Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya"Suka? Tidak! Perasaan ini lebih seperti sebuah rasa rindu tanpa sebab."
Ingin sekali Jeon mendekat dan memeluk dengan erat Nonanya yang sedang berdiri di sana. Tapi langkahnya tertahan, bukan oleh sebuah tembok besar atau sejenisnya seperti yang dikatakan banyak orang, tapi karena sebuah tarikan kuat dari arah belakang.
"Nggak usah macem-macem!" Bisik Suzy.
Suzy menarik paksa kerah baju Jeon untuk segera meninggalkan tempat kejadian.
Sedangkan di tempatnya, Awa menatap ke sekeliling karena merasa diawasi, tapi tidak ada siapa-siapa.
"Nona sampai dengan selamat?"
"Iya."
"Syukur kalau begitu. Saya secepatnya akan datang berkunjung untuk memastikan keadaan Nona."
"Iya."
"Kalau begitu saya tutup telfonnya."
"Hmmm."
Akhir pekan, besok Awa akan kembali lagi ke sekolah setelah beberapa hari berada di Bandung.
Awa membuang napasnya kasar. Rasa bosan menyapanya sekarang ini.
"Keluar bentar, deh," putus Awa.
Awa menekan nomor ponsel Jeon. Ya, karena memang Awa tidak memiliki nomor Helena atau Suzy.
Di dalam ruang pengintai, Jeon sedang duduk di atas kursi yang tengah diputar-putar olehnya. Bisa melihat Nonanya walau hanya dari sebuah layar mampu membuat Jeon mempertahankan senyumnya sejak pagi.
Drtttt
Drtttt
"Jeon! Hp Lo bunyi," ucap Helena.
"Siapa?" Tanya Jeon tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.
Suzy berdecak dan menoleh menatap ponsel milik Jeon. Padahal Suzy dan Helena sedang sibuk bermain balok uno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black (END)
Teen FictionJANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA Kalian termasuk tim yang mana? 1.Membaca sebuah cerita hanya menurut cover dan jumlah pembaca 2.Membaca cerita tanpa memandang cover dan jumlah pembaca Jika anda mengaku menjadi bagian dari tim dua, coba baca dulu...