30. Awa dan Perasaan

82 14 0
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Perasaan ini tidak mungkin salah untuk mengenalimu."

Awa kembali bangun setelah berhasil tidur jam tiga pagi. Dan sekarang masih jam enam pagi. Kepala Awa rasanya sedikit berat.

Tok

Tok

"Nona, sudah bangun? Jika sudah silahkan turun ke bawah untuk sarapan."

"Iya. Nanti Awa ke bawah, Tante," jawab Awa malas.

Setelah selesai mandi Awa turun menghampiri Tante Ema yang sedang menata sarapan di meja. Tante Ema menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Awa untuk duduk.

"Hari ini saya akan selesaikan masalah salah paham tentang Nona ke sekolah."

Awa hanya bergumam sambil mengunyah makanannya tanpa semangat.

Tante Ema tahu nggak masalah semalam?

"Ada apa, Nona? Nona ingin menanyakan sesuatu?" Tanya Tante Ema yang sadar ditatap oleh Awa.

"Tidak."

"Setelah sarapan, silahkan Nona segera bersiap, kita akan berangkat bersama hari ini."

"Awa nggak mau sekolah," ucap Awa pelan setelah meletakkan sendoknya.

Rasanya kejadian yang terjadi di sekolah membuatnya sedikit enggan untuk datang ke sana lagi.

Tante Ema tidak tampak terkejut karena mungkin menganggap itu hal wajar.

"Sekalian minta izin buat Awa. Awa mau tinggal dulu di Bandung seengganya sampai akhir pekan."

Tidak disangka, Tante Ema malah terlihat lebih terkejut sekarang dibanding tadi.

"No-nona tidak meminta untuk berhenti sekolah?"

"Untuk apa berhenti?" Tanya Awa sambil berlalu.

"Untuk apa berhenti?" Tanya Awa sambil berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung. Sepertinya sudah cukup lama Awa meninggalkan kota kelahirannya ini. Mobil yang dikendarai oleh Tante Ema memasuki pekarangan rumah besar yang dulu ditinggalinya.

"Nona membawa kuncinya? Silahkan masuk terlebih dahulu, biar saya membawa barang Nona ke dalam," ucap Tante Ema.

"Iya."

Satu langkah Awa masuk kembali ke dalam rumahnya, semua kenangan manis bersama bundanya dan saat banyak orang datang ke rumahnya karena kematian bundanya berputar begitu cepat. Rasa sesak kehilangan bundanya kembali datang setelah akhir-akhir ini sudah mulai bisa dilupakannya.

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang