SKM 15: Because He Needs Time to Heal

2.4K 258 34
                                    

"Pagi, Tante Eva."

"Pagi, Byn. Maaf, ya, Tante ganggu pagi-pagi begini. Genta lagi sama kamu, ya? Dari semalam hapenya nggak aktif."

Kening Robyn mengerut dalam. Dia memandang jam tangannya sebelum menjawab, "Obyn lagi jaga, Tan. Mungkin Genta di kosan." Jawabnya dengan lancar. "Lagi pusing kali, Tan, semalem kan dia ujian sama Prof. udah gitu dua hari nggak tidur ngeberesin status ujiannya."

Di seberang sana Eva menghelakan napas.

"Iya, ya? Tante nggak masalah kalau dia mau nginep di tempat kamu, tapi kok nggak ada kabar sama sekali, sih?"

Robyn meringis.

"Tante boleh titip pesan, Byn? Suruh Genta makan yang bener, ya. Jangan cuma nyemilin kopi."

"Sip, Tan. Nanti Obyn ingetin," jawab Robyn seraya bangkit dari kursi plastik yang sudah berjam-jam dia duduki. "Tante juga jangan lupa minum obatnya, ya. Nanti Obyn sedih kalo Tante sakit."

Eva tertawa, setelah mengucapkan salam telpon terputus.

Pria itu lantas berjalan menaiki anak tangga dengan berjengket, menghindari benda-benda yang berserakan di tangga milik koas bedah, dan menuju kamar jaga koas pria. Pandangannya menyisir ke seluruh penjuru, mencari sosok Genta. Namun, yang dilihat hanya beberapa senior bertubuh besar yang sedang mengorok.

Di dekat loker pun tidak tampak tas ransel hijau belel familiar milik Genta.

Karena sosok yang dicari tidak ditemukan, Robyn menelpon Esa.

"Sa, ada Genta di situ?"

"Gue di rumah."

"Kok masih di rumah? Lo nggak ke puskes?

"Jam delapan."

Robyn menoleh ke arah jam dinding. Mati. Dia pun melihat jam tangannya. "Oh, iya, masih jam segini, ya? Eh, seriusan, nih. Lo ada kabar dari Genta?"

Suara di seberang sana terdengar berisik. Seperti kursi kayu ditarik, alat makan diletakan di piring, dan terakhir ada percakapan yang terdengar samar-samar.

"Dia ujian semalem, 'kan?"

Robyn menepuk keningnya. "Iya, Sa. Gue tau itu. Lo ada kabar setelah ujian nggak? Hapenya mati dari semalem."

Lagi-lagi ada suara percakapan di seberang sana. Membahas mau dimasak seperti apa telur ceploknya. Wajah Robyn memberengut. Sudah tidak dapat informasi apapun, sekarang dia harus mendengar percakapan yang membuat perutnya keroncongan.

Setelah lama menunggu Esa menyelesaikan percakapan yang terjadi di rumahnya di sana, telpon terputus. DIPUTUS. Robyn menganga menatap ponselnya.

Secangkir Kopi dari MandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang