34. Kerinduan Jeon

82 12 0
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Padahal sebelum kamu datang aku selalu baik-baik saja sendirian, tapi sekarang? Melihatmu adalah obat terbaik mengobati kegelisahan ku."

"Nona, Anda ingin berangkat sekarang?"

"Iya."

Awa masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah yang memiliki banyak kenangan itu. Kali ini yang mengantarnya bukanlah pengawal yang waktu malam datang ke kamarnya, tapi seorang supir suruhan Tante Ema.

Memasuki wilayah Jakarta, panas matahari menembus kaca mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memasuki wilayah Jakarta, panas matahari menembus kaca mobilnya.

"Sebentar lagi kita akan sampai, apa Nona ingin membeli sesuatu terlebih dahulu?"

Melihat ke luar, banyak orang yang berlalu lalang juga memenuhi pertokoan, karena ini adalah akhir pekan. Awa sangat malas jika harus keluar dan menjadi bagian dari mereka.

"Tidak."

"Kalau begitu kita langsung pulang."

Walau Awa tidak ingin pergi ke luar, tapi menatap kerumunan orang itu tidaklah salah karena membuatnya tidak terlalu bosan setelah beberapa jam hanya duduk di tempat yang sama.

Walau Awa tidak ingin pergi ke luar, tapi menatap kerumunan orang itu tidaklah salah karena membuatnya tidak terlalu bosan setelah beberapa jam hanya duduk di tempat yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Najis!" Keluh Jeon.

Di hari yang panas dan padat di akhir pekan ini, Jeon sedang berjalan di trotoar menuju kedai ice cream karena kalah bermain Ludo dengan Suzy dan Helena.

Kenapa sih gue nggak bisa fokus?! Kan jadinya gini, dijajah sama dua nenek lampir.

"Nyebelin, awas Lo berdua nanti, gue bales," gumam Jeon.

Arg! Tapi gue kangen sama nona! Kalau gue lagi nggak gini pasti bisa menang.

Bruk

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang