32. Perasaan Lama

90 13 0
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Ketika hatiku yakin maka tidak ada alasan untukku menolak."

Tatapan mata Awa terpaku pada kaca spion yang menampakkan warnet yang barusan ditinggalkannya. Setelah beberapa saat lalu duduk di dalam warnet, seorang pengawal yang tadi siang ada di rumah menemukannya, kemudian Tante Ema bersama yang lain datang tidak lama setelah itu.

"Nona, saya benar-benar ketakutan ketika lampu restoran mati dan Anda tidak kembali," adu Tante Ema.

"Tadi ada yang ngejar Awa, karena takut Awa jadi nggak bisa mikir hal lain selain kabur."

"Dikejar? Siapa? Apa Nona melihat orangnya?"

"Pakaiannya serba hitam, dia juga pake masker sama topi."

"Jadi, Nona tidak melihat wajahnya?" Sambung Tante Ema.

"Iya."

"Begitu rupanya. Karena kejadian ini, bagaimana kalau Nona kembali saja ke Jakarta? Sepertinya di sini sedang tidak aman bagi Nona."

"Nggak. Awa masih mau di sini."

"Kalau begitu, apa Nona tidak keberatan jika saya menambah jumlah pengawal?"

"Demi keselamatan Nona."

"Tambahan, Tante?"

"Jika Nona masih merasa tidak nyaman, bagaimana jika enam berada di dekat Nona dan sisanya berada di tempat yang tidak bisa Nona lihat tapi masih mengawasi Nona?"

"Terserah," jawab Awa.

"Jika butuh sesuatu Nona bisa langsung hubungi saya kapan saja."

"Iya. Tante boleh pulang," jawab Awa malas.

Awa meninggalkan para pengawalnya di ruang tengah dan berjalan seorang diri menuju kamar bundanya.

Atmosfer kamar bunda emang beda banget.

Awa duduk di pinggir ranjang, tatapannya tertuju pada kedua kakinya yang telanjang.

"Rasanya gue nggak asing sama dia, tapi siapa? Kapan gue ketemu sama dia?" Gumam Awa.

Jauh dari rumah yang ditempati Awa, seseorang sedang terdiam di dalam warnet sekarang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jauh dari rumah yang ditempati Awa, seseorang sedang terdiam di dalam warnet sekarang ini.

"Gue kenapa sih?"

"Ini juga, ngapain gue beli beginian?" Tanyanya yang menatap kantung plastik berisi beberapa obat.

"Heh! Buang-buang uang aja anjir, gue kerasukan apaan coba?" Gerutunya yang diakhiri dengan menendang meja.

"Woy Ade, cewek yang tadi Lo bawa udah dibawa pulang sama pengawalnya."

Merasa terpanggil, Ade menatap pemilik warnet yang sedang berdiri sambil memegang cangkir hello Kitty.

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang