15.

827 80 21
                                    

Pernah lihat seorang wanita yang di perebutkan oleh dua pria? Kalau iya, bagaimana keadaan wanita itu? Jelas panik kan? Hal tersebut tak berlaku bagi Vika.

Setelah di seret paksa oleh pihak keamanan bar karena membuat keributan. Alan juga pria yang mengganggu dosa malam nya itu ternyata lanjut menggila. Vika duduk di atas kap mesin mobil, berhadapan dengan kedua pria yang saling berdebat sok benar tentang dirinya.

Tidak ada rasa takut melihat mereka hampir adu jotos. Kepala Vika malah bergerak ke kanan dan kiri, melihat dengan mata pura-pura polos ke arah keduanya. Kakinya bahkan berayun santai."Gini rasanya jadi Ju-kyung ya?"Gumam nya, mengingat K-drama yang ia tonton."Duh, bingung mau pilih Suho apa Seo Joon."

Vika menganggap kalau Suho adalah sosok pria yang tak lain tak bukan merupakan Muhammad Ibrahim Ghifari Al-Khatiri. Sementara Alan cocok sekali memerankan si Badboy Seo Joon dan entah mengapa Vika lebih tertarik ikut dengan Alan. Mohon maaf, sejak awal dirinya adalah tim Han Seo Joon garis keras!

Alan masih berdebat berang dengan sosok pria yang mengaku teman nya Vika ini."Gak usah ceramah di sini! Nggak masuk di telinga gue!"

"Saya tidak sedang ceramah, hanya mengingatkan kalau yang kamu lakukan ini salah! Apalagi untuk seorang muslim."Balas Ibram ngotot.

Jantung nya berdentam gila sejak awal mendapati Vika di gedung yang sama. Ibram mengikuti Vika karena cukup penasaran dengan pria yang di gandeng perempuan itu, jelas bukan Rehan. Lalu, betapa terkejutnya ia ketika Vika malah memasuki bar mewah di sana. Untung saja Ibram bisa masuk dan mempunyai akses berkat bantuan Lengkara.

Tiba-tiba Vika terbahak-bahak, sementara Alan mendengus mendengar tawa perempuan itu yang jauh dari kata anggun. Vika bahkan memukul-mukul kap mobil, waras kah itu? Gadis ini jauh lebih gila dari adik nya!

"Ibram, gemoi."Panggil Vika, melompat. Berdiri di antara kedua pria yang sama-sama di liputi emosi walau Ibram berusaha menutupinya dengan wajah tenang."Dia Kristen."

Sejenak Vika melihat raut malu mampir di wajah Ibram, sebelum helaan nafas panjang nya mengudara."Tetap saja dia salah. Dia mengajak mu ke tempat yang keparat itu!"

Alis Vika naik."Kesimpulan dari mana itu? Yakin banget dia yang ngajak gue?"

Perubahan wajah Ibram membuat Vika gemas. Laki-laki itu tak bisa menyembunyikan kekagetan nya."Kamu ... "

Vika mengangguk."Gue yang mau di ajak ke sana."Lalu melirik Alan yang tersenyum miring penuh kemenangan."Bang Alan nggak salah."

Ibram menatap Alan lama lalu kembali pada Vika."Kenapa?"

Memutar bola matanya malas, Vika mundur selangkah. Kembali menemukan bagian depan mobil dan menyender di sana, satu kakinya terlipat di depan kaki lain nya. Kekehan Vika terdengar memasuki telinga, sampai kemudian Ibram menyadari kalau mata perempuan itu berkaca-kaca."Brengsek! Gue patah hati, Ibram!"Maki nya di barengi dengan air matanya yang meluruh.

Tangan Vika menyeka tiap air mata yang membasahi pipinya dengan gusar. Tidak mau di anggap alay, lemah atau bahkan mengasihani diri sendiri. Sejak awal Vika memang ingin menangis, ajakan Alan ia setujui tanpa banyak pertimbangan salah satunya karena ia mau melupakan semua masalahnya. Terlebih kenangan nya bersama Rehan.

Hanya dengan satu kata, pertanyaan sederhana yang membuat ketahanan Vika runtuh 'Kenapa?' Ah sial!

"Gue putus sama Rehan, goblok!"

Ibram berusaha mengontrol diri nya meski tak demikian berhasil. Sebab, ia bingung ingin bereaksi bagaimana. Jelas ia ketahui kalau Vika tak berdaya sekarang ini, hatinya pun ikut bersedih. Namun, dalam lubuk hati terdalam nya ada perasaan aneh yang menyerap. Aneh karena ia merasa ada setitik kesenangan dari musibah Vika. Astaga! Jahat betul hatinya.

Gentle SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang