"Mandaaa!"
Lani berlari mengejar Mandala yang terlihat melewati parkiran motor. Tanpa peduli reaksi korbannya—atau kondisi Mandala yang berjalan lesu sambil menunduk—Lani langsung menghamburkan pelukan dari belakang. Membuat tubuh Mandala oleng dan nyaris jatuh.
"Lani!" tegur Mandala yang berhasil mempertahankan keseimbangan. Dada Mandala berdebar keras. Hampir saja badannya akan terjerembap ke tanah dan terbentur undakan semen tempat menempelnya pagar pembatas lapangan parkir. "Jangan suka ngagetin begitu, ah."
"Aduh, jangan marah dulu. Ada yang lebih gawat, Man!" ujar Lani sambil melihat ke sekelilingnya. Dia buru-buru menarik Mandala ke pinggir. "Lo kenapa berantem sama Ghifari?"
Alis Mandala bertautan. "Berantem?"
"Video kalian berantem udah viral sampe ke fakultas sebelah tau!" kata Lani sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dia membuka aplikasi chat dan langsung membuka bagian media. "Lo nggak takut ya, Man?"
Mandala melihat rekaman video yang dimaksud oleh Lani. Dalam durasi kurang dari satu menit, seseorang berhasil merekam kejadian di lobi aula serba guna tempo hari. Tepat pada bagian di mana dia sedang menegur Ghifari.
"Videonya dipotong," komentar Mandala sembari mengembalikan ponsel Lani. Bisa-bisanya video itu menyebar sampai fakultas lain, tapi tidak di grup angkatannya sendiri. Bahkan setelah kejadian itu pun, ponselnya begitu sepi dari notifikasi. Satu-satunya pesan masuk adalah instruksi-instruksi yang diberikan panitia acara sehubungan dengan rapat evaluasi yang akan diadakan akhir pekan ini.
Mandala membetulkan posisi ranselnya lalu berbalik. "Nanti kita telat, Lan."
Lani manyun, tetapi menurut saja. Dia berjalan di samping Mandala.
"Gue takut, deh, Man. Ghifari kan fanbase-nya gede banget di kampus ini, kalo lo diapa-apain gimana? Lagian lo juga, sih, Man. Harusnya lo ikutin aja apa maunya Ghifari. Kita tuh bukan levelnya untuk menentang ...." Lani berhenti bicara karena melihat Mandala berhenti berjalan. Tanpa perlu ditanya, Lani tahu alasan kenapa Mandala berhenti melangkah; mereka di sana.
Fanbase Ghifari ada di hadapan mereka.
Berbeda dengan Lani yang langsung merapatkan diri ke arah Mandala dan menunduk, Mandala melanjutkan jalan tanpa peduli dengan hadirnya belasan orang yang menutupi pintu masuk fakultas.
"Permisi, saya mau lewat," kata Mandala sambil mengangguk pelan.
Tiga orang yang menutup pintu masuk tidak lantas bergeser untuk memberi jalan. Salah satu dari mereka, yang rambutnya diombre hitam-hijau menyeletuk. "Yang kayak gini, Van? Duh, gila banget. Kalo ikut audisi di PH depan kampus, jadi pembokat pun nggak akan lolos."
"Parah lo. Penampilan bisa dibenerin pake duit kali!" timpal yang rambutnya dikuncir tinggi.
"Pertanyaannya, emang dia punya duit? Butuh gadein surat tanah di kampung nggak, sih? Itu juga kalo ortunya punya cukup tanah untuk digadein."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi dari Mandala
Chick-Lit[21+] [Chicklit / Romance / Medicine] [Follow + Vote + Komen = Early update!] Seorang dokter muda yang patah hatinya. Seorang mahasiswi yang menghidupi buah hatinya. Mereka bertemu tanpa sengaja dan berbagi kisah suka dan duka. Sejak pertemuan itu...