13. Misi Gila

105 19 10
                                    

Kini, Cakra baru saja mendapat panggilan berupa misi selanjutnya. Ada senyum jahat Cakra sunggingkan ketika mendengar mangsanya kali ini bukan lagi mangsa yang tak bergerak seolah mati, tapi mangsa yang banyak anjing penjaga di sekitarnya. Itu artinya, Cakra bisa segera mengukur kekuatan yang ia punya dan seberapa pandainya ia dalam memainkan perannya. Untuk sekarang, Cakra memang masih belum mengatakan apa-apa kepada ayahnya tentang tugas yang telah diembannya.

Cakra masih berusaha menyembunyikannya dari Sang Ayah, guna menunggu waktu yang tepat untuknya memberi tahu Diego segalanya. Mengumpulkan lebih banyak mangsa dan mendapatkan kepercayaan Eldrick lebih besar lagi agar kelak ia bisa memamerkannya kepada Diego tentang kebolehannya. Cakra memang tidak yakin kalau ayahnya itu belum mengetahui tugas yang telah Cakra emban, tapi Cakra masih ingin menyembunyikan untuk nanti bisa memberi kejutan kepada Diego. Roy juga telah dimintanya untuk tutup mulut soal pekerjaannya.

Kini Cakra langsung menuju ke parkiran sana. Sebab, orang yang membawa informasi target telah menunggunya di sana. Rasanya Cakra ingin cepat-cepat ke sana karena sudah tidak sabar ingin menggoreskan kerambit kesayangannya pada mangsa nantinya. Cakra sangat menginginkan darah orang lain membasahi kerambit miliknya, yang mana sejauh ini hanya darahnya saja yang mengering di sana. Itu jelas karena latihannya kadang kala mengakibatnya dirinya sendiri yang terluka.

Di parkiran sana, dia yang membawa informasi target kepada Cakra langsung tersenyum menyambutnya. Tentu saja ia tersenyum dengan mudahnya karena dialah Agil yang pernah ditemui Cakra, jelas karena mereka sudah pernah saling mengenal sesama. Sebuah koper Agil sodorkan kepada Cakra, koper yang Cakra yakini isinya tak lain adalah informasi target dan beberapa alat bantu yang mungkin Cakra butuh. Bergegas Cakra mengambilnya karena ini adalah misi yang akan menyenangkan baginya dan misi yang akan membawanya pada kenyataan sejauh mana yang ia bisa.

"Boleh aku ikut bersamamu?" tanya Agil menawarkan dirinya agar Cakra membiarkannya ikut bersama. Masih dengan pembahasan yang sama dengan awal mereka berjumpa, berupa tawaran diri agar Cakra menerimanya sebagai rekan dalam misi berikutnya.

"Maaf, kau cari rekan yang lain saja. Aku bisa sendiri tanpa bantuan dari orang lain," sahut Cakra dengan dinginnya.

Bukan karena dia terlalu sombong dengan kebolehannya, tapi ia ingin cepat-cepat melampaui Diego. Kalau Diego membutuhkan seorang rekan dalam setiap misinya, maka Cakra tidak membutuhkannya. Karena Cakra pikir itu akan membuatnya bisa segera melampui Diego. Sepertinya Cakra lupa kalau Diego adalah anjing terbaik yang pernah ada, anjing seperti Diego saja membutuhkan seorang rekan dalam misinya, tapi Cakra sendiri malah menolak adanya rekan dalam misinya. Bodoh sekali pemikirannya sebagai anjing pemula, dengan kemampuannya yang jelas dibawah kemampuan Diego, seharusnya ia membutuhkan rekan lebih dari satu. Padahal, kalau ia lakukan dengan perlahan, tidak akan tertutup kemungkinan kalau ia bisa melampaui Diego dengan segera. Tetapi, Cakra itu keras kepala dan ingin melampaui Diego dengan caranya, dengan menolak adanya bantuan rekan tentunya.

Dengan cekatan, Cakra langsung memasuki mobilnya. Tanpa diminta pun, Agil ikut naik di sebelahnya dan memasang sabuk pengaman lebih cepat daripada Cakra. Sepertinya ia tidak mengindahkan apa yang baru saja Cakra ucapkan, berupa kata penolakan bahwa hadirnya tidak dibutuhkan. Lebih menyebalkannya lagi, dia juga memamerkan senyuman kekanakannya. Dengan umurnya yang sekarang, sudah tak sepantasnya ia bersikap demikian, terlalu kekanakan sampai Cakra jengkel sendiri. Tetapi, meski ia terlihat kekanakan, Cakra tidak akan melupakan kalau Agil adalah anjing kecil yang cukup disegani dalam organisasi. Itu artinya ia bukan anak-anak seperti sikapnya dan mungkin saja dia bisa lebih brutal dari anjing dewasa.

"Get out!" usir Cakra dengan kesalnya.

"Hei, ayolah! Bawa aku bersamamu, jadikan aku rekanmu!" mohon Agil masih dengan tingkah kekanakannya.

