13. Dasar Bintang

130 22 6
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Sadar! Kamu itu gemesin, nggak usah nunjukin ke orang lain."

"Ekh! Ayam! Ayam! Ayam!" Latah Indra ketika terpeleset di tangga, untung saja Indra gesit berpegangan pada pembatas.

"Haduh, gara-gara cewek gue hampir meregang nyawa."

"Gue bakalan nyari tahu tentang cewek itu sampai da ... Anjir bel sialan! Udah bunyi aja!" Indra yang hendak berdrama seorang diri malah langsung berlari agar tidak terlambat masuk kelas. Indra adalah anak rajin? Oh tidak! Kalian salah besar. Indra semangat karena hari ini guru yang akan masuk ke kelasnya itu sangat cantik dan tentu saja bertubuh, beuhhhhh! Bisa membuat mata melek terus.

"Ekh ibu," sapa Indra pada guru yang ditunggu kedatangannya.

"Kamu ngapain masih di luar? Masuk gih," titah guru cantik itu ramah.

"Masuk? Masuk kemana dulu bu? Pikiran saya traveling ini bu, hehehe."

"Traveling? Emangnya ucapan ibu salah? Kamu ini ada-ada aja." Guru cantik itu masuk lebih dahulu membuat Indra bersorak senang dalam hatinya karena bisa berjalan di belakang.

"Huuuuu! Indra modus!" Sorak temannya.

"Hallo semuanya!" Indra melambaikan tangan, berjalan seolah dirinya adalah artis. "Makasih atas sambutannya."

Gue nggak mungkin salah. Suaranya sama persis. Gue bakalan temuin cewek itu secepetnya. Batin Indra.

"Tas biru muda," guman Indra setelah mengingat tas gadis yang tak sengaja bertabrakan dengannya.

"Tas biru muda," guman Indra setelah mengingat tas gadis yang tak sengaja bertabrakan dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah ide muncul di benak Awa sekarang ini. Jika memiliki kemungkinan sembuh jika terus menghadapi Bintang, maka Awa akan mencoba, lihat saja nanti. Saat dimana Awa berani berdiri tampa takut di hadapan Bintang.

"Gue bakalan nyoba," ucap Awa tampa sadar. Sri yang duduk di depannya menatap bingung.

"Lo aneh, ngomong sendiri, jangan bilang lo bisa liat hal begituan?!"

Awa masih mengkumat-kamitkan bibirnya tidak mendnegar pertanyaan dari si waketu, Sri. Sri yang merasakan bulu kuduknya meremang segera pergi bersama temannya untuk menuju kantin di jam istirahat kedua ini.

Ponsel Awa bergetar yang pasti panggilan dari Tante Ema, siapa lagi 'kan? Tidak mungkin bundanya yang sudah tiada menelfon.

(Author : Gue nggak rela ini cerita rubah genre woy!)

"Hallo Tante."

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang