SKM 17: Yellow Bandages

2.3K 230 9
                                    

- - -

Warning:

🔞 Sexual innuendo, mentioning genital parts  🔞

- - -


"Terima kasih, ya, udah nganter."


Genta ingin menghelakan napas lega karena akhirnya ada sesuatu yang diucapkan oleh wanita itu. Sepanjang perjalanan—tidak, tidak ... bahkan jauh sebelum itu—keheningan mengisi percakapan di antara mereka. Membuat suasananya menjadi kaku dan menyesakan. 

Sepertinya kalimat terakhir yang terucap adalah ketika selesai makan (ya, akhirnya Mandala mau menghabiskan makanan yang dia belikan) Genta menawarkan untuk mengantarnya kembali ke kampus untuk kelas sore.


Mereka terdiam di depan pintu gerbang fakultas film dengan lalu lalang mahasiswa sebagai latar.


Yang satu, berharap ada sesuatu untuk mengisi pembicaraan mereka.


Yang lainnya sudah tidak mampu lagi berkata-kata karena gejolak dalam hatinya yang tidak bisa dia jelaskan.


Suara klakson mobil membuat mereka tersadar bahwa mereka telah menutupi jalan.


"Ini buat kamu, Ta," ujar Mandala seraya mengeluarkan sesuatu dari kantong celana jeansnya. "Mandira paling suka yang warna kuning. Kalau saya pake, dia pasti ngeliatin terus."


Genta menerima dua lembar plester luka bermotif. Satu berwarna kuning, satu lagi ungu.


Detik itu juga, Genta merasa malu telah berusaha menutupi memar di wajahnya. Sekeras apapun usahanya, memang jumlah memar itu begitu banyak dan perubahan warnanya akan begitu kentara. Tadi saja dr. Imelda sempat tertegun saat bertemu Genta. Mbak Fifi juga sempat bertanya. Padahal dua wanita itu tidak sepenuhnya melihat wajah Genta, hanya yang terbebas dari masker saja.


"Semoga cepet sembuh, ya. Jaga diri baik-baik." Mandala tersenyum kecil. Dia mengangguk pelan lalu berbalik.


Satu langkah.


Dua Langkah.


Sosoknya lantas menghilang di tengah kerumunan lalu lalang mahasiswa yang melewati gerbang fakultas film.



---




Robyn, Beka, dan David saling bertukar pandang melihat penampakan yang ada di hadapan mereka. Yang tergeletak di atas kasur dengan tangan bersedekap sambil menatap langit-langit kamar yang tidak menarik dan cenderung kotor.


Dengan alis mengerut dan setelah ikut mencari-cari objek menarik apa yang jadi titik fokus di atas sana, Beka bertanya, "cuma kalian?"

Secangkir Kopi dari MandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang