5. Menata Ulang

183 34 4
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Kembali menata ulang itu sulit, apalagi jika hati ini ikut bersama dia yang telah meninggalkan."

Satu pekan ini menjadi hari-hari yang cukup sulit bagi Awa. Berusaha ikhlas tapi tidak pernah bisa, berusaha melupakan tapi selalu teringat, begitulah rutinitas Awa beberapa hari ke belakang.

"Sunyi," ucap Awa saat memasuki ruang makan.

Di atas meja sudah terhidang banyak makanan yang tidak akan habis olehnya sendiri. Sekarang Awa tinggal sendiri, tidak ada orang lain di rumah besar ini selain dirinya. Hanya ada beberapa bawahan almarhumah bundanya yang datang untuk menyiapkan makan dan membersihkan rumah lalu pergi.

Bukan tidak mau ditemani, tapi Awa lebih memilih sendiri karena tidak ingin menjadi lemah.

"Kehidupan gue bakal balik lagi kayak dulu," ucap Awa tanpa emosi, tidak ada raut wajah sedih kali ini, mungkin hatinya sudah benar-benar tertutup kali ini.

"Hambar," ucap Awa setelah menyuapkan satu sendok sup. Lalu Awa kembali menuju kamarnya tanpa menyelesaikan makannya.

"Selamat sore nona," sapa tante Ema yang baru saja datang dengan sebuah koper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat sore nona," sapa tante Ema yang baru saja datang dengan sebuah koper.

"Tante," balas Awa datar.

"Tante mau minum?" Tanya Awa, bagaimanapun Awa masih punya tata krama.

"Tidak perlu nona, saya hanya mengantarkan barang-barang almarhumah nyonya, dan juga memberi tahu bahwa pihak sekolah bertanya apakah nona jadi pindah atau tidak."

Sekolah. Awa hampir melupakan bahwa dirinya masih seorang pelajar. Awa sebenarnya ingin menolak, tapi setelah diingat almarhumah bundanya yang susah payah mengurus kepindahannya, setidaknya Awa harus menghargai.

"Iya, senin nanti Awa sekolah," jawab Awa yang terus menatap layar ponselnya.

Tante Ema tersenyum senang, tapi Awa tidak berniat untuk melihatnya. Bukan lengkungan bibir orang lain yang ia ingin lihat melainkan lengkungan bibir bundanya.

"Saya akan konfirmasi kepada pihak sekolah, untuk pakaian dan lainnya akan tiba besok " ucap tante Ema semangat. Awa hanya mengangguk.

"Tante."

"Iya nona?"

"Siapkan mobil yang biasa Awa pakai."

"Baik nona, saya permisi."

Awa meletakkan ponselnya. Berjalan menghampiri koper yang tadi dibawa tante Ema.

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang