18. Anjing Vs Anjing

112 14 11
                                    

Untuk dua hari Cakra dan Agil terlihat tak saling sapa, ada yang menengahi di antara mereka. Yakni, rasa kepercayaan Cakra yang sedikit pudar akan kesetiakawanan seorang Agil yang membuat Cakra selalu curiga. Tentu ia tidak akan percaya begitu saja akan alasan Agil di rumah sakit yang katanya ingin menyingkirkan kalajengking yang hendak menggigit Diego. Rasanya terlalu kebetulan jika seekor kalajengking datang tiba-tiba ke kamar ayahnya. Binatang berbisa seperti itu pastinya tidak akan mudah memasuki rumah sakit. Di samping banyak orang yang mungkin akan melihatnya sebelum berlabuh di kamar Diego, juga dengan sekitaran rumah sakit yang tidak memungkinkan untuk kalajengking hidup di sana.

Agil tentu juga tahu akan Cakra yang tak ingin berbicara dengannya, ia mengerti kalau Cakra tidak mempercayainya. Agil sendiri sebetulnya tak masalah, tapi ia masih punya rencana atas dasar memanfaatkan keadaan. Harapannya belum tercapai dan harus segera tergapai. Agil tentunya tak ingin kehilangan kepercayaan Cakra untuk saat ini, jangan sampai keinginannya harus ia kubur dalam-dalam karena kehilangan kepercayaan Cakra.

Ponsel salah satu dari mereka berdering yang membuat mereka sama-sama memeriksa. Nada yang sama dari ponsel pemberian orang yang sama tentu membuat mereka saling merasa mendapatkan panggilan suara. Ternyata itu tersambung ke ponsel yang pemiliknya adalah Cakra, Cakra langsung mengangkatnya dan berdiri agak menjauh dari posisinya yang sedari tadi bersebelahan dengan Agil.

Cakra tampak berkutat di sana yang Agil tahu kalau itu panggilan dari Eldrick karena di ponsel mereka hanya ada kontak Eldrick dan anggota mereka saja. Tentu tak memungkinkan untuk anjing Eldrick yang menghubungi Cakra, mengingat bagaimana reaksi Cakra saat bertemu mereka, yang mana Cakra tampak tak suka akan sosok mana saja yang berada di ruangan kala itu. Jangankan untuk saling mengobrol lewat ponsel, saling menyebut nama saja tidak.

"Hei, kau! Bisa jaga kepercayaanku sekali lagi?" Suara Cakra jelas bukan lagi tertuju pada Eldrick di seberang sana, tapi justru pada Agil yang duduk di hadapannya.

Agil tersenyum bingung. "Ya?!" jawabnya tak yakin dengan apa yang diucapkannya.

"Ada misi yang harus diselesaikan hari ini. Mari kita pergi!" ajak Cakra dengan melangkah keluar sana.

Agil mengepalkan tangannya kuat dengan menahan raut senang di wajahnya. Kepercayaan Cakra adalah miliknya, sepertinya di mata Cakra ia terlihat berbeda. Bisa Agil rasakan kalau Cakra tak ingin kehilangan kepercayaan darinya, ada untungnya juga Agil bersikap seperti adik kecil Cakra yang membuat sosok Cakra berbeda padanya.  Untuk tujuannya, Agil harus mempersiapkan rencana yang lebih matang lagi ke depannya, agar sosok Cakra tak hilang darinya supaya rencananya terbayar lunas.

"Apa yang kau pikirkan? Gerakkan kakimu dan bergegaslah!" perintah Cakra saat melihat Agil masih diam di tempat dengan tangan terkepal kuat.

"Ah ... akan kuambil senjataku dulu." Agil tersentak dan langsung menuju ke arah kamarnya berada. Kamar yang terletak di lantai dua membuatnya bergerak dengan cepat agar Cakra tak lama menunggu.

Kalau Cakra, dia bukannya tidak membutuhkan senjata dan mengambilnya juga, tapi karena kerambit miliknya selalu berada di saku celana. Kerambit itu sangat penting baginya karena itu pemberian Diego untuknya, benda itu akan dibawanya ke mana saja karena tidak ingin kehilangannya. Benda berharga dari orang yang berharga tentu akan dijaganya, bahkan waktu ia masih sekolah pun benda itu selalu dia bawa bersamanya. Jika ada pemeriksaan di sekolah, maka akan ada saja cara baginya untuk menyembunyikannya.

Di atas sana, Agil sudah siap dengan senjatanya. Sebelum benar-benar turun ke bawah, matanya tertuju ke dalam kamar Cakra yang sedikit terbuka. Dari arahnya berdiri Agil bisa menyaksikan sebuah foto bahagia Diego dan Cakra. Langkahnya tergerak untuk masuk ke dalam sana, melihat wajah tersenyum Diego di dalam foto itu membuatnya marah. Bisa-bisanya tampang batu es itu tersenyum tanpa beban, sementara Agil sendiri bahkan tak pernah melihat bibirnya itu melengkung. Agil bisa tahu kalau Cakra cukup berarti bagi sosok Diego yang dikenal dengan anjing paling berbahaya karena itulah Agil mendekatinya. Hal itu hanya akan mempermudah tujuan Agil selanjutnya. Tentu Agil punya alasan, tapi biarlah alasan itu menjadi rahasia untuk sementara waktu.

Hunting Dogs (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang