7. Ketua Ganteng

175 32 5
                                    

Kasih ⭐ dulu gessss
Komen sebanyak-banyaknya

"Jangan menarik perhatian singa, karena bisa saja kamu menjadi mangsanya."

Cukup membosankan, tapi juga cukup menarik berada di lingkungan sekolah baru yang masih menyimpan banyak misteri baginya. Awa sedang berjalan bersama seorang gadis yang berpangkat wakil ketua kelas untuk mengajaknya berkeliling. You know lah kenapa Awa lebih memilih si wakil ketimbang ketua kelas. Karena ketua kelasnya adalah laki-laki.

"Lo pasti udah tahu kalau ini lapangan basket kan? Jadi gue gak harus jelasin lagi."

Awa terdiam sejenak memandang ke arah lapangan yang sedang diisi oleh para pemain juga kerumunan siswi yang tengah menonton.

Udah pergi ya orang yang tadi dihukum?

"Hey!"

"Hey!" Gadis itu berpindah posisi dari samping ke hadapan Awa, lalu menjentikkan jarinya.

"Lo dengerin gue gak sih?" Tanyanya sewot. Awa hanya mengangguk.

"Gue ulang, jadwal olahraga kelas kita itu ha..."

Awa menggeser tubuhnya dengan satu langkah ke samping.

Bugh

Sebuah bola basket menghantam kepala belakang si wakil ketua kelasnya itu. Tubuhnya terhuyung hingga jatuh ke lantai. Awa melipat tangannya di dada dan hanya menatap ke bawah dengan wajah datarnya, tanpa berniat menolong.

Dari tengah lapangan seorang siswa dengan seragam yang acak-acakan penuh keringat menghampiri dan berhenti sekitar empat meter dari posisi Awa berada.

"Woy! Cepet lemparin bola basketnya!" Teriaknya. Awa mengerutkan dahinya, tapi tidak kunjung melakukan apa yang diperintahkan.

"Anjir pala gue pusing!" Kesal si wakil ketua kelas yang baru saja berdiri setelah terjatuh beberapa saat lalu.

"Heh siapa yang lemparin bola basket ke pala gue!" Teriak si wakil ketua kelas.

"Bintang!" Bentaknya.

"Lo yang lempar kan?! Ngaku lo?!" Tanyanya dengan jari yang menunjuk ke arah siswa yang tetap pada posisinya, tapi kini berjalan menghampiri lebih dekat.

"Bukan gue," elaknya.

"Bohong!"

"Beneran anjir! Salahin aja ni bola kenapa mantul ke pinggir lapangan bukan malah ke ring," ucapnya lalu mengambil bola basket tersebut dan langsung berlari kembali ke tengah lapangan.

"BINTANG SIALAN!" teriaknya.

"Ayo ikutin gue, kita lanjutin!" Ajaknya yang berjalan mendahului Awa dengan kaki yang dihentakkan.

"Itu ruang musik."

"Dan ini," ucapnya sambil menunjuk ke sebuah ruangan.

"Markas si Bintang sialan!"

"Markas?" Awa mulai tertarik. Kenapa di sebut markas padahal sudah jelas-jelas ini ruangan khusus club basket di lihat dari namanya.

Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang