke sini? Kalo mau borong, silakan."

Ibram tersenyum tipis. "Mau meledek saya sepertinya."

Tidak mungkin Ibram terang-terangan mengaku kalau Haidar, si ahli IT di timnya itu melacaknya dan menemukan Ibram menjadi tukang sapu di sebuah kafe yang banyak sekali gadis cantik.

Haidar sudah pasti mengincar cewek-cewek di sini, niatnya jelas. Ingin cuci mata sekaligus meledeknya.

Siapa yang sangka Agham dan Lengkara turut ingin ikut, mereka lebih penasaran dengan Vika. Dan yang tak di duga-duga, kaptennya turut serta.

"Nggak apa-apa, Vika?"

"Yaiyalah, bram. Malah si Vika seneng banyak cowok ganteng! Kayak nggak tau aja lo." Diandra yang membalas.

Vika berdecak. "Nggak usah repot buka aib!" lalu tatapan Vika teralih pada Ibram. "Temen lo jomblo semua?"

"Kebetulan sekali, iya." balas Ibram jujur.

Sepasang mata Vika berbinar. "Asik! Nanti kenalin gue ya, Bram." lalu mengedipkan satu matanya genit.

Diandra yang jengah setengah mati melihat tingkah Vika menjitak cewek itu keras. "Jamet banget lo!"

"Iri bilang!" balas Vika ketus. "Ibram juga nggak masalah tuh."

Ibram tersenyum tipis. "Kalo saya larang, boleh?"

Baik Vika maupun Diandra membeku,  keduanya sama-sama memandang Ibram penuh tanya.

Tiba-tiba Ibram berdehem, terlihat salah tingkah. "Soalnya mereka itu... rusuh." kata Ibram menolak membalas tatapan penuh selidik di hadapannya. "Saya takut kamu kena mental."

"Oh," balas Vika seadanya, agak bingung juga. "Tenang aja, mental gue udah di asah sama Bapak Kapolri galak! Kuat kok gue."

Diandra menyipitkan matanya kala Ibram menjauh, dia lalu melihat Vika heran. "Dia naksir lo?"

"Hah?" Vika yang hendak memasuki kue kering di mulutnya jadi ternganga. "Nggak lah!"

"Masa sih?" Diandra menyeringit.

Gentle SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang