Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya"Apa pun, selagi itu bisa membantumu jangan pikirkan perasaanku."
"Nona, saya ingin bertanya beberapa hal tentang kejadian yang menimpa Nona agar bisa segera diselesaikan."
"Biar saya bereskan alat makannya," ijin Jeon.
"Tolong, ya," jawab Tante Ema.
Awa diajak menuju ruang tengah untuk membicarakannya. Sedangkan Jeon di dapur sedang mencuci alat makan masih dengan senyum yang mengembang.
Rumah terasa ramai padahal hanya ada Tante Ema yang menginap di sini. Awa berada di kamarnya dan sekarang sudah merasa cukup tenang dibanding saat pulang dari sekolah tadi.
"Tante Ema sampai nginep di sini buat urus kasus, padahal pasti di Bandung lagi sibuk banget. Gue harus sembuh! Gue nggak bisa berhutang sama orang lain terus," tekad Awa.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah satu malam, Awa masih berbaring di atas ranjangnya tanpa menutup mata.
"Gara-gara kebanyakan muntah dan cuma makan ramyeon, gue jadi lapar lagi."
Awa akhirnya keluar dari kamar berniat untuk makan roti coklat. Setelah turun dari tangga, Awa menoleh menatap ke salah satu pintu kamar.
"Tante Ema kayaknya udah tidur."
Satu gelas susu coklat dan beberapa lembar roti yang sudah diolesi selai coklat dibawa oleh Awa menuju kolam renang. Gila bukan? Lewat tengah malam malah memilih diam di luar? Biarkan saja Awa menenangkan diri dengan caranya.
Di dalam ruang pengintai, Fras sedang duduk di hadapan lebih dari lima layar komputer yang menampilkan berbagai sudut rumah. Jeon yang sejak pulang dikurung di sana bersama Fras sedang duduk tegak sambil menahan kantuknya karena harus mendengarkan ocehan Fras tentang larangan menyukai nonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black (END)
Ficção AdolescenteJANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA Kalian termasuk tim yang mana? 1.Membaca sebuah cerita hanya menurut cover dan jumlah pembaca 2.Membaca cerita tanpa memandang cover dan jumlah pembaca Jika anda mengaku menjadi bagian dari tim dua, coba baca dulu...