"Kubilang keluar! Aku tidak butuh seorang rekan, kau hanya akan menyusahkanku saja nantinya!" usir Cakra sekali lagi, kali ini dengan tatapan mematikannya.

"Kenapa? Karena aku lebih kecil darimu? Jangan salah, aku tidak akan membenamu, tapi sebaliknya. Kau pasti akan berterima kasih kepadaku nantinya." Nada berbicara Agil kali ini berbeda dari sebelumnya, "Berbeda denganmu, aku sendiri adalah pemakai senjata api ini!" imbuhnya dengan mengeluarkan sebuah pistol dari balik tuksedonya dan memutarnya pada jemari tangannya. Agil sengaja menunjukkan senjatanya untuk menunjukkankan kepada Cakra kalau ia pantas menjadi rekannya.

"Keluar dari mobilku! Kau tidak usah ikut bersamaku dan tunggu kabar baiknya saja, Bocah!" ketus Cakra sekali lagi. Suasananya menjadi sedikit diluar kendali dengan suara Cakra yang semakin terdengar meninggi.

Agil terdiam sesaat sebelum ia memiringkan senyumnya. "Baiklah!" sahutnya pasrah dan melepas kembali sabuk pengaman miliknya, bersedia turun dari sana karena Cakra yang terus-terusan menolaknya, "Karena kau telah memanggilku bocah, maka aku akan memanggilmu kakak! Semoga kau berhasil, Kakak!" tambah Agil lagi dengan senyuman seperti semula ia pamerkan. Sikapnya yang kekanakan itu kembali lagi.

Cakra tidak menghiraukannya sama sekali dan langsung memutar kemudi mobilnya. Bukan karena Cakra tidak suka dengan sikap kekanakannya, tapi karena sikapnya itulah yang membuat Cakra ingat akan adik kandungnya. Sikap Agil yang demikianlah yang membuat Cakra merindukan adiknya. Jika diingat-ingat lagi, mungkin adiknya sekarang sudah seumuran Agil saat ini. Sampai-sampai Cakra memang sempat berandai kalau Agil adalah adiknya, tapi jangan konyol. Dunia ini luas dan tidak mungkin Cakra akan bertemu adiknya hanya dengan bermodalkan kata kebetulan. Cakra juga tahu kalau ayahnya hanyalah pengusaha biasa dan sangat tidak mungkin adiknya akan terjebak di perusahaan gelap seperti Agil yang sekarang ini.

Jangankan untuk mengalir darah yang sama, warna kulit mereka saja jelas tidak senada. Kulit Agil yang sedikit lebih gelap dari kulit yang Cakra punya sudah bisa membuktikan kalau mereka tidak sedarah. Karena Cakra juga tahu tidak ada dari keluarganya yang mempunyai keturunan berkulit gelap, baik dari jalur keturuan ayah maupun jalur ibu.

Singkatnya, Cakra langsung menuju ke tempat alamat di mana mangsanya berada, tentu saja dengan informasi yang berada dalam koper yang tadinya ia terima. Sulit dipercaya, alamat yang ia temukan bukan sebuah rumah ataupun apartemen, tapi sebuah gedung perusahaan. Ini gila, mana mungkin Cakra akan memburu di tempat yang seperti ini. Jelas di sini banyak manusia berlalu lalang, para pekerja, dan pastinya juga banyak kamera pengawas yang Cakra sendiri tidak tahu di mana posisinya. Ditambah lagi dengan tidak adanya informasi tentang keamanan yang harus Cakra hindarkan.

"Yosshh! Sepertinya kau memang membutuhkan seorang rekan! Mari kita selesaikan ini dengan cepat! Pasang segera penyamaranmu karena kita akan berpesta!"

Cakra menoleh spontan ke arah di mana suara itu berada. Tepat di sebelah mobilnya ada Agil tengah memasang masker dan beberapa alat menyamaran lainnya. Cakra membulatkan matanya dengan Agil yang datang tanpa diminta, entah sejak kapan orang itu mengikutinya, Cakra sama sekali tidak menyadarinya. Ditambah lagi dengan ucapannya yang seolah ia sudah terbiasa dengan hal yang serupa. Entah Cakra yang bodoh karena tidak menyadari adanya mobil yang mengikutinya sedari tadi, atau entah Agil yang pintar menguntit dan menyamarkan keberadaan diri.

"Dasar! Pulang sana! Aku tidak membutuhkanmu," sahut Cakra dengan entengnya.

Cakra itu memang keras kepala, sudah jelas ia dalam keadaan terdesak, tapi ia masih saja menolak akan Agil yang menawarkan bantuan padanya. Tetapi, jangan salah, Agil di sini jauh lebih keras kepalanya. Dengan santainya ia turun dari mobil miliknya dan bersiap melakukan aksinya. Untuk sekarang, Cakra tidak bisa menghentikannya karena perannya pasti akan sangat membantu nantinya. Ternyata dia memang bukan anjing kecil biasa karena dengan gelagatnya sudah bisa dipastikan kalau ia lebih baik dari Cakra.

Bersambung...

Hunting Dogs (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang