DAMAR

46 7 4
                                    

Changsub memesan taksi dan pergi dari tempat itu membawa Aliya. Mereka berhenti di sebuah taman dekat sungai han. Changsub melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Aliya. Ia melepas dasi kupu-kupunya dan melonggarkan kemejanya.

Mereka bertatapan.

"Mianhae" kata Changsub "aku sendiri tak tau apa yang kulakukan. Kau pasti dalam masalah sekarang karena aku"

Aliya bangkit dan memeluk tubuh Changsub dengan erat.

"Terima kasih karena membawaku pergi dari sana" katanya tersenyum. Changsub mengecup puncak kepala Aliya.

"Apakah kita bisa begini selamanya?" Tanya Changsub. Keheningan menjadi rongga dari hangatnya malam itu. Perang dalam batin Aliya yang menyukai Changsub tapi tak bisa melawan ayahnya. Air matanya menetes.

"Aku hanya perempuan berumur 20 tahunan bukan?" Katanya terisak.

"Ya, kita hanya anak muda yang sedang belajar jatuh cinta satu sama lain" Changsub menarik wajah wanita itu dan mengecupnya begitu dalam.

"Aku jatuh cinta padamu, Camelia" katanya

"Nado, Lee Changsub" Aliya meraih tangan lembut Changsub dan menciuminya dengan air mata yang semakin deras.

Changsub menyadarinya. Ini tak akan berhasil. Mereka tak akan pernah berhasil di usia mereka saat ini.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Changsub sambil menikmati udara taman yang semakin dingin. Aliya diam. Ia tak tau harus bagaimana lagi. Ia tau pasti, semua tentang korea baginya sudah selesai ketika ayahnya ada disana. Setelah ini ia akan pulang, menjadi tuan putri wijaya yang siap dinikahkan pada seorang Arya.

Sebuah van hitam berhenti di belakang mereka. Damar turun dari van itu dan meminta supir menunggu. Wajahnya dingin dan menatap Changsub dengan tajam.

Ia melepas dasi dan jas yang terlihat tak nyaman ia kenakan dan menghampiri mereka. Ia melayangkan pandangannya jauh melebihi batas-batas air sungai han yang semakin dingin malam itu. Damar melepas sepatunya dan bertelanjang kaki. Ia duduk santai di rumput. Aliya dan Changsub menatapnya dengan heran.

"Kamu ingat perempuan yang pernah mas pacari di masa lalu. Perempuan sederhana, parasnya manis. Dia anak kepala desa di sebuah dusun. Bapaknya punya sawah yang bisa panen berton-ton beras untuk makan satu kampung" kata Damar dalam bahasa Korea yang fasih. Aliya duduk di sampingnya. Menyandarkan kepalanya pada abang satu-satunya itu.

Ia ingat betul perempuan bernama Kirani yang dicintai Damar.

"Mas bersikeras supaya bisa tetap bersama Rani" katanya menatap jauh ke sebrang sungai. Ia diam dan tiba-tiba tercekat "tapi sawah-sawah bapaknya berulang kali gagal panen karena hama dan terus-terusan jebol tanpa sebab" katanya mengusap punggung Aliya. Mata Aliya kembali basah.

"Papa" katanya tercekat.

"Mas tak mau melihat Rani lebih menderita lagi dari itu. Kamu mengerti, kan?"

Tangis Aliya pecah lagi. Kali ini lebih histeris. Changsub menarik tubuh Aliya dan memeluknya dengan erat. Matanya juga basah. Kali ini ia benar-benar patah hati.

"Mas tak bisa membantu kalian lebih dari ini" kata Damar. Ia menunjuk van hitam yang membawanya tadi. "Habiskan waktu kalian dengan baik, ya" katanya menepuk pundak Changsub. Kemudian ia berlalu menaiki sebuah sedan putih. Istrinya tersenyum dan membukakan pintu.

Damar pergi.

Changsub memapah Aliya menaiki van tersebut dan supir membawa mereka entah kemana.

WHITE CAMELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang