27. Simalakama

55 15 18
                                    

Cakra baru saja menginjakkan kakinya ke tempat yang baru pertama kali ia kunjungi. Cakra dipertemukan dengan sosok terikat di sebuah kursi dengan kepala yang ditutupi karung coklat berukuran mini. Juga ada lima orang anjing penjaga yang tadinya di rumah Cakra temui. Cakra tak ingin memikirkan kalau orang yang terikat di kursi itu adalah Agil, tapi nyatanya pikirannya langsung tertuju ke sana. Karena Agil terakhir kali ditemuinya dengan keadaan melawan mereka berlima.

Ruangan luas dengan beberapa barang-barang tak jadi bertebaran di setiap sudutnya, ini adalah bangunan pabrik gagal dan tidak bisa beroperasi lagi. Tidak terlalu penasaran dengan keadaan sekitar, Cakra berusaha memusatkan kembali pandangannya pada sosok terikat di hadapannya. Baju yang dikenakkannya sama persis dengan baju yang Agil pakai sebelumnya. Jadinya kemungkinan orang itu Agil sudah dinyatakan benar sepenuhnya.

Cakra menatap Eldrick yang tersenyum di sebelahnya. "Jadi, maksudmu anjing yang juga berkhianat itu adalah Agil?" tanya Cakra dengan mengeratkan kepalan tangannya yang terasa mulai bergetar.

Jika itu benar, maka misi terakhir Cakra adalah membunuh Agil. Cakra tentu tidak ingin itu terjadi, seburuk apa pun keadaannya, Cakra tak pernah benar-benar ingin membunuh Agil sekali pun. Kata-katanya dulu yang sempat ia ucapkan kepada Agil pun bertolak belakang dengan hatinya. Cakra memang tidak ingin Agil membunuh ayahnya dan Cakra akan menghentikan Agil sebelum Agil melakukannya. Namun, tak sekali pun menghentikannya dengan cara membunuhnya terlintas di pikirannya.

Eldrick mendekat ke arah orang yang Cakra duga adalah Agil. Dengan menyentakkan karung yang menutup kepalanya, Eldrick langsung menarik rambutnya ke belakang yang mengharuskan wajahnya mendongak ke arah Cakra. Ya, memang begitu adanya, dia adalah Agil dengan wajah terluka cukup banyak di bagian kepala. Bibirnya juga meringis karena rambutnya yang ditarik Eldrick, juga karena ada luka tersembunyi dibalik rambut yang Eldrick tarik.

"Cakra, bunuh rekanmu!" titah Eldrick dengan mendorong kembali kepala Agil ke depan.

Cakra tak bisa menjawab, juga tak bisa bergerak, tubuhnya terasa kaku dan mulutnya terkunci seakan dipaku. Hanya matanya saja yang bergerak menatap Agil yang mulai mendongak ikut menatapnya. Mata itu seolah memohon kepada Cakra untuk tidak membunuhnya. Jari-jari tangannya juga ia gerakkan karena hanya kepala dan jarinya saja yang bisa bergerak. Sebab tangan, kaki, dan tubuhnya terikat, dan juga mulutnya yang dilakban.

"Kau menyanggupinya, Cakra?" tanya Eldrick. Sedari tadi hanya suara Cakra dan suara licik Eldrick saja yang terdengar.

"Tidak!" Dengan lantangnya Cakra menjawab karena itu terlalu sulit baginya, "Ayahku mengajarkanku, bahwa rekan tak saling membunuh."

Mendengar itu, Eldrick mendengus kecil. "Kau sudah tahu sendiri bukan? Anjing kecil inilah pengkhianatnya. Dari awal kau juga sudah setuju, atau mungkin kau ingin Diego yang kubunuh?" tanya Eldrick mencoba mempengaruhi pikiran Cakra.

Cakra mengerutkan dahinya bingung, sekarang ia berada di posisi yang sulit antara hidup dan mati dua orang berharga dalam hidupnya. Ibarat memakan buah simalakama, bagaimanapun juga Cakra harus menerima akhirnya dan menjalani konsekuensinya. Lalu, pilihannya sekarang hanya dua, Diego atau Agil. Padahal keduanya sudah Cakra anggap keluarga. Cakra ingin lari saja dari sana dan menyelamatkan ayahnya. Karena Cakra tidak ingin mengikuti perintah Eldrick, tapi jika Cakra lari, maka tetap saja Agil akan terbunuh di tangan Eldrick. Pada akhirnya, jika Cakra bisa menyelamatkan Diego, maka Agil yang harus direlakannya.

"Ah! Satu lagi, jika kau mau membunuh anjing ini, maka akan kupertemukan kau dengan keluargamu! Setuju?" tawar Eldrick untuk lebih menjerumuskan Cakra ke dalam permainannya.

Cakra menatap tak percaya dengan apa yang dikatakan Eldrick barusan. Otaknya langsung memikirkan kebenaran akan ucapan Eldrick. Penawaran itu membuat Cakra sedikit tergoda dan membuat nalurinya bergejolak ingin segera menemui keluarganya di sana. Tetapi, saat melihat ke arah Agil, Agil seolah tak merespon dan seakan pasrah dengan keadaan selanjutnya. Tangan Cakra tiba-tiba saja tergerak untuk mengeluarkan kerambitnya dan tampak ingin menuntaskan misi terakhirnya segera.

