Ini cerita nggak lumutan kan ya? Wkwkw
Aku come back 🧞🧞🧞
Vika benar-benar menolak untuk pulang ke rumahnya. Ia merengek meminta Ibram mengantarkan ke Kafe miliknya.
"Tapi di sana tidak ada siapa-siapa, Vika. Terlalu berbahaya bagi seorang perempuan sendirian-"
"Perempuan bukan makhluk lemah! Khususnya yang bernama, ravika Bilqis Adityaswara." Potong Vika sembari melotot.
Ia selalu menekankan pada siapapun khususnya kaum Adam untuk tak meremehkan wanita. Sebagai bagian dari kaum hawa tersebut, Vika menolak keras selalu di sandingkan oleh kata 'Lemah'.
Ibram tersenyum tipis, lalu menggeleng kecil."Saya tidak mengatakan hal itu." sanggahnya.
"Emang enggak. Tapi secara tersirat." sinis Vika kembali.
"Saya khawatir sama kamu." bisik Ibram, kecil. "Sekuat-kuatnya kamu, semandirinya kamu. Tetap kamu seorang perempuan."
"Heh! Lo nggak ngerti ya? Gue nggak mau pulang!" tegas Vika sekali lagi, wajahnya berubah menjadi lebih murung. "Gue takut ketemu Ayah."
Kejujuran malu-malu Vika membuat Ibram ingin sekali tertawa, jarang sekali melihatnya tertunduk dengan wajah merona-rona. "Tapi disana kamu sendirian, vika. Apalagi kamu mengalami penyerangan belum lama ini."
"Ya kan ada elo!" Vika mendengus, agak sebal dengan pemikirannya. "Lo jagain gue lah. Tugas lo gitu kan?"
Melihat wajah terpaku Ibram, vika tau kalau Ibram itu tidak seperti perjaka pada umumnya. Ah, vika jadi ingin menjadikan Ibram lebih liar. Laki-laki itu terlalu menjaga jarak dengannya.
"Dasar perjaka." sindir Vika yang sukses membuat seluruh muka Ibram berubah merah.
"Oke. Saya akan jaga kamu." putusnya kemudian. Selagi berdoa semoga ia bisa menahan dirinya kuat-kuat.
***
Ruang pertama yang Vika hampiri malah dapur. Cewek itu nyelonong tanpa mau mengajak Ibram yang kebingungan diantara meja dan kursi.
"Vika, saya ngapain?"
"Duduk aja situ, bram. Gue masak dulu!" jawab Vika dari kejauhan.
Ibram jelas melongo mendengarnya, dia melihat sekeliling dan merasa tak nyaman. Ibram memutuskan untuk menyusul Vika setelah ia merasakan aura yang amat membangkitkan bulu kuduknya. Dengan sopan, ibram mengetuk pintu dapur terlebih dahulu. "Saya boleh masuk?"
"Dorong aja." sahut Vika.
Memasuki area dapur, ibram dibuat terkagum-kagum oleh interior designnya. Banyak juga alat-alat memasak yang ia tak ketahui. Vika memintanya mencuci tangan diujung ruang sebelum Ibram menyentuh apapun.
"Kamu masak apa?" tanya Ibram mendekati Vika yang tampak serius dalam memasak. "Mie?"
"Spaghetti." ralat Vika, memutar bola matanya jengah.
Vika terlihat lebih cantik saat memasak, rambutnya digelung asal. Ketika dia menunduk mempercantik tatanan piring, rambut itu terlepas. Jatuh disisi wajah Vika. "Aish! Bram, iketin rambut gue dong."
"Hah? Saya?" seumur-umur, ibram belum pernah melakukannya kecuali pada Kevara. Itupun tidak pernah benar. "Tapi saya nggak bisa iket rambut."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gentle Soldier
SpiritüelSOLDIER SERIES 2 "Saat patah hati, membawamu pada ilahi."--J. S Row ________________________________________ Ravika Bilqis Adityaswara, Chef yang mempunyai pacar tampan seorang Dokter bernama Rehan. Hubungan keduanya tidak berjalan mulus, ketika Vik...