Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya"Semakin kamu menghindar semakin menarik pula kamu dimataku."
Mulai hari ini Awa sudah memutuskan untuk tidak lagi berurusan dengan Bintang dan sebangsanya. Masa bodo dengan rasa penasarannya. Awa bahkan membawa masker untuk keadaan darurat jika diperlukan.
"Nona yakin akan membawa mobil sendiri?" Tanya supir perempuan yang selalu mengantarnya.
"Iya."
"Tapi nona, kami tetap akan siaga di sekitar sekolah," ucapnya menegaskan.
"Terserah," balas Awa kemudian berlalu pergi.
Kalau gue bawa mobil sendiri gue bisa kabur kapanpun gue mau.
Awa bersyukur sejak pagi hingga jam istirahat pertama tidak ada tanda-tanda akan bertemu dengan Bintang. Walaupun selama jam pelajaran Awa lebih sering menatap kaca bukannya menatap buku karena bisa saja Bintang tiba-tiba lewat dan menoleh ke kelasnya Awa bisa langsung menunduk.
Bel istirahat berbunyi membuat teman sekelasnya berhamburan keluar dengan wajah senang, tapi Awa malah makin cemas karena kemungkinan Bintang untuk lewat ke depan kelasnya lebih besar daripada saat jam pelajaran.
Awa hampir saja terjatuh kebelakang saat seseorang dengan tiba-tiba masuk ke dalam kelasnya. Awa kira itu adalah Bintang tapi syukurlah itu orang lain.
"Ekh udah pada pergi, si waketu ekh maksudnya Sri kemana?" Tanyanya sambil menatap seluruh kelas.
"Kantin," jawab Awa singkat.
"Oke makasih ya bye!" Ucapnya lalu langsung berlari ke arah kantin. Awa menarik napas lega untung saja itu bukan Bintang.
"Ni perut gue nggak bisa diajak kompromi banget si!" Gerutu Awa menatap perutnya. Padahal Awa sudah biasa melewatkan sarapan, tapi kenapa hari ini rasanya lapar sekali karena tidak sarapan.
Awa menyandarkan tubuhnya pasrah tapi sesaat kemudian sebuah ide muncul diotaknya. Awa menelfon tante Ema.
"Hallo tante, bisa kirim makan siang secepatnya ke kelas Awa?"
"Nona tidak membawa uang?"
"Bukan."
"Makan siang akan tiba dalam lima belas menit nona, tunggulah."
Baru kali ini Awa bersyukur memiliki nomor handphone orang lain selain almarhumah bundanya. Ternyata sedikit bersosialisasi tidak buruk juga.
Belum sampai lima belas menit, salah satu orang suruhan tante Ema sudah datang membawakan makan siang untuknya. Entah bagaimana caranya agar bisa masuk ke sekolah, bukan urusan Awa.
"Ada lagi yang anda butuhkan nona?"
"Tidak."
"Baiklah. Saya akan kembali untuk terus memantau nona dari luar sekolah." Awa mengangguk.
"Seumur hidup baru kali ini bahagia banget liat roti bakar," gumam Awa. Ternyata memang benar keadaan bisa merubah seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black (END)
Roman pour AdolescentsJANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA Kalian termasuk tim yang mana? 1.Membaca sebuah cerita hanya menurut cover dan jumlah pembaca 2.Membaca cerita tanpa memandang cover dan jumlah pembaca Jika anda mengaku menjadi bagian dari tim dua, coba baca dulu...