Cakra mendekat ke arah di mana Agil dan Eldrick berada, lima anjing di sekitar sana pun memberi jarak untuk tiga orang itu. Atas perintah dari Eldrick yang memberinya kode lewat jarinya yang meminta mereka mundur. Cakra menodongkan senjatanya ke udara dan menatap Agil yang menggeleng dengan suara teriakan yang tidak jelas. Cakra mengeratkan pegangan kerambit di tangannya dan memasang langkah siap dengan sempurna.

Bukan, Cakra bukan mengarahkan senjatanya itu kepada Agil, tapi kepada Eldrick yang langsung dihindarinya dengan mudah. Suara Agil yang berteriak ikut terhenti dengan tangan Cakra yang ditahan oleh Eldrick menggunakan sebelah tangannya. Cakra pun kembali mencoba menarik kembali tangannya dari cengkraman Eldrick, namun tangan Eldrick lebih kuat dari tangan Cakra.

"Jadi, kau memutuskan untuk menggigitku juga? Apa kau juga ingin mati?" tanya Eldrick dingin.

"Aku tidak percaya bahwa kau telah menemukan keluargaku, jangan mencoba mempengaruhiku dengan cara kotormu. Bagaimanapun juga, aku tidak akan membunuh rekanku!" tantang Cakra dan mencoba memukul Eldrick, tapi Eldrick selalu mudah menangkisnya.

"Kau tidak percaya? Bagaimana kalau keluargamu juga kubunuh, Al ... thaf?!" ucap Eldrick yang membuat Cakra berhenti berusaha dalam menyerangnya. Mendengar nama aslinya disebutkan, rasanya Eldrick memang sudah mengetahui di mana keluarganya berada.

Eldrick sekilas melirik Agil yang menatapnya dengan mata tak suka juga dengan urat-urat tangan dan leher Agil yang terlihat mengeras. Orang itu kemudian kembali menatap Cakra dan melepas tangannya yang menahan tangan Cakra. Eldrick kemudian menepuk pelan bahu Cakra dan berjalan perlahan ke arah anjing-anjingnya yang sedari tadi berdiri menyaksikan.

"Hei, Bocah! Maafkan aku!" ujar Cakra kepada Agil yang menatapnya tajam.

Cakra mencoba mengayunkan kerambitnya ke arah Agil yang tak mau berkedip menatapnya. "Tunggu!" Suara itu lagi, suara Eldrick yang terdengar menjengkelkan itu kembali terdengar dan menghentikan aksi Cakra dalam mengayunkan kerambitnya.

"Apa?" tanya Cakra yang sedari tadi sudah kalut dengan emosi dan pikirannya. Permainan Eldrick sangat membuatnya muak dan ingin mengakhirinya segera.

"Apa Diego tak pernah mengajarkanmu untuk tak menyerang mangsa yang tidak melawan?" tanya Eldrick lagi. Sialan itu malah membuat suasana hati Cakra semakin berantakan.

"Tidak!" jawab Cakra dengan nada kasar.

"Mmm ... begitu ya, tapi misi pertamamu yang aku berikan adalah membunuh mangsa yang tak bisa melawan juga, jadi dalam misi terakhirmu kau juga ingin membunuh mangsa yang juga tak melawan? Ayolah, Cakra! Bukankah, mangsa yang bergerak itu lebih menyenangkan?" tutur Eldrick dengan suara liciknya.

Cakra mengepalkan tangannya kuat-kuat, permainan macam apa lagi yang ingin Eldrick pamerkan? Sedari tadi dia selalu berkata sambil menyengir dan menyengir saja. Cakra sudah terlalu muak dengan cengiran tanpa adanya bahan lawakan itu. Kalau saja Cakra bisa, ia mungkin sudah menghabisi Eldrick sedari tadi. Andai pasukan Eldrick itu tidak ada, mungkin Cakra akan meluruskan niatnya untuk menyerang Eldrick dengan taruhan nyawanya. Sialnya, anjing-anjing berjumlah lebih dari sepuluh itu selalu menatap Cakra sedari awal, tanpa ingin mengalihkan pandangannya sedikit pun.

Eldrick memerintahkan dua ekor anjingnya dengan gerakan mata saja. Orang seperti Cakra mungkin tak akan bisa mengartikan maksudnya, tapi dua ekor anjing itu langsung mengerti dan bergerak ke arah Agil di sana. Mereka berdua melepaskan semua ikatan pada Agil termasuk lakban di mulutnya. Salah satu dari mereka juga menarik Agil agar segera berdiri dari duduknya. Satunya lagi juga merabah saku celana Agil dan mengambil senjata api milik Agil di sana. Berikutnya, ia mengetes isi pelurunya, setelah memastikan ada isinya, ia pun menyerahkannya ke tangan Agil. Senjata api yang berbeda dari biasanya itu membuat mata Cakra tak ingin berkedip. Sepertinya, senjata itu bisa menembus kepalanya kapan saja dan mungkin akan membuat Cakra tak bisa melawan sedikit pun juga. Cakra juga masih ingat kalau Agil ahlinya dalam menembak. Jika itu mengenai kepalanya, maka habis sudah perjuangannya selama ini yang ingin menyelamatkan Diego dan juga keluarganya.

Pada dasarnya, Cakra sudah terjebak dalam permainan Eldrick yang tak kunjung ada habisnya. Sialan itu malah tertawa di sana dengan anjing-anjing yang mulai membuat formasi perlindungan di sekitarnya agar senjata Agil tak bersarang padanya. Dia cerdas, Cakra bisa mengakui itu, tapi dia juga sangat licik. Entah kenapa juga anjing-anjing itu rela menjadi perisai bagi Eldrick yang sudah memperanjing mereka semua.

Bersambung...

Hunting Dogs (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang