3. Flash Back : Kereta Api

218 40 9
                                    

Jika dibuka kembali masa lalu yang mempertemukan Cakra dengan Diego, maka itu adalah kisah menarik Cakra yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Awal mula nama Cakra disandangnya dan awal mula Cakra menjadi sosok mengerikan yang sangat tertarik dengan pembunuhan. Ini adalah awal yang membuat Cakra bertemu dengan batu kecil yang dia panggil ayah. Sosok yang dulunya bukan siapa-siapa dan sekarang menjadi sosok satu-satunya yang Cakra suka.

22 tahun yang lalu, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak tampak baru selesai mengantri membeli tiket kereta api. Pria yang merupakan ayah dua orang anak itu membawa barang-barang di dalam ransel besar dan juga sebuah duffle bag yang dijinjingnya. Sepertinya mereka akan pindahan. Satu anak diantaranya tampak tertidur di dalam kain gendongan ibunya. Usianya mungkin masih kisaran 2 tahunan. Sementara yang satunya lagi berjalan di belakang Sang Ibu dengan tangan yang bergelantungan pada ujung baju ibunya, usianya kisaran 6 tahunan.

Suasana tampak berdesakan, orang-orang mulai berebutan untuk menaiki kereta api yang baru saja sampai, termasuk satu keluarga tadi. Anak laki-laki yang diketahui bernama Althaf itu mengekori Sang Ibu dan tampak kepayahan dalam berjalan mengikuti langkah ayah dan ibu karena sangat ramai dan berdesakan. Juga karena tubuhnya yang masih kecil mengakibatkan orang-orang di sekitar tak terlalu memperhatikannya. Banyak diantaranya yang tak sengaja menyenggol Althaf.

Dari dalam tas ransel yang digendong ayahnya, sebuah foto terjatuh dari sana yang tersimpan tidak rapi di dalam kantung tasnya. Benda kecil itu, mampu tertangkap oleh indera penglihatan Althaf. Tanpa pikir panjang, Althaf mengikuti arah jatuhnya foto itu di antara beribu manusia yang berdesakkan. Althaf tampak kesulitan dan berusaha menerobos siapa-siapa saja yang berada di sekitaran jatuhnya foto.

Hingga, suasana terasa mulai lengang dengan para manusia yang sudah pada menaiki kereta. Foto yang hendak Althaf pungut pun sudah hampir tak berbentuk sebab banyaknya orang yang menginjaknya. Terburu Althaf mengambilnya, namun sayangnya ada lagi seseorang yang menginjaknya dan tetap berdiri di sana dengan ponsel mini sebesar tiga jari ia tempelkan di telinga.

Althaf mendongak menatap pria yang tengah berkutat pelan lewat ponselnya. Dia tidak menyadari keberadaan Althaf yang berjongkok di dekat kakinya menapak. Pria dengan kemeja putih, rompi biru tua, celana hitam, sepatu hitam, topi hitam, dan sebuah kacamata yang juga berwarna hitam itu masih setia berdiri di posisinya. Posisi kepalanya memang tertunduk, tapi ia tak melihat adanya Althaf yang berjongkok di sebelahnya.

Suara kereta api mulai bergerak membuat Althaf menatap sekeliling, orang tuanya tak lagi terpantau oleh kedua ekor matanya yang membuatnya kepanikan. Mata Althaf masih liar menatap kemungkinan di mana posisi orang tuanya berada. Hanya orang tak dikenal dan kereta yang perlahan laju yang mampu ia tangkap. Di dalam kereta sana, Sang Ibu tampak celingukan dengan wajah khawatir sambil menenangkan anak kecilnya yang tiba-tiba terbangun. Sang Ayah pun sama, ia tampak memeriksa setiap anak kecil yang berada di sekitarnya.

Althaf mulai merengek sambil memukul kaki pria yang belum juga beranjak dari posisinya. Agar fotonya bisa ia ambil segera dan mengejar orang tuanya yang ia yakini sudah masuk ke dalam kereta. Pria itu menoleh dibalik kacamatanya dan memgerutkan dahinya. Ponsel di telinganya mulai ia turunkan dan menyelidiki reaksi anak laki-laki yang memukul kakinya. Pada akhirnya ia bisa menyadari kalau kakinya sedari tadi menapak di sebuah foto kecil yang ingin anak itu ambil. Ia pun mengangkat kakinya dan memutar bola mata mencari sesuatu. Barulah akhirnya Althaf bisa mengambil fotonya dan berlari mengikuti kereta yang semakin laju. Namun, sayangnya kecepatan kereta tak bisa ia kejar lantaran sudah menjauh. Tangisan Althaf pecah dengan menatap ke seluruh arah di mana ia hanya mengenali dirinya sendiri saja.

Wajah yang masih dikenalinya ialah pria tadi yang menginjak fotonya, pria itu mengambil koper sejenis tool box di tangan seseorang yang berpakaian tak jauh beda darinya. Sebuah tiket kereta api juga diserahkan orang itu kepadanya. Kereta yang berhenti di jalur kiri langsung pria itu masuki dengan sedikit mengecek jam tangannya. Dengan keberanian yang Althaf punya, ia mengikutinya karena berpikir kereta yang ia naiki akan menuju rute yang sama dengan kereta yang dinaiki orang tuanya.

Hunting Dogs (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang