SAYANGKU

150 15 13
                                    

Esok paginya Aliya bangun dengan senyuman mengembang di wajahnya. Ia meraih ponselnya. Sebuah pesan masuk.

"Jangan terburu-buru keluar rumah, perhatikan langkahmu. Selamat pagi"

Pesan dari Changsub. Ia tak bisa menemui Aliya karena harus latihan pagi-pagi sekali. Aliya bangkit dan membuka pintu. Ia melihat Changsub meletakkan sekotak susu, setangkai bunga dan sebungkus roti manis.

"Agar kau bersemangat pagi ini" tulis Changsub pada sebuah kertas kecil.

Aliya tersenyum. Ia merasa sangat bahagia karena jadi seseorang yang istimewa untuk orang lain.

"Dia manis sekali" katanya mengambil susu dan roti manis tadi.

Hubungan Aliya dan Changsub berjalan baik. Meski tampak masih malu-malu. Changsub sangat menghormatinya Aliya. Mereka hanya bertemu di sekali waktu. Changsub tak pernah macam-macam. Ia hanya mengantar Aliya pulang sampai depan pintu.

Changsub tak pernah berani menyentuh Aliya secara fisik lebih dulu. Tapi ia selalu dapat bersikap manis. Tak hanya sarapan, Changsub terkadang mengirim Aliya secangkir kopi ke kantornya.

Hati Aliya penuh dengan bunga. Ia bisa merasakan bahagia itu datang ketika melihat Changsub.

Changsubpun demikian. Ia akan mendapan pesan berupa semangat yang tak membuatnya lelah berlatih. Mereka akan saling menelepon dan mengirimkan ucapan sebelum tidur.

***

Malam itu hujan sangat deras. Changsub dan Aliya setengah berlari memasuki rumah Aliya. Pakaian Changsub basah ringan. Aliya mengambilkannya handuk.

Changsub melihat Aliya sangat gugup hari itu. Ia tampak gelisah.

"Ada apa?" Tanya Changsub. Aliya tak menjawabnya. Ia hanya sedikit terkejut ketika petir terdengar bergemuruh dari kejauhan.

"Aku takut petir" kata Aliya singkat tak menatap wajah Changsub "dari kecil aku selalu takut petir dan selalu menghadapinya sendirian. Pengasuhku akan datang dan memelukku dengan penuh kehangatan sampai aku terlelap" kata Aliya memasak air untuk menyeduh teh hangat. Ia membelakangi Changsub.

Changsub mendekatinya, memeluk tubuh ramping itu dari belakang selagi Aliya menyiapkan teh hangat. Jantung mereka berdebar. Wajah Aliya dan Changsub memerah.

"Apa aku harus jadi pengasuhmu agar bisa memelukmu terus seperti ini?" Changsub mendekapnya lebih erat. Aliya diam saja. Ini pertama kali untuknya diperlakukan seperti ini oleh laki-laki. Ia menikmatinya. Ia bisa merasakan panas nafas Changsub di kepalanya.

"Changsub ..." Aliya memejamkan mata "kau mau teh hangat?" Tanya Aliya. Changsub merenggangkan pelukannya dan membalik posisi Aliya agar mereka berhadapan.

"Apa yang lebih hangat dari secangkir teh malam ini?" Tanya Changsub pelan. Dada Aliya bergemuruh. Ia menatap laki-laki di hadapannya. Changsub menjawil dagu Aliya "bolehkah aku ...." Changsub diam, ia menatap Aliya dengan penuh cinta. Aliya mengangguk pelan. Perlahan-lahan Changsub mencondongkan tubuhnya. Aliya diam saja memejamkan matanya. Bibir mereka bertemu. Untuk pertama kalinya di hidup Changsub dan Aliya. Mereka merasakan sebuah ciuman bibir dari lawan jenis. Changsub hanya mengecupnya pelan. Ia sama sekali tak tau bagaimana cara melakukannya. Ia hanya berlagak bisa supaya terlihat keren. Padahal ia sama amatirnya. Jadi ia hanya mengecupnya pelan.

Aliya membuka matanya dan melihat wajah Changsub memerah. Mereka sama-sama tersenyum. Aliya memeluknya.

"Itu hangat sekali. Aku malu" kata Aliya. Changsub hanya memeluknya dan mengusap pelan rambut Aliya sambil mengecup ujung kepalanya.

"Kau sudah tak takut petir?" Tanya Changsub. Aliya mendongak da menatap Changsub.

"Asal Changsubku mau menemaniku. Aku tak akan ketakutan"

"Chang ... changsubku?" Changsub menggodanya.

"Haruskah kupanggil ... sayangku?"

"Sayangku ... aaah hatiku berdebar" Changsub dan  Aliya terbahak ringan. Mereka merasa bahagia sekaligus lucu.

Malam itu Changsub hanya menemani Aliya sampai ia terlelap di pelukannya. Ia melepaskan pelukan Aliya secara perlahan dan mengecup pelan kening wanitanya itu.

"Selamat malam, sayangku"

Ia bergegas pulang.

***

Ponsel Aliya bergetar, Email masuk dari seseorang. Aliya sudah tidur, sudah beberapa waktu ia tak membuka email masuk yang selalu ia tunggu.

Ia sudah bahagia, bahkan tanpa email masuk yang ia tunggu itu

WHITE CAMELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang