Vika melirik sinis ayahnya yang baru pulang tengah malam. Masih pakai seragam kepolisian, Devon mendekati anaknya dengan wajah tak kalah judes.
"Inget pulang kamu?"
"Nggak inget sebenarnya. Cuma di teror terus sama laki-laki buncit!"
Devon melotot, menjitak Vika yang tengah mengeluarkan kue kering dari oven. Kue itu berbentuk bulat, diatasnya terdapat keju. Uap panasnya terasa dan harumnya menggiurkan.
Vika mendelik sesaat sang ayah melepas topi juga tongkatnya diatas meja. Devon menarik kursi, duduk tenang menunggu kue Vika diletakkan di atas piring.
"Ih, ayah ngapain? Abis ngomelin Vika, nyuruh Vika pergi terus putusan sama Rehan, ayah duduk manis nunggu kue Vika?" Devon mengangguk santai. "Beliiiii!" lanjut Vika dengan nada meledek.
Anak perempuannya itu mendengus sejadi-jadinya dan menaruh kue itu disebuah toples kaca. Vika meletakkannya dengan penuh hati-hati agar kuenya tak pecah.
"Ini buat Ibram! Besok Vika mau ngasih ini sebagai penyambutan dia jadi ajudan pribadi Vika."
Devon yang tadinya hendak marah langsung sumringah. Kalo ini dia mendukung penuh tindakan Vika.
"Oh ya? Ayah juga harus ngasih dia sesuatu kalo gitu."
"Buat apa?" kening Vika berkerut sejadi-jadinya. Devon ini paling jarang ngasih hadiah pada siapapun.
"Ayah nggak mau kalah lah sama kamu, dia kan calon menantu ayah!"
"Anda sembarangan ya Bapak Devon yang terhormat." Vika mendengus.
Devon mencomot kue kering itu dan memakannya. Enak, buatan Vika memang tak pernah gagal. "Ayah langsung setuju kalo kamu mau nikah sama Ibram. Cukup bilang kamu siap atau enggak. Ayah siapin semua acara yang kamu mau. Berapapun harganya nanti."
"Yaudah Ayah aja yang nikah sama Ibram." balas Vika cuek.
"Ndasmu!" Devon menyentil tangan Vika yang tengah mengambil kue. "Sembarangan kalo ngomong!"
"Ayah juga!"
Sang istri yang melihat mereka geleng-geleng kepala. Devon itu selalu berpikir Vika putri kecil yang akan menurutinya. Devon selalu punya cara untuk membuat Vika mendapatkan hal yang terbaik, tanpa sadar kalau Vika kini sudah bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri.
Dia sebenarnya tau betul Vika masih patah hati karena putus dari Rehan, namun Vika mencoba bersikap legowo dihadapan semua.
"Vik," panggil Devon karena Vika sedang serius dengan kuenya. "Kamu jangan lama-lama patah hatinya ya."
Vika terdiam, dia belum bisa menangkap maksud sang Ayah karena tiba-tiba Devon bangkit.
"Ngenes banget ayah liat kamu. Kurus, mata panda, bau terigu, astaga bukan anak Devon kece badai itu mah!"
"Ayah yang bikin Vika kayak gini!"
"Masa?" Devon berpikir. "Hmm? Nanti ayah transfer deh buat kamu perawatan."
Sepasang mata Vika berbinar, ayahnya ini memang malu-malu singa kalau perhatian sama anaknya.
"Aaaaa makasih Ayah buncit."
"AYAH NGGAK BUNCIT! KECEEE!"
Vika manyun, dia geleng-geleng karena tingkat kepedean Devon diatas rata-rata. "Ih bapak siapa sih itu? PD amat jadi orang!"
"AYAH DENGER YA VIKAAA!"
***
"Selamat pagi." sapa Ibram tersenyum manis mendapati Vika menuruni tangga rumah. "Kamu mau kemana hari ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gentle Soldier
SpiritualeSOLDIER SERIES 2 "Saat patah hati, membawamu pada ilahi."--J. S Row ________________________________________ Ravika Bilqis Adityaswara, Chef yang mempunyai pacar tampan seorang Dokter bernama Rehan. Hubungan keduanya tidak berjalan mulus, ketika Vik...