14. Nasib Yang Sama

135 20 0
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Tenang? Tidak ada lagi kata itu setelah aku mengenalmu."

Mulai detik ini, menit ini, dan hari ini Awa termasuk sebagai siswa penanti bel pulang. Awa ingin segera pulang, entah kenapa perasaanya tidak enak. Apakah Bintang akan mendatanginya lagi? Atau lebih parah, Awa tidak bisa melihat masa depan, yang Awa bisa hanya menghindar untuk kelangsungan hidupnya.

"Terimakasih untuk hari ini. Kalian boleh bubar saat bel sudah berbunyi. Jangan ada yang pulang lebih dulu. Selamat siang," pamit Guru yang selesai mengajar di jam terakhir hari ini.

Tringgggggggg

Karena Awa sudah membereskan tasnya, setelah mendengar suara bel Awa langsung berlari keluar padahal duduk di bangku paling belakang.

"Kenapa sih tuh anak? Kebelet boker kali, ya," ucap Sri pelan yang tidak jadi berjalan karena diserepet Awa.

"Yes! Akhirnya gue bisa pulang juga, bye-bye Bintang sialan!" Sorak Awa tidak terlalu keras. Tas biru muda yang digendongnya di punggung sesekali meloncat karena gerakan dari Awa.

Awa turun dari lantai tiga dengan selamat, tampa bertemu Bintang dan sebangsanya. Dari lantai dua ke lantai bawah juga aman. Awa yang awalnya berjalan santai mulai merasa diikuti. Awa tidak mau menoleh, Awa malah mempercepat langkah kakinya. Walaupun belum terlalu lama bersekolah di sini, Awa sudah hapal denah sekolah ini dari mulai lantai satu sampai lantai tiga.

Awa sengaja berbelok karena ingin membuat orang yang mengikutinya kehilangan jejak, walaupun Awa harus sedikit membuang waktunya untuk kucing-kucingan. Saat Awa mulai berlari, suara langah, bukan, suara orang yang berlari di belakangnya semakin terdengar.

Sial! Beneran ngikutin gue ternyata.

Awa mulai berlari dan syukurlah di depan sana ada belokan. Dan memang denah di sini banyak sekali belokannya.

Duk

Awa hampir saja berteriak karena menabrak seseorang. Awa sudah berpikiri yang ditabraknya adalah orang yang sama yang sedang mengejarnya. Tapi setelah melihat bahwa ornag yang ditabraknya adalah wanita, Awa merasa bersyukur.

Siswi yang ditabraknya menarik tangan Awa dan memberikan tanda agar diam. Kemudian Awa ditarik menyusuri lorong dengan cepat dan berakhir tiba di balik pohon.

Bruk

Karena berhenti mendadak, siswi di hadapannya terjatuh karena Awa yang belum siap untuk berhenti dan malah hilang keseimbangan.

"Aw!" Pekik siswi yang Awa tindih.

Awa langsung membekap mulut gadis di hadapannya. Posisi mereka sekarang, sedikit aneh. Jangan sampai ada yang lihat, bisa-bisa mereka disangka lesbi.

Gadis yang dibekap Awa langsung mengangguk. Awa mulai berdiri dan membenarkan posisi duduknya.

"Sial!" Umpat Awa dan gadis yang sekarang duduk di sampingnya bersamaan. Keduanya saling bertatapn beberapa saat.

"Antek-antek Bintang sialan!" Umpat mereka berdua, bersamaan. Awa kembali menatap gadis di sampingnya heran. Tidak mungkin mereka bisa mengatakan hal yang sama sebanyak dua kali jika kasus mereka berbeda.

Awa hendka berbicara tapi langsung berhenti dan berganti mengambil buku juga pena di tasnya.

Lo punya masalah sama Bintang?

Gadis di sampingnya mengambil buku Awa dan menuliskan balasannya.

Bukan Bintangnya, tapi antek-anteknya

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang