SKM 13: She'll be Waiting

2.7K 259 29
                                    


"Rin, tamu yang kamu pegang udah konfirmasi?"

"Belooomm." Arin menjawab malas sambil mengipasi wajah dengan potongan kardus bekas. Rambut panjang yang diikatnya asal sudah terlihat kacau dan mencuat ke segala arah.

"Udah ditanya lagi? Cuma tamu kamu yang belum kasih kabar, nih. Koor acara udah nanyain."

"Ya, gimana dong? Dia tiap ditanya selalu bilang mau tanya keluarga dulu. Terakhir malah minta disediakan akomodasi. Waktu gue bilang kita nggak menyediakan, malah gue disuruh ngomong ke orang tuanya."

"Tamunya dari luar Jakarta?" Mandala menimbrung. 

"Dari Tanjung Priok, Man."

"Kamu kasih rute Transjakarta atau KRL aja. Dari anak acara pernah kasih link ...." Mandala mengeluarkan ponselnya, hendak mencari link yang dimaksud dan gerakannya terhenti saat dilihatnya dua notifikasi terpampang di layar.

"Iya, Man. Udah gue kasih, kok. Emang itu Bocil aja nggak tau diri," lanjut Arin dongkol. "Gue baru tau ternyata dia masih di bawah umur, jadi keluarganya ribet banget ngizinin itu anak keluar rumah malem-malem. Nanti deh, Cha, gue coba konfirmasi lagi."

Wajah Icha memberenggut tampak tidak setuju. "Hubungin dari sekarang, Rin. Gue tunggu konfirmasinya sampe jam 10 malam. Lo gimana, Man? Fixed satu orang?"

Mandala tampak linglung. Dia menatap bergantian layar ponselnya dan Icha, koordinator PJ tamu. "Hm, iya. Cuma satu," katanya ragu. "Yang bisa dateng cuma Kak Genta. Yang satu lagi belum bisa ke Jakarta sampe bulan depan. Cha, aku boleh pamit duluan?"

Beberapa pasang mata lantas tertuju pada Mandala ketika dia bangkit dari kursi.

"Udah mulai, ya? Ya, udah silakan. Tolong stand by hape, Man. Besok kita kumpul pagi, oke?"

Mandala mengangguk. Sambil meraih tas ranselnya, dia berpamitan dan pergi meninggalkan aula.

Begitu Mandala tidak lagi terlihat, Arin menjulurkan leher. Anggota lain pun mulai berbisik menciptakan kegaduhan. "Mau kemana si Manda?"

Icha menghelakan napasnya. Sambil memberi centang pada daftar hadir yang bertuliskan nama Mandala, dia mengeluh, "rapat pameran fotografi. Sama Ghifari."

Kegaduhan langsung surut dan tergantikan tatapan khawatir dari seluruh anggota PJ tamu yang tengah berkumpul di sudut aula.


---


| Ibu: Man, masih lama? (18.09)
Susunya Dira habis (18.20)
Km mampir ke supermarket ya (18.20)


"Akhirnya dateng juga."

Mandala—yang sedang berjalan melintasi pelataran parkir sebuah kafe di Salemba—berhenti mengetik begitu mendengar suara lantang Ghifari. Saat mendongak, dia bisa melihat ada empat orang sedang melihat ke arahnya dari balkon. Dengan senyum pahit, Mandala mempercepat langkahnya menaiki tangga.


| Me: Blm tau jam brp, Bu. Nanti Manda mampir ke supermarket.


"Maaf saya terlambat," ujar Mandala sambil menarik kursi tepat di seberang Ghifari. "Udah sampe mana bahasannya?"

"Udah selesai," ketus Ghifari seraya menyalakan rokok yang sudah menempel di mulutnya. "Lo jadi sekertaris gue, Man. Tugas lo ...."

Secangkir Kopi dari MandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang