6. Flash Back : Ayah

143 32 12
                                    

Cakra menerawang ke luar dari jendela kamarnya, ia masih mengharapkan kehadiran Diego untuk menjemputnya. Terbilang sudah lebih dari 1 tahun berlalu, tapi Diego belum juga menjemput sesusai janjinya. Padahal sekitar 2 bulan lagi, umur Cakra akan memasuki 8 tahun, tidak seperti yang dijanjikan Diego yang katanya hanya sampai Cakra berumur 7 tahun. Meski Diego tak menepati janjinya, tapi Cakra masih mengharapkan kedatangannya, sudah banyak orang tua yang ia tolak untuk mengadopsinya karena masih menunggu kehadiran Diego.

Seperti yang pernah Diego katakan padanya, bahwa laki-laki tak boleh menangis, pun Cakra terapkan dalam jiwanya. Ia tak pernah menangis karena bertengkar dengan temannya, terjatuh, juga karena mengingat keluarganya dan juga Diego. Sebagai laki-laki sejati, ia akan menerapkan kata-kata itu dalam dirinya apa pun yang terjadi. Bahkan, jika nanti ia tidak bisa bertemu dengan orang tuanya sekali pun.

Cakra turun dari atas jendela yang didudukinya, sudah cukup untuk hari ini menunggu kedatangan Diego. Hari esok masih ada karena meski 2 bulan lagi umurnya 8 tahun, berarti umurnya masih 7 tahun. Menunggu sedikit lagi tidak apa-apa karena Cakra yakin Diego tidak akan lupa dan tidak akan mengingkari janjinya. Sosok pria yang hanya satu hari ditemuinya itu malah menjadi bayang-bayang di setiap harinya bagi Cakra. Hingga sekarang ia tidak pernah sekali pun melupakan untuk menunggu kedatangan Diego dengan duduk di atas jendela.

Cakra meringkuk di atas kasurnya, teman-teman sekamarnya sudah tidur sedari tadi. Hanya dirinya saja yang selalu melanggar aturan untuk tidak tidur lebih dari jam 21.00. Pengurus panti tahu akan hal itu, tapi mereka selalu memaklumi Cakra yang terbilang paling baru di antara teman seumurannya di panti ini. Setiap malamnya Cakra akan membuka jendela dan menatap ke luar sana menyaksikan orang yang berdatangan dan bepergian dari panti asuhan ini. Tetapi, setiap kali ditanyai akan tujuannya, Cakra tidak akan menjawab sedikit pun dan hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan pengurus panti.

Di luar sana, pengurus panti sudah mulai mematikan lampu-lampu. Tidak ada lagi anak-anak yang bermain di sana kerena semua orang sudah tertidur. Hanya Cakra yang belum tidur di jam segini, meski begitu pagi harinya Cakra tidak akan terlambat bangun pagi untuk pergi sekolah. Cakra di sekolahnya juga termasuk anak yang bertalenta karena pemikirannya yang jauh lebih baik dari teman sepantarannya. Begitu juga di panti, ia selalu mendapatkan makanan tambahan karena bisa menjawab pertanyaan pengurus panti ketika mengajak anak-anak bermain. Cakra memang anak yang pintar, tapi ia juga anak yang terlihat tertutup dengan pertanyaan mengenai keluarganya. Ia akan memilih diam jika itu mengenai keluarganya, entah apa alasannya.

🐶🐶🐶

Sepasang manusia berpakaian seperti pengusaha itu datang memasuki panti, anehnya mereka malah memakai kacamata hitam dan juga masker. Mereka juga merupakan tamu pertama yang datang ke panti karena terlalu pagi untuk berkunjung. Walau begitu, pengurus panti tidak akan keberatan menumpang tamu mereka, meski dalam keadaan sibuk pagi-pagi begini. Karena harus menyiapkan segala keperluan anak panti yang akan pergi sekolah dan juga mengurus anak panti yang masih kecil.

"Tak usah berlama-lama! Saya datang untuk mengadopsi anak yang bernama Cakrawala!" ungkap salah satunya to the point saat pengurus panti baru saja mempersilahkan mereka untuk duduk. Sebuah surat izin daru pengadilan juga ia perlihatkan, tapi itu hanya surat palsu dan sudah dipastikan aksinya itu tidak akan ketahuan.

Pengurus panti yang berupa seorang wanita umur 50-an itu tampak tersenyum. "Mohon maaf, Pak, Bu. Bukannya kami tidak mempercayakan Cakra kepada Bapak dan Ibu, tapi Cakra sejauh ini tidak pernah mau diadopsi, setiap kami menanyakan alasannya ia tidak mau menjawabnya. Mungkin, kalian bisa mengadopsi anak-anak lain!" jawab pengurus panti itu dengan sopan.

Hunting Dogs (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang