DUA ORANG PRIA

82 14 9
                                    

'... sudah waktunya pulang'

Aliya terdiam di depan laptopnya sore itu. Sudah waktunya pulang kantor tapi ia masih duduk membeku disana.

"Kau lembur, tuan putri?" Kata seorang pria berkacamata berperawakan sedang. Aliya menatapnya dan tersenyum tipis, kemudia menggeleng pelan.

"Aku hanya sedang membaca email masuk" jawabnya pelan.

"Pastikan tak terlambat pulang, ya?" Kata lelaki itu mengambil payungnya. Aliya hanya mengangguk. Setelah lelaki itu pergi, ia kembali menatap layar.

"Aku harus pulang?" Katanya mematikan laptop dan bersiap pulang.

Sebuah pesan masuk melalui ponselnya

'Kenapa lama sekali? Aku di depan'

Mata aliya sedikit terbelalak.

"Dia menjemputku?" Senyuman mengembang di kedua sudut bibir Aliya dan bergegas keluar dari kantornya. Changsub disana dengan sebuah payung lebar.

Changsub tersenyum lebar melihat wanitanya menyebrang jalan.

"Kau tampan sekali sore ini" Aliya mencubit pelan wajah changsub dan mereka bergegas.

"Kita harus makan malam dulu, kemudian makan eskrim dan akan kuantar kau pulang dengan selamat" kata Changsub. Aliya hanya tersenyum sambil menggandeng lengan Changsub dengan manja.

"Jika punya pacar seasyik ini, sudah dari dulu kupacari seseorang" kata Aliya.

"Dia pasti tak setampan aku, bahkan tak sebaik aku. Bersyukur kau jadi pacarku" kata Changsub. Aliya mencubit pelan perut Changsub sambil tersenyum menyeringai.

Mereka makan dengan lahap dan pergi membeli 2 cup eskrim. Menghabiskan eskrim di taman sambil terus berbincang tentang apa saja dan bersiap pulang.

"Aliya!" Panggil sebuah suara yang familiar di telinga Aliya. Changsub dan Aliya menoleh cepat.

Seorang laki-laki setinggi Changsub berdiri tak jauh dari mereka berdua. Ia mengenakan mantel tipis berwarna abu-abu kusam. Tak jauh darinya terparkir sebuah mobil mewah lengkap dengan supir dan seorang pengawal. Changsub menoleh ke arah alia yang tak bergeming menatap laki-laki itu. Air muka Aliya berubah tajam menjadi sedingin es.

"Mas ..." kata Aliya pelan nyaris tak terdengar.

"M .. mas?" Ulang Changsub yang tak mengerti arti dari kata yang diucapkan Aliya. Laki-laki itu mendekati Aliya.

Laki-laki itu menatapnya dengan lembut dan membuang nafas panjang.

"Kamu tau kan, aku kesini karena apa?" Tanya laki-laki itu menggunakan bahasa yang tak dimengerti Changsub. Aliya menjawabnya dalam bahasa Inggris.

"Gunakan bahasa Inggris. Seseorang harus mengerti situasinya" Aliya menatap Changsub yang terlihat bingung.

"Ok" jawab laki-laki itu pelan.

Seorang laki-laki lainnya berjalan tergopoh menghampiri mereka bertiga. Aliya menoleh cepat dan menunduk. Changsub semakin bingung.

Dia sedikit lebih tinggi dari Changsub dengan badan tegap dan wajah tampan. Sorot matanya tajam dan berwibawa. Usianya tak jauh dari laki-laki yang menghampiri mereka sebelumnya. Ia tersenyum pada Changsub dan menundukkan kepalanya. Aliya membuang muka.

"Hai, princess" ia tersenyum manis pada Aliya yang bahkan tak berani menatapnya.

Ada getaran aneh ketika laki-laki itu memanggil Aliya dengan sebutan "princess". 'Dia sayangku' batin Changsub.

"Kita bicara di dalam" Aliya berjalan mendahului mereka semua dan menarik Changsub.

....

WHITE CAMELